Sekar dan Aryo menikah karena sebuah perjodohan. Akan tetapi rupanya Aryo adalah seorang duda. Sekar tentu sangat terkejut mengetahui fakta itu.
Namun, mereka memutuskan untuk menerima pernikahan mereka. Meskipun sikap dingin Aryo kadang membuat Sekar tidak habis pikir. Pada akhirnya Sekar membalas sikap dingin itu dengan sikap dingin juga. Disitu Aryo mulai kewalahan, dan berusaha meluluhkan hati Sekar.
Ketika keduanya mulai dekat, mantan istri Aryo tiba-tiba muncul. Bagaimana Sekar menghadapi sang mantan istri dari Aryo?
Apakah Aryo akan oleng dengan munculnya si mantan istri?
Saya tidak akan memaksa readers untuk suka dengan karya saya. Mau like atau tidak ya monggo. Terimakasih bagi yang membaca dan memberikan apresiasinya kepada saya. Jika memang tidak berkenan membaca, silahkan dilewati. Saya yakin dari sinopsis sudah bisa dilihat.
keberlangsungