Cerita yang memberikan inspirasi untuk wanita diluar sana, yang merasa dunia sedang sangat mengecewakannya.
Dia kehilangan support system,nama baik dan harapan.
Beruntungnya gadis bernama Britania Jasmine ini menjadikan kekecewaan terbesar dalam hidupnya sebagai cambukan untuk meng-upgrade dirinya menjadi wanita yang jauh lebih baik.
Meski dalam prosesnya tidak lah mudah, label janda yang melekat dalam dirinya membuatnya kesulitan untuk mendapat tempat dihati masyarakat. Banyak yang memandangnya sebelah mata, padahal prestasi yang ia raih jauh lebih banyak dan bisa di katakan dia sudah bisa menjadi gadis yang sempurna.
Label buruk itu terus saja mengacaukan mental dan hidupnya,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manja
Selamat membaca semuanya
.
.
.
Brianda melongo, matanya kembali fokus pada cowok yang tengah mendekap Britania. Dengan bodohnya ia tidak mengenali Rayyan padahal Brianda pun mengenal anak itu sejak masih TK. " Aihh! Gue bener-bener nggak bisa mengenali Dia boss. Jadi itu Mas Rayyan yang menghilang sejak 5 tahun lalu, bahkan boss besar udah sewa detektif buat cari dia loh! Dia kenal Bri jugaa? "
Nathan mendengkus kasar, genggaman tangannya begitu erat. Pelukan Rayyan memancing emosi besar dalam dirinya. Bagaimana bisa ia membiarkan wanitanya dipeluk mesra oleh pria lain, sekalipun itu Rayyan yang notabenenya adik angkat.
Dengan memendam kekesalan yang memuncak Nathan mengikuti Brianda dan Chacha, mereka bertiga akhirnya keluar ruangan dan mencari tempat duduk lain untuk membahas Rayyan. Berawal dari ketidak tahuan Chacha tentang Rayyan yang di jelaskan Brianda, hingga Chacha yang melanjutkan cerita bagaimana Rayyan bisa bertemu dan sedekat ini dengan Britania.
" Jadi,, Rayyan adiknya Pak Nathan yang hilang lima tahun lalu dan kebetulan dia ketemu dan di tolong Bri? Kalian berdua baru mengetahui sekarangg? Padahal Rayyan serring jemput Bri ke kantor kan kalau hujan? " tanya Chacha masih tidak percaya. Brianda dan Nathan sama-sama menghembuskan napas frustasi. kenyataan ini sangat mengejutkan bagi mereka. Nathan sudah mengenalinya lebih dulu saat mereka bertemu di rumah singgah dulu. Hanya saja ia tidak mengira ceritanya setragis itu.
Nathan bukan menutup mata dari kepergian Rayyan dulu, namun ia pun tengah menghadapi maslah sendiri yang tak kalah peliknya. Bersamaan dengan itu, ia memang tinggal di Jerman, jadi sebagai sibling yang tidak akur, ia lebih masa bodoh dengan kasus menghilangnya Rayyan kala itu.
" Gue beneran nggak ngeh boss kalau itu Mas Rayyan, penampilannnya udah beda banget. Jadi selama ini dia sama Bri babe? " ujar Brianda lagi.
Chacha mengangguk, meski ia masih terkejut dengan fakta yang barusan didengarnya. " Iyaa,, dulu aku sama Bri yang temuin Dia OD di bawah jembatan. Kondisinya sudah parah hampir kehilangan nyawanya, lalu Bri bersikeras menolongnya, membawa ke rumah sakit dan merehabnya sampai sembuh. Dia di rehab bersama Devanda juga, selama ini Bri yang mengurus seluruh hidupnya, yang selalu ada dan selalu support mereka sampai bisa hidup normal lagi seperti sekarang. Rayyan baru memulai bekerja bulan lalu sebagai bodyguard pribadi, dia dan Devanda sangat menjaga Bri loh. Bahkan siap mempertaruhkan nyawa mereka sendiri demi Britania, bagi mereka Bri adalah segalanya, makanya aku tenang tadi waktu liat Rayyan yang bersama Bri di sana. " Terang Chacha mencoba memberi pengertian pada dua pria di depannya.
" Tapi itu melewati batas, mereka sampai pelukan gitu Cha,, ckk. " Nathan berdecih keras menahan cemburunya.
" Selama ini laki-laki yang bisa peluk Bri kayak gitu cuma Dev sama Rayyan, selain mereka dia anti banget. Dan Brii juga menganggap mereka sebatas adik, nggak usah mikir negatif gitu Pak boss, "
Penjelasan Chacha rasanya tidak cukup untuk Nathan, banyak pertanyaan bercokol di dalam hatinya yang membuat ia tetap tak rela melihat Bri dipeluk Rayyan begitu dalam tadi." Tetep aja aku nggak rela dia peluk-peluk Bri gitu, Rayyan juga udah dewasa."
"Sabar boss,, biarinn Bri tenang dulu, kalau dari ceritanya Chacha tadi, sekarang misal lo samperin mereka jelas Bri akan marah dan dia pasti lebih memilih Rayyan. " Brianda menarik kembali Nathan yang sudah akan berjalan ke arah meja Bri. Sulit sekali mengendalikan boss bucinnya dari cemburu. Dia harus memastikan Boss'nya tidak berkelahi dengan Rayyan di Bar.
"Ehh,, ngomong-ngomong kenapa Rayyan sampai pergi dari rumah? " Tanya Chacha lagi, masih ingin mencari tahu tentang Rayyan. " Nanti Beb Aku ceritain, udah kita pulang dulu aja, yang penting kita udah tahu Britania baik-baik aja sekarang "
Brianda dan Chacha berusaha keras untuk mengajak Nathan keluar, dan akhirnya meski masih bersungut-sungut dia tetap pergi juga. Tapi ia tidak langsung pulang, melainkan menunggu di mobil, hatinya tidak akan tenang meninggalkan Brii hanya berdua dengan adiknya.
" Udah puas nangisnya? Pulang yukk, " ajak Rayyan
" Gendong yaaaa," pinta Britania sudah hampir tidak sadarkan diri, kali ini perempuan itu mabuk berat. Rayyan hanya terkekeh namun menurut juga. Dia mengalungkan tas slingbag milik Bri di lehernya kemudian memposisikan punggungnya untuk menggendong perempuan kesayangannya.
Keduanya mulai keluar area Bar dengan Britania nemplok manis di punggung Rayyan dengan nyamannya.
Pemandangan Rayyan menggendong Britana tidak luput dari tatapan tajam Nathan, hidungnya kembang kempis menahan emosi yang hampir meledak. Dan ia tidak pernah tahu penyebab Bri sampai sekacau ini.
Harusnya yang Brii hubungi adalah dia kekasihnya, kenapa Rayyan yang di sana?
Pertanyaan itu bercokol di kepala Nathan. Ingin sekali ia menanyakan langsung pada Brii saat itu juga, tapi ia masih ingat cerita Chacha. Untuk saat ini paling benar memang membiarkan Brii tenang dulu,
" Rayy,, temenin gue tidurrr. " racau Bri yang sudah hampir memejamkan mata ketika Rayyan meletakkan tubuhnya di ranjang. Rayyan tertawa kecil sambil melepas stilettonya, lalu blazer yang Brii gunakan juga agar tidurnya lebih nyaman.
" Minum berapa gelas lo kak? Biasanya lo selalu kuat minum? "
" Aku nggak mabuk Ray, kamu bilang aku boleh manja sama kamu kan? Penawaran itu masih berlaku? Aku sampai lupa rasanya menjadi manja seperti apa, tapi malam ini aku pengin peluk kamu sambil tidur. Aku capek jadi mandiri, " Rayyan tersenyum geli melihat perempuan kesayangannya itu terus meracau, pelan-pelan ia mulai merapikan rambutnya yang acak-acakan di wajah, dia bahkan membantu membersihkan make up di wajah Britania dengan tissue basah.
Rayyan menatap sendu, hati kecilnya merasa gagal menjaga Bri. Entah apa masalah yang sedang ditanggungnya kini, Rayyan seharusnya bisa menjadi orang terdekat yang selalu ada untuk dia, walau saat ini posisinya Brii yang salah sekalipun akan tetap Rayyan bela.
Perlahan tangannya terangkat untuk menangkup sebelah pipi Britania yang memerah,
" Boleh kak,, lo boleh manja sama gue, tapi sama gue aja jangan sama Pria lain. " ucapannya terhenti karena bel rumah berbunyi. Rayyan beranjak untuk membuka pintu, dia mengira Chacha yang akan datang untuk menemani Britania menggantikannya.
Seketika tangannya menghalangi seseorang yang ingin masuk menerobos pintu tanpa permisi padanya, " mana Britania?! " sentaknya.
Next???
