NovelToon NovelToon
CEO DINGIN

CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kaya Raya / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat / Pembantu
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Arlena, gadis muda yang dipaksa menikah oleh keluarganya.
Arlena menolak dan keluarganya langsung mengusir Arlena
Arlena akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah demi mencari arti kebebasan dan harga dirinya.
Dikhianati dan dibenci oleh orang tuanya serta dua kakak laki-lakinya, Arlena tak punya siapa pun... sampai takdir membawanya ke pelukan Aldric Hartanto — seorang CEO muda, sukses, dan dikenal berhati dingin.

Ketika Aldric menawarkan pekerjaan sebagai pelayan pribadinya, Arlena mengira hidupnya akan semakin sulit. Tapi siapa sangka, di balik sikap dingin dan ketegasannya, Aldric perlahan menunjukkan sisi yang berbeda — sisi yang membuat hati Arlena berdebar, dan juga... takut jatuh cinta.

Namun cinta tak pernah mudah. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh, dan status yang berbeda menjadi tembok besar yang menghalangi mereka. Mampukah cinta menghangatkan hati yang membeku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Raka membuka pintu perlahan, tak ingin membangunkan Arlena yang masih terbaring lemah.

Di tangannya ada satu kantong kertas berisi makanan hangat dan dua cangkir kopi.

Tatapannya langsung tertuju pada Aldric yang duduk lesu di sisi tempat tidur, matanya sembab namun tetap waspada.

"Bro," sapa Raka pelan, lalu meletakkan makanan di meja kecil dekat jendela.

"Lu belum makan, kan?"

Aldric hanya menoleh sebentar, lalu kembali menatap Arlena.

"Nggak lapar," jawabnya singkat.

Raka menarik kursi, duduk di sebelah Aldric dan menyodorkan segelas kopi.

"Minum ini dulu, lu butuh tenaga. Gue tahu lu nyalahin diri sendiri, tapi sekarang yang paling penting dia butuh lu waras."

"Aku yang ninggalin dia. Aku yang percaya rumah udah cukup aman buat dia dann lihat hasilnya, Rak."

R"Gue tahu rasa itu. Tapi lu juga yang menyelamatkan dia. Lu yang bikin dia punya harapan lagi. Jangan terus-terusan tenggelam di rasa bersalah, karena Arlena butuh lu bangkit."

Aldric menatap cangkir di tangannya, lalu menghela napas panjang.

"Terima kasih, Rak. Tanpa kamu, aku mungkin udah jatuh."

"Sama-sama," ucap Raka sambil menikmati kopi hangatnya.

Aldric menganggukkan kepalanya dan kali ini dengan lebih mantap.

Sebuah tekad mulai tumbuh kembali dalam matanya dimana tekad untuk menebus semuanya dan menjaga Arlena dengan segenap jiwanya.

Di sudut kota yang suram, di sebuah gang sempit yang jarang dilalui orang tampak sebuah rumah kecil yang cat dindingnya mulai terkelupas dan pintunya berderit ketika dibuka.

Di situlah Ryan, Dimas dan kedua orang tua mereka bersembunyi, jauh dari pengawasan polisi dan dunia luar.

Suasana di dalam rumah itu pengap dan penuh ketegangan.

Ryan mondar-mandir di ruang tamu kecil yang hanya diterangi lampu remang.

"Sampai kapan kita harus sembunyi di tempat kayak gini? Aku muak!" desisnya marah.

Dimas duduk di pojok ruangan sambil memeriksa ponsel bututnya yang tak kunjung mendapat sinyal.

"Kita nggak punya pilihan, Ryan. Polisi pasti masih nyari kita, belum lagi lelaki sialan, Aldric." jawab Dimas sambil ngemil rokok yang tinggal sebatang.

Sang ayah dengan rambut yang mulai memutih dan wajah penuh kerut hanya diam sambil merokok di dekat jendela tertutup.

Matanya tajam menatap keluar, seolah takut kapan saja seseorang akan mendobrak pintu itu.

Ibu mereka, yang dulu bersikap galak terhadap Arlena, kini terlihat gelisah.

Ia duduk di lantai dengan tubuh menyandar ke dinding, wajahnya muram.

"Ini semua salah anak itu, kalau saja dia tidak melawan."

“Cukup, Ma!” bentak Ryan.

“Arlena itu bukan siapa-siapa lagi. Kita nggak punya urusan lagi sama dia sekarang. Yang penting sekarang kita harus cari cara keluar dari negara ini.”

Tiba-tiba terdengar suara sirine samar dari kejauhan. Semuanya langsung membeku.

Ayah, Ryan dan Dimas meraih tas kecil berisi uang dan paspor palsu.

“Kita harus pindah malam ini. Tempat ini udah nggak aman.” ucap Ryan

Tanpa suara, mereka mulai membereskan barang seadanya.

