NovelToon NovelToon
Pernikahan Status

Pernikahan Status

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Juwita Simangunsong

Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.

Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.

Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.

Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Di parkiran belakang gedung perusahaan kecil milik ayah Anya jam 17.15 sore. Hujan rintik mulai turun.

Anya turun dari ruangannya, membawa tas selempang dan map presentasi. Langkahnya terhenti saat melihat sosok yang berdiri basah kuyup di dekat mobilnya.

Anya berdiri kaku“Kamu ngapain di sini?”

Adipati memegang kotak makanan yang dilapisi plastik. Pakaiannya basah oleh hujan tapi ia tetap berdiri tegak“Ini makan malam buat kamu... Aku tahu kamu belum sempat makan siang. Tadi Lisa sekretaris kamu bilang kamu rapat terus.”

Anya menghela napas pelan, berusaha menahan raut wajahnya yang mulai goyah. Ia membuka pintu mobil, tapi tak segera masuk.“Kamu pikir makanan bisa nebus semua kesalahan kamu?”

Adipati tersenyum lelah, menunduk " Tidak , Tapi aku juga tidak bisa tinggal diam tanpa ngelakuin apa pun. Boleh salah, tapi aku gak akan bodoh dua kali, Anya.”

Hujan makin deras. Adipati tetap berdiri di sana, memegangi kotak makanan itu. Anya diam beberapa detik sebelum akhirnya mengambilnya pelan“Terima kasih.”

Ia masuk ke dalam mobil tanpa bicara lagi. Tapi dari kaca spion, dia menatap sosok Adipati yang tetap berdiri di tengah hujan, menatap mobilnya pergi tidak mengejar, tidak memaksa.

***

Anya duduk di ruang makan, membuka kotak makanan buatan Adipati. Ada sticky note kecil tertempel di tutupnya bertuliskan tangan: “Cuma nasi goreng buatan sendiri, tapi bukan dari hati yang sama seperti dulu. Yang ini lebih sungguh-sungguh."

Anya tersenyum tipis, tapi dengan cepat menghapus senyum itu. Ia tidak ingin hatinya goyah lagi meskipun detaknya mengaku kalah. Karena dia tidak mudah untuk menerima Adipati kembali.

***

Anya terlambat menjemput Alvino karena rapat dadakan. Tapi saat ia sampai di sekolah, dia melihat Alvino sedang digendong oleh Adipati, keduanya tertawa.

Adipati mengenakan sweater dan celana santai. Bukan baju mahal seperti dulu. Ia tampak nyaman dalam kesederhanaan yang belum pernah Anya lihat sebelumnya.

Anya dari jauh, diam-diam tersenyum. Batin Anya berubah… atau… setidaknya, dia berusaha berubah…

Saat Alvino masuk mobil“Papa tadi nganterin Al beli es krim. Papa juga bilang nanti kalau Mama sibuk, Papa siap bantu anter jemput tiap hari. Boleh, Ma?”

Anya memandang ke arah Adipati yang masih berdiri di pinggir gerbang sekolah, mengangkat tangan dengan senyum kecil. Tak ada paksaan di wajahnya hanya harap yang sederhana.

Anya berkata dengan lirih“…Boleh.”

***

Di malam hari, Anya duduk di kamar, sambil memikirkan apakah keputusan nya bercerai itu sudah benar.

Adipati pernah menghancurkan segalanya… Tapi sekarang… dia juga yang sedang mencoba membangunnya kembali... sendirian.

Anya menjadi ragu untuk berpisah dengan Adipati. Kali ini, bukan karena luka, tapi karena ia ingin melihat sejauh mana Adipati mampu berdiri... untuk mereka bertiga.

***

Halaman luar sebuah kafe berarsitektur klasik. Adipati baru saja selesai pertemuan kerja. Ia berdiri di dekat pagar besi sambil memainkan kunci mobil. Dari arah berlawanan, Bram muncul. Tak sengaja, mereka bertatapan.

Adipati terkejut dan juga ragu menyelimuti hatinya“Bram...?”katanya.

Bram tersenyum canggung, tapi ada kerinduan di matanya“Hai… Dip.”

Adipati mengangguk, menjaga jarak“Kamu masih di Jakarta rupanya.”

Bram sedikit mendekat, nada suara pelan“Baru balik minggu lalu. Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu... lagi.”

Seketika itu juga, dari trotoar seberang, Anya berjalan sambil menenteng tas belanja. Saat matanya menangkap Adipati dan Bram berdiri berdampingan, ia langsung berhenti. Wajahnya pucat. Jemarinya mencengkeram gagang tas lebih kuat.

Anya bergumam nyaris berbisik“Enggak... Jangan bilang selama ini... mereka masih menjalani hubungan dan mas Pati tidak sungguh-sungguh untuk memperbaiki semuanya.”

Anya berbalik, berjalan cepat. Tas belanjanya nyaris jatuh. Adipati melihat sosoknya dan langsung panik. Adipati berteriak "Anya! Tunggu Anya, tolong jangan pergi!"

Adipati berlari mengejarnya. Bram hanya menunduk dan tidak ikut. Ia tahu ini bukan urusannya lagi.

***

Trotoar sepi di samping kafe. Anya berdiri dengan napas memburu, membelakangi Adipati. Bahunya gemetar.

Adipati menahan napas, mendekat perlahan "Anya... aku bisa jelaskan."

Anya berbalik cepat, matanya merah, penuh luka“Selama ini... semuanya cuma akting, ya kan mas?”

Adipati mengerutkan kening, bingung dan frustasi“Akting? Anya, tidak! Kamu salah paham...”

Anya memotong cepat, nada tinggi dan getir“Kamu pikir aku bodoh? Aku lihat kamu... sama dia! Kalian berdiri begitu dekat, begitu... nyaman. Sama seperti dulu... sebelum aku tahu siapa kamu sebenarnya.”

Adipati mendekat dengan hati-hati, mencoba tenang meski panik“Aku kaget ketemu Bram. Aku nggak cari dia, aku nggak janjian. Demi Tuhan, itu pertemuan nggak sengaja.”

Anya dengan suara pelan, dingin“Tapi kenapa kamu tetap berdiri di sana? Kenapa nggak langsung pergi kalau memang kamu udah tutup semua itu?”

Adipati mendesah berat, suaranya pecah“Karena aku... manusia, Anya. Ada bagian dalam diriku yang dulu hancur karena dia. Aku cuma... butuh satu detik buat bilang ke diriku sendiri kalau aku udah nggak lagi di tempat itu. Itu bukan rasa. Itu pembuktian ke diri sendiri.”

Anya berjalan menjauh dua langkah, suaranya retak“Alasan.'

Adipati berlari kecil dan berdiri di hadapannya, menatapnya dalam-dalam "Itu semua nyata, Anya. Kamu mengubah hidupku. Aku mencintaimu bukan karena aku butuh pelarian, tapi karena kamu rumahku."

Anya menangis. Air matanya jatuh tanpa suara. Ia menggeleng pelan. Anya suara bergetar)“Maaf, mas Pati... tapi hari ini aku seperti ditampar kenyataan. Aku... aku nggak tahu harus percaya yang mana.”

Adipati menatapnya penuh harap, hampir berlutut)“Aku akan buktikan, Anya. Aku nggak akan biarkan satu pertemuan bodoh ini hancurkan semuanya. Aku rela kamu marah, kecewa, bahkan benci... tapi jangan pergi. Jangan lupakan semua yang udah kita bangun.”

Anya mengusap air matanya cepat-cepat, lalu menatapnya penuh luka)“Aku nggak pergi. Tapi mulai hari ini... aku butuh jarak.”

Ia berbalik, berjalan menjauh dengan langkah cepat. Adipati berdiri mematung, napasnya tertahan. Ia memejamkan mata, menahan rasa sakit yang mengguncang dadanya.

***

Trotoar dekat taman, suasana senja hampir malam. Hujan rintik mulai turun. Adipati terduduk di bangku taman, pandangannya kosong menatap jalanan tempat Anya tadi berjalan pergi. Tangan kanannya gemetar memegang cincin pernikahan. Dadanya naik turun penuh sesak.

Langkah kaki terdengar mendekat. Suara sepatu menghantam genangan air. Sosok yang familiar muncul Bram.

Bram berdiri di depan Adipati, memandangnya penuh iba“Dia ninggalin kamu lagi... ya?”

Adipati tidak menoleh, suaranya lirih“Bukan karena dia nggak sayang… Tapi karena dia nggak percaya lagi.”

Bram duduk perlahan di sampingnya, suara pelan dan dalam“Kamu selalu nyakitin dirimu sendiri, Dip. Selalu kejar orang yang... nggak pernah benar-benar bisa terima kamu utuh.”

Adipati menoleh tajam, suaranya mulai serak“Jangan ngomong seolah kamu tahu dia.”

Bram membalas tatapan itu dengan tenang)“Tapi aku tahu kamu. Dan aku tahu... aku satu-satunya yang nggak pernah ninggalin kamu. Bahkan saat semua orang mutusin buat pergi, aku tetap di sini.”

Adipati mendongak, matanya berkaca-kaca, rahangnya mengeras.

Bram dengan nada makin dalam, penuh hasrat dan luka“Dip… biarin aku yang jaga kamu. Aku yang paling ngerti sisi rapuh kamu. Aku... yang paling sayang dan paling cinta sama kamu.”

Tanpa aba-aba, Adipati berdiri cepat. Napasnya berat. Tangannya terkepal. Dalam satu gerakan, ia menghantam pipi Bram dengan pukulan keras. Bram terhuyung ke samping bangku, menahan pipinya sambil meringis.

Adipati dengan suara menggelegar penuh luka dan amarah“Jangan pernah bilang itu lagi!”

Hening sejenak. Suara rintik hujan makin deras. Bram masih memegangi pipinya, tapi tidak membalas. Ia menatap Adipati yang kini berdiri tegak dengan mata memerah.

Adipati melanjutkan, suaranya penuh tekad dan tangis yang tertahan“Aku nggak mungkin balik sama kamu, Bram. Karena aku... sangat mencintai Anya. Dia istri aku. Dia hidup aku! Sedangkan kamu hanya masa lalu ku yang buruk.”

Bram terdiam. Mulutnya terbuka sedikit tapi tak ada kata yang keluar. Akhirnya ia bicara dengan suara pelan dan pecah“Jadi... kamu lebih milih orang yang pergi, daripada yang tetap tinggal?”

Adipati menunduk sebentar, lalu menatap lurus ke arah Bram“Aku lebih milih orang yang membuatku ingin berubah dan mengeluarkan aku dari lumpur dosa. Yang membuat aku merasa layak dicintai... bukan dikasihani karena menjadi seorang gay dan hidup dengan cibiran.”

Bram menatap Adipati lama. Hujan kini membasahi jasnya. Tapi tak ada lagi kata. Ia akhirnya berdiri, melangkah pergi tanpa menoleh.

Adipati menatap ke arah kepergian Bram. Lalu menatap ke jalan tempat Anya menghilang. Dengan suara pelan namun penuh janji...

Adipati bergumam sendiri "Tunggu aku, Anya. Aku akan buat kamu percaya lagi. Karena aku hanya milikmu."

1
kalea rizuky
gay itu susah sembuh. percayalah
kalea rizuky
sekali menjijikan ttep menjijikan
kalea rizuky
Q aja jijik liat pati mending cari yg normal aja anya kasian Vino nanti tau bapak nya gay dlu dih itu mental anak bisa drop
kalea rizuky
laki menjijikan kek qm g pantes jd ayah tau dih najis penyakit bgt takut anya kena hiv
kalea rizuky
anya g jijik
kalea rizuky
lavender marriage jahat bgt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!