Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 Hasrat Arya
Arya merasa trauma saat jatuh cinta pada seorang wanita. Untuk pertama kalinya, wanita yang ia cintai ternyata sudah menjadi milik orang lain, beruntungnya saat itu belum sampai menjalin sebuah hubungan yang serius.
Begitu pun saat mencintai wanita untuk yang kedua kalinya, sudah serius karena wanitanya masih single ternyata karakternya di luar ekspektasi. Apalagi hubungannya tidak direstui kakak kandung wanita tersebut sehingga harus berakhir di tengah jalan.
Kini ia dihadapkan pada sosok wanita yang memikat hatinya. Dia baru pertama kalinya melihat wanita yang begitu dalamnya mecintai dan menyayangi anak orang lain. Sehingga anak tersebut begitu nyaman berada di dekatnya.
"Benar-benar wanita perfect Apalagi kalau memiliki anak sendiri, wanita ini tentu tidak akan pernah menyia-nyiakan anak kandungnya, rasa kasih sayangnya sudah dipastikan 100%. Ah kalau saja wanita ini belum ada yang memiliki, aku mau memilikinya ya Allah," batinnya bermonolog penuh harap.
Arya tidak ingin salah lagi dalam memilih pasangan hidupnya. Lingkungannya sudah memberikannya sebuah pengalaman berharga. Cukuplah ia dipertemukan dengan sosok Naya dan Arisa yang memiliki karakter egois untuk bisa dijadikan gambaran wanita yang harus dihindari.
"Oh ya kenalkan saya bu Maryam dan ini keponakan saya yang paling ganteng namanya Arya. Dia lelaki pekerja keras, hidupnya sudah mapan dan siap untuk menikah dan sampai sekarang belum ada wanita yang memikat hatinya. Siapa tahu kehadirannya di sini, ia mendapatkan cinta sejati pilihan Allah, iya kan Ar?" tanya bu Maryam sambil menepuk paha Arya yang hanya diam menatap Yuna lalu nyengir menatapnya dari samping.
Arya gelagapan, "Iya tante. Eh iya apa? Maaf maksudnya tante ngomong apa tadi?"
Hal itu membuat Yuna tertawa lebar, melihat Arya yang gelagapan menjawab pertanyaan tantenya, sepertinya lelaki yang di hadapannya kebayakan melamun.
Bu Maryam melirik keponakannya dengan gemas. Ia mencondongkan wajahnya hendak berbisik.
"Hadeuh Arya kamu tuh ya! Jangan bikin malu di depan wanita cantik. Jangan melamun aja. Kalau ia jodohmu pasti ga akan ke mana-mana. Jadi jaga pandangan!" ujar bu Maryam sedikit berbisik agar tidak di dengar Yuna.
Wajah Arya sedikit memerah karena malu ketahuan melamun dan tidak fokus dalam obrolan. Apalagi tantenya sampai tahu kalau matanya selalu tertuju pada Yuna saja.
"Mbak sendiri namanya siapa?" tanya bu Maryam sambil tersenyum.
Yuna mengakhiri tawanya, "Eh iya maaf bukan maksud saya menertawai mas Arya. Tapi beneran saya merasa terhibur dengan kehadiran ibu dan juga mas Arya. Oh iya nama saya Yuna. Adiknya kak Dikara,"
Arya bisa bernafas lega mendengar penuturan Yuna. Setidaknya ada harapan untuk bisa memilikinya. Ia tersenyum.
"Alhamdulillah. Berarti Mbak Yuna masih single dong, belum punya suami?" tanya bu Maryam demi keponakan tersayang bisa jadi jembatan dadakan dalam berkomunikasi.
Yuna tersenyum, mengerti arah pembicaraan bu Maryam.
"Belum Ibu. Tapi calonnya sudah ada," Yuna melirik ekspresi Arya yang wajahnya tetiba ditekuk.
Deg
Hati Arya mencelos. Untuk yang kesekian kalinya ia harus menerima kenyataan pahit. Ia bergeming, merasa malu pada keinginannya yang selalu gagal.
"Oh ya?" tanya bu Maryam.
"Iya bu,"
Jawaban Yuna membuat Arya merasa sesak. Dia sudah kehilangan sebuah harapan yang hampir digenggamnya.
"Apa dia sudah melamarmu?" tanya bu Maryam lagi.
"Belum. Dia sedang berusaha mendekati saya dengan caranya. Tatapannya sejak tadi membuat saya merasa yakin kalau dia adalah jodoh saya,"
Deg
Deg
"Maksud mbak Yuna?" Tanya bu Maryam ingin penjelasan yang lebih akurat.
"Kalau dia memang memiliki niat untuk menikahi saya, saya akan tunggu lamarannya. Tapi kalau untuk sekedar main-main lebih baik jangan diteruskan!"
Pernyataan Yuna membuat Arya mengangkat kepalanya, lalu terbit sebuah senyuman.
"Apa itu artinya saya punya kesempatan?"
Yuna tidak menjawab, namun ia mengajak keduanya untuk makan siang bersama, karena masakannya sudah siap tersaji di meja makan.
"Silakan bu Maryam dan mas Arya menikmati hidangan yang sudah disediakan bi Irah. Masakannya enak lho. Shaka, Meena sayang sini turun kita makan bareng ya!"
Yuna berteriak memanggil Shaka dan adiknya untuk turun dan bergabung dengan mereka.
"Ini Meena adik saya satu-satunya," Yuna memperkenalkan Meena pada tamunya.
"Hallo calon adik ipar Ini kak Arya!" sapa Arya memberanikan diri menyebutnya adik ipar pada adiknya Yuna, seraya menyunggingkan senyumnya.
"Hallo juga calon kakak ipar! Kak Yuna calonnya ganteng. Kok kak Yuna ga pernah cerita kalau sudah punya calon suami," timpal Ameena menyambut perkenalan Arya.
Yuna hanya diam saja. Rona wajahnya bersemu merah. Entah mengapa saat Arya memanggil Ameena adik ipar, hatinya mulai berdesir.
"Jadi pak Dikara punya adik dua ya?" tanya bu Maryam ingin lebih tahu tentang keluarganya.
"Sebenarnya kak Dika anak tunggal. Kami hanya adik angkatnya. Kami hanya anak yatim piatu, yang hanya numpang hidup di keluarga kak Dika. Oh ya silakan dimakan!" ujar Yuna menceritakan sedikit profilnya pada mereka.
Bu Maryam tampak mengangguk-mengangguk paham.
Mereka pun menyantap makanannya dengan lahap. Berbeda dengan Arya yang hatinya sedang tidak baik-baik saja. Ia merasa tenggorokannya sulit sekali untuk menelan.
"Lho mas Arya kok makanannya masih utuh. Apa masakannya tidak enak?"
"Engga. Masakannya enak banget kok. Hanya saja aku merasa kepikiran tentang ucapanmu, agar melamarmu secepatnya. Aku jadi ingin melamarmu sekarang juga!"
Uhuk
Uhuk
Uhuk
"Eeeeh kok beneran ya?" tanya Yuna salah tingkah.
Up lg thor
Up lg thor
Wah dikara kepincut adeknya elana