Mereka tahu kalau waktu mereka bebas sudah tidak lama lagi.

Kebenaran mulai mengejar mereka dan tak ada tempat yang cukup gelap untuk terus bersembunyi.

Dengan gerakan cepat dan penuh kecemasan, Ryan, Dimas, dan kedua orang tua mereka kembali memasukkan pakaian dan barang-barang seadanya ke dalam tas lusuh yang sudah hampir penuh.

Setiap helai baju dan peralatan kecil dimasukkan dengan hati-hati seolah tahu bahwa barang-barang itu mungkin akan menjadi satu-satunya milik mereka saat mereka harus melarikan diri.

Suara tas yang berdesit dan tumpukan pakaian yang bergeser menambah kesunyian tegang di ruangan itu.

Ibu mereka menatap kosong ke arah tas yang semakin penuh, napasnya terengah-engah.

“Semoga saja kita bisa keluar dari sini sebelum semuanya terlambat,” gumamnya lirih.

Ayah mereka mengecek kembali paspor dan dokumen penting lain yang disimpan di saku jaketnya dan wajahnya penuh dengan beban dan penyesalan.

“Kita harus segera pergi. Tidak ada waktu lagi.”

Ryan menatap jam dinding dengan cemas dengan suara sirine polisi.

“Kalau kita terlambat sedikit saja, semuanya bisa hancur.” ucap Ryan

Dimas menutup tas dengan ritsleting sambil mengangguk.

“Kita harus kuat. Ini satu-satunya jalan.”

Mereka pun bersiap meninggalkan rumah sempit itu dan membawa semua harapan yang tersisa dalam tas-tas yang penuh sesak.

Di luar sana dimana dunia tak lagi ramah bagi mereka dan langkah mereka menuju ketidakpastian sudah mulai dimulai.

Saat Ryan, Dimas dan kedua orang tua mereka keluar dari rumah sempit dengan gerak-gerik mencurigakan dan langkah mereka yang tergesa-gesa tak luput dari perhatian seorang tetangga.

Dengan cepat tetangga itu mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam setiap gerakan keluarga itu dari ekspresi panik hingga barang bawaan mereka yang terburu-buru.

Dalam rekaman itu terlihat jelas bagaimana mereka menutup pintu dan berusaha menghilang ke keramaian, namun tatapan waspada dan gelisah tak bisa disembunyikan.

Tak menunggu lama tetangga tersebut langsung menghubungi polisi, melaporkan aktivitas mencurigakan yang bisa jadi berhubungan dengan kasus yang sedang hangat diperbincangkan.

“Pak, saya baru saja melihat keluarga itu keluar dengan terburu-buru dan membawa barang-barang dalam jumlah banyak sepertinya mereka sedang melarikan diri,” lapor tetangga itu melalui telepon.

Petugas polisi yang menerima laporan langsung mencatat lokasi dan ciri-ciri mereka dan segera mengerahkan tim untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Memastikan apakah keluarga tersebut benar-benar terkait dengan masalah kriminal yang sedang diusut.

Sementara itu ketegangan semakin meningkat di lingkungan sekitar, membuat suasana menjadi semakin waspada dan penuh ketidakpastian.

Polisi segera menghubungi Raka dan memberikan informasi penting yang baru saja mereka dapatkan.

“Tuan Raka, kami mendapatkan kabar kalau Ryan, Dimas, dan orang tua mereka kemungkinan besar sedang menuju bandara,” suara di ujung telepon terdengar serius.

Raka mengernyitkan keningnya dan segera memikirkan langkah selanjutnya.

“Kalau benar begitu, kita harus bergerak cepat. Aku akan coba cegat mereka di sana sebelum mereka bisa kabur keluar negeri.”

Tanpa membuang waktu, Raka langsung mengatur strategi bersama timnya, memastikan semua berjalan lancar untuk menghentikan pelarian keluarga itu.

Waktu terus berdetak dan harapan untuk membawa mereka ke pengadilan semakin dekat.

Raka menghubungi Aldric yang sedang asyik bercanda dengan Arlena namun hanya mendapat dehem pelan dan suara mematikan ponsel di ujung sana.

“Siapa, Tuan?” tanya Arlena yang mendengarnya.

“Salah sambung.”

Raka yang paham betul isyarat itu tahu Aldric sedang sibuk dan ini tanda darurat.

Tanpa ragu Raka langsung bergegas menuju bandara.

Setibanya di sana ia memusatkan perhatian mencari keluarga Arlena sebelum mereka berhasil melarikan diri.

Waktu semakin menipis dan Raka tahu ini momen krusial untuk mencegah mereka kabur.

1
Rohana Omar
up la 1 atu 2 bab baru hati nak bacanya....ni up 1 bab lepas tu tercari2 bab seterusnya......
Kadek Bella
lanjut thoor
my name is pho: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!