Kubalas Penghianatanmu Mass

Tepat pukul 6 lebih 15 menit, taxi yang Andin tumpangi bersama Mbak Wati Dan Fara telah sampai di depan sekolah Fara. Suasana sekolah yang masih sepi tak menyurutkan semangat Fara untuk tetap masuk ke dalam kelas.

"Fara masuk dulu buuu Assalamu'alaikum" pamit Fara sembari mencium takzim tangan Ibunya.

"Walaikumsalam sayang"ucap Andin sambil melihat punggung putrinya yang semakin menjauh masuk ke dalam kelasnya.

"Oh iya mbak. habis ini saya antar mbak ke apartemen dulu setelahnya saya berangkat kerja"

"Baik bu"

Sesampainya di apartemen yang dimaksud Andin, ia serta Mbak Wati segera masuk. Tak lupa ia juga membawa koper yang sebelumnya mereka bawa dari rumah lama.

"Yaudah mbak. Saya berangkat kerja dulu ya. Kalau mbak capek punya saya biar saya tata sendiri"ucapnya pada Mbak Wati.

" Halah buk, kaya sama siapa aja. Udah nanti saya bereskan semua. tenang aja Buu"

"Yaudah deh, saya percayakan semua pada Mbak Wati yang paling cantik ini" ucap Andin sambil mencubit pelan pipi Pengasuh putrinya tersebut.

"Waduh Buu, tambah bulet ini nantiii" protes Mbak Wati.

"Halah nggak papa biar bulet kaya saya"jawab Andin.

Sesampainya di kantor, Andin segera mengerjakan pekerjaan kemarin sempat tertunda. Kebetulan Pak Alex belum datang jadi Andin masih punya waktu untuk mengerjakan pekerjaannya dengan santai. Meskipun Alex adalah teman lamanya, tapi Andin akan tetap sungkan jika bekerja se enaknya.

"Pagi Andin" sapa Alex yang tiba-tiba sudah ada di depan meja kerja Andin.

"Eh, maaf, pagi pak Alex" jawabnya sambil berdiri dari kursinya.

"Yasudah lanjutkan kerjaanmu"

"Baik Pak"

Hufftt

Di belahan Bumi lain, kedua insan manusia yang baru saja melangsungkan pernikahan itu tengah asyik berfoto ria di tengah-tengah kadang kebun teh.

"Ayo mas, foto lagiii akuu" teriak Shela pada Firman yang sibuk memegang kamera.

"Iya Shel, jangan teriak-teriak kamu, malu sama yang lain"

"Bodo amat" ucap Shela sambil berjalan mendekat pada Firman.

"Mas kira-kira istri gendutmu itu sekarang lagi apa ya? Pasti dia masih kumel kucel gitu haha"

"Jangan salah, sekarang dia udah kerja. Andin mana pernah pagi-pagi gini masih kumel. Biarpun aku muak sama dia tapi ya menurutku sebagai istri dia cukup baik dalam mengurusku dan Fara"

Raut muka Shela yang awalnya berbinar bahagia seketika berubah muram mendengar sang suami memuji istri tuanya.

"Apa sih mas. Kamu mau bandingin aku sama istri gendutmu itu?!! Beda level mas! Aku cantik kaya gini, sekretaris Bos, kalau istrimu itu apa? Hah! " sewotnya yang langsung pergi meninggalkan Firman.

"Shela tunggu. Mas minta maaf Shel. Ckk"

Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa waktu pulang telah datang. Andin pun segera membereskan mejanya. Hari ini, ia ada janji dengan Fitri untuk menemaninya menemui orangtua Andin. Ia akan membicarakan masalah rumah dengan orangtuanya.

"Hai, lama ya nunggu?" tanya Andin pada Fitri yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Enggak dong bu boss. Santaii"

"Alhamdulillah. Salon? "

"Aman bu boss"

"Apasih kamu ini, Bukan boss yaa" elak Andin.

Sesampainya di rumah orangtuanya. Andin segera masuk ke dalam rumah, karena sebelumnya, satpam rumah telah memberi tahu orangtua Andin bahwa Andin akan datang berkunjung.

"Assalamu'alaikum"

"Walaikumsalam" jawab seseorang dari dalam rumah.

"Mamaa" ucap Andin yang langsung memeluk sangat mama.

"Andinn, mama kangen banget sama kamu. Fara mana?" tanyanya pada Andin begitu melihat sangat cucu tidak ikut bertandang.

"Pulang sekolah Fara langsung ke apartemen ma. Sengaja nggak Andin ajak karena emmm, ini pembahasan dewasa"jelas Andin.

"Iya sayang mama faham" lalu bu Margareth mengalihkan tatapannya pada Fitri yang sejak tadi diam di samping Andin.

"Oh assalamu'alaikum tante" ucap Fitri sambil mengulurkan tangan untuk menyalami mama Andin.

"Walaikumsalam.Yuk masuk. kita makan dulu. Pasti capek kan perjalanan nya. Jauh lo"

"Enggak capek kok ma. Kan rumah mama yang ini deket sama kantor Andin. kalau rumah yang kemarin kan jauhh hehe. Andin juga ga tega ninggal Fara cuma sama mbak Wati"

Saat sampai di dalam rumah, Andin segera menghampiri sang papa yang tengah duduk di meja makan.

"Pa" ucap Andin sambil menahan tangis dengan sekuat-kuatnya.

"Udah, papa faham. makan dulu yuk" ajak Papa Budi.

Selesai makan, Andin, mama Margareth, papa Budi dan Fitri berkumpul di ruang keluarga demi membahas masalah yang Andin alami.

Tak lupa Andin juga memperlihatkan beberapa video ijab qobul Firman dengan selingkuhannya.

"Ini tidak bisa dibiarkan mas, anak kita.. huhu kasihan sekali nasibmu nak" tangis pilu mama Margareth begitu menyahat hati saat melihat rekaman menantunya yang telah menikah lagi secara diam-diam di belakang putrinya.

"Kita harus membalas. Jadi Andin? bagaimana rencanamu?" tanya Papa Budi dengan muka memerah menahan amarah. Sekarang, tak ada gunanya melampiaskan amarah yang tiba-tiba mebuncah.

"Andin akan menjual rumah yang papa hadiahkan. Andin tak mau rumah itu nantinya akan dijadikan tempat bernaung mereka pa, Andin tak rela. maafkan Andin pa" pecahh. Tangis pilu Andin seketika pecah dalam pelukan mamanya.

"Baik, papa akan mengurus semua nya. Besok, rumah itu akan berpindah tangan pada pemilik baru. Kebetulan teman papa ada yang membutuhkan rumah dalam waktu cepat, saat keluarga suamimu pulang, rumah itu sudah ada penghuni lain"

"Makasih pa, maaf Andin udah ngrepotin papa. Untuk langkah selanjutnya, Andin akan usaha sendiri"

"Biarkan papa membantumu lagi, Firman, nantinya akan papa pecat secara tidak hormat karena menurut Pak Andre asisten pribadi papa, suamimu itu telah beberapa melakukan kecurangan dalam pekerjaannya"

"Andin terserah papa. Untuk sekarang Andin dan Fitri pamit pulang Pa Ma. Kasihan Fara cuma sama Mbak Wati di apartemen"

Sepulang dari rumah orangtuanya, Andin masih saja berdiam diri di dalam mobil. Ia tau ini adalah keputusan berat, di satu sisi, Putrinya akan kekurangan kasih sayang dari ayahnya. Meskipun saat masih menjadi suami Andin pun Fara sudah seperti kehilangan sosok Ayah.