NovelToon NovelToon
Golden Hands Arm

Golden Hands Arm

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sarunai

Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Malam telah larut saat Han sampai di villanya. Jam menunjukkan pukul 20.00, namun lampu-lampu rumah masih menyala terang. Saat pintu dibuka, suara langkah kecil terdengar dari dalam.

“Abang!”

Anya berlari kecil menyambut Han dengan wajah berseri. Dia masih mengenakan kaus Han yang kebesaran, menggantung sampai lutut, membuatnya terlihat lucu sekaligus menyentuh.

Han menatapnya sejenak—rasa bersalah mengendap di dadanya. Dengan semua kesibukan dan pertarungan hari ini, dia bahkan belum sempat membelikan pakaian untuk gadis kecil ini.

"Abang dari mana saja?” Anya langsung cerewet begitu Han masuk.

"Anya kangen, kata Bibi Abang sekolah… tapi kok pulangnya malam banget?"

Han tersenyum, tak kuasa menahan rasa hangat yang menyusup di hatinya. Gadis kecil ini seperti pelipur lelah baginya.

"Abang ada urusan di luar, jadi pulangnya telat." Han berjongkok dan membelai rambut Anya dengan lembut.

Anya menunduk ragu-ragu. "Abang… kapan kita ke mall? Abang kan udah janji…"

Han tersenyum, lalu mencubit pipinya pelan.

"Untuk sekarang, kamu pakai baju yang ini dulu ya? Besok kita pergi. Sekarang udah jam 9, mallnya pasti tutup."

Anya mengangguk cepat, senyumnya kembali merekah.

"Iya, Bang!"

"Besok abang janji, kita pergi ke mall sepuasnya. Beli baju, main, makan es krim, pokoknya semua yang Anya mau, abang turutin. Abang juga libur kok."

"Janji ya, Bang?"

"Janji."

Han menghela napas lega, lalu berdiri. "Sekarang abang mandi dulu, ya."

Beberapa saat kemudian, usai mandi dan hendak memakai pakaian, Hp Han bergetar. Layar menampilkan nama yang cukup mengejutkan: Citra.

“Halo Han~ masih ingat dong tadi siang?”

“Iya, Citra. Ada apa?” balas Han datar.

“Hihihi~ semangat dong ngomongnya!”

“Besok temenin aku ke mall, ya. Tadi aku udah ajak Kak Klara, tapi dia sibuk ngurusin perusahaan perhiasannya.”

Han terdiam sejenak.

"Kebetulan..." batinnya. Dia memang sudah berjanji akan ke mall dengan Anya.

“besok jam 9 aku jemput.”

“Nah, gitu dong~ makasih ya Han. Good night!” klik.

Panggilan berakhir.

Han menatap layar yang perlahan meredup. Pikirannya kini penuh dengan satu hal.

Besok dia memiliki dua janji.

***

Keesokan harinya...

Tok! Tok! Tok!

"Abang… bangun! Udah pagi!" suara Anya terdengar dari balik pintu.

"Katanya mau ke mall, lho!"

Han yang masih setengah sadar menarik selimut sebentar, lalu tersenyum lemas.

“Semangat banget dia…” batinnya.

“Iya, iya, Anya. Abang bangun,” sahutnya.

setelah membersihkan diri di kamar mandi, Han dan Anya terlihat duduk diruang makan. dengan tumpukan roti yang menggunung di hadapan, Han.

"Ayo. Anya, di makan" kata Han, membiarkan Anya untuk makan sendiri, dia tidak ingin terlalu memanjakan gadis kecil ini.

Anya mengangguk dan memakan roti bakar yang sudah di beri selai itu dengan lahap. Namun tetap saja, Han terlebih dahulu menghabiskan sepuluh rotinya, tapi terlihat Anya sangat lahap seperti pertama kali dirinya datang ke sini.

"Wah, kamu banyak juga makannya," kata Han bercanda.

Tiba-tiba suara dari dapur terdengar, “Kemarin malam Non Anya tidak mau makan, Den,” ujar Bi Minah.

“Saya udah bujukin, tapi dia bilang mau nungguin Aden pulang dulu.”

Han terdiam. Ingatannya kembali pada malam sebelumnya saat ia pulang larut karena pertarungan.

Ia menoleh, menatap Anya yang kini menunduk dalam diam. Jemari kecilnya menggenggam erat roti. Wajahnya tampak ragu, takut dimarahi.

“Kenapa kamu nggak makan, Anya?” suara Han terdengar tegas tidak seperti biasanya, membuat Anya ketakutan. bukan takut dengan Han, tapi karena takut Abangnya kecewa.

Anya menggigit bibirnya, matanya mulai berkaca-kaca.

“A-aku… nungguin Abang…” suaranya pelan, seperti akan menangis.

Melihat Anya seperti itu membuat Han menghela nafas, ia tidak tega untuk memarahinya.

“Dengar ya, Anya sayang…” ucap Han, “kalau kamu lapar, makan aja. Jangan nungguin Abang.”

“Kalau nanti Abang sibuk dan nggak pulang, apa kamu tidak makan-makan? tidak selamanya abang akan selalu bersama kamu, Abang juga pasti memiliki kesibukan."

mendengar itu Anya menunduk, air matanya menetes pelan.

“Iya, Bang… Maafin Anya ya. Anya janji nggak akan ngulangin lagi,” katanya sambil mengusap matanya.

Han tersenyum hangat.

“Janji ya?”

“Janji!” ucap Anya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Han menyambutnya, mengaitkan kelingking mereka berdua. “Janji kelingking nggak boleh dilanggar,” katanya sambil tersenyum kecil.

Setelah momen haru di meja makan, Han mengajak Anya pergi ke mall seperti yang sudah dijanjikannya. Tapi sebelum itu, ia memutuskan untuk menjemput Citra terlebih dulu.

Dalam perjalanan ke rumah Citra, Han sempat melihat sebuah toko baju anak-anak. Ia pun mampir sebentar untuk membelikan beberapa setelan baru agar Anya tidak perlu merasa malu memakai bajunya yang kebesaran saat mereka jalan-jalan nanti.

“Bang, ini kita dimana? Kita nungguin siapa di sini?” tanya Anya dengan polos saat mobil kembali berhenti di depan gerbang besar.

Han hanya tersenyum. “Liat aja nanti,” jawabnya singkat.

Tak lama kemudian, gerbang sebuah mansion terbuka. Seorang gadis cantik muncul dari dalam—Citra, yang tampak anggun dengan balutan pakaian kasual. saat mengkonfirmasi bahwa di dalam mobil itu adalah Han, ia langsung membuka pintu samping mobil. Namun langkahnya terhenti sejenak begitu melihat ada anak kecil duduk di samping Han.

"dia Adek aku, di juga akan ikut pergi ke Mall." jawan Han yang melihat Citra penasaran dengan Anya.

mengetahui itu adalah Adeknya Han, Citra langsung tersenyum dan berusaha mengakrabkan diri.

"Hei Adek manis.. kamu mau kan, duduk di pangkuan Kaka?"

Anya menatap Han sejenak, lalu menoleh ke arah Citra. Setelah Han mengangguk memberi isyarat.

"Boleh Kak." Jawab Anya.

Citra tersenyum lembut sebelum masuk kedalam mobil dan mendudukkan Anya di pangkuannya dengan hati-hati.

“Namanya siapa?” tanya Citra sambil mengusap pipi Anya pelan.

“Anya, Kak,” jawabnya polos.

Lalu tiba-tiba, tanpa peringatan, Anya menatap Citra dan bertanya polos,

“Kakak cantik ini pacarnya Abang aku, ya?”

Citra yang mendengar pertanyaan polos dari Anya sontak memerah, kedua pipinya bersemu seperti apel merah.

"Bu-bukan... Kakak cuma temen sekolahnya Abang kamu," jawabnya terbata, berusaha tersenyum meski jelas-jelas gugup.

Namun Anya justru menatapnya dengan mata penuh rasa ingin tahu.

"Oh... berarti cewek yang waktu itu sama Bang Han itu pacarnya ya?" katanya polos, mengingat kembali kejadian malam saat Klara dan Han menyelamatkannya.

Citra terdiam sejenak, menatap Han dengan ekspresi yang sulit diartikan—campuran bingung, cemburu, dan mungkin sedikit kecewa.

Han yang sedang menjalan mobil tidak menggubris, hanya diam menatap jalan, pura-pura tidak mendengar. karena terlalu malas untuk memberikan penjelasan yang tidak perlu.

Sekitar lima belas menit dari rumah Citra, mereka pun tiba di mall. Bagi Anya, ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di tempat sebesar dan semegah itu. Matanya membulat takjub, kepala menoleh ke kiri dan ke kanan, kagum pada lampu-lampu terang, etalase toko yang gemerlap, dan suara riuh rendah dari orang-orang yang berlalu lalang.

"Wah... gede banget..." gumamnya pelan.

Melihat ekspresi polos dan bahagianya, Han hanya tersenyum.

Saat mereka berjalan melewati sebuah toko yang menjual perlengkapan sekolah. Anya menatap deretan tas bergambar kartun, rak penuh buku tulis warna-warni, dan kotak pensil lucu—dengan ragu-ragu.

"Anya, apa kamu ingin Sekolah." kata Han melihat Anya menatap peralatan sekolah dengan intense.

Anya langsung menoleh cepat, matanya berbinar.

"Mau, Bang! Dari dulu Anya pengen banget sekolah!" jawabnya dengan suara penuh semangat.

dia sering berkhayal bisa bersekolah. Namun, keterbatasan biaya membuat orang tuanya tak mampu mewujudkan keinginannya, dan Anya pun terpaksa mengubur impian itu. Bagi Anya, bisa makan setiap hari saja sudah merupakan berkah yang patut disyukuri. Meski begitu, ia sering datang ke depan sekolah. Walau hanya bisa berdiri di balik gerbang, melihat anak-anak seusianya belajar di dalam sudah cukup membuatnya bahagia.

Citra yang mendengar itu ikut terdiam. Dia menatap Anya dengan tatapan lembut, kemudian melirik Han.

"Memang... Anya nggak sekolah?" tanyanya hati-hati, menyangka Anya adalah adik kandung Han.

Han hanya menggeleng pelan, tidak berkata apa-apa. Waktu belum tepat untuk menjelaskan semuanya. Ia tak ingin membuat Anya bersedih lagi, apalagi di hari yang seharusnya menjadi miliknya.

Tanpa banyak bicara, Han menepuk pelan kepala Anya dan tersenyum.

"Kalau gitu, kita beli peralatan sekolah dulu." ucapnya, lalu mengacak rambut Anya yang sedang bergandengan dengan Citra.

Anya mengangguk semangat, wajahnya bersinar seperti matahari pagi.

1
Iwan Brando
kenapa sdh selesai outhor ceitanya
Sarunai: lanjutannya nanti malam ya☺
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
thor tawaran terakhir kan 2T kok turun jadi 1T sih lupa ya thor apa dah ngantuk ya, kopi mana kopi
Sarunai: wah.. baru sadar😅
total 1 replies
Kama
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
Gato MianMian
Kayaknya harus kasih bintang lima deh buat cerita ini!
Sarunai: terimakasih ☺
tunggu kelanjutannya 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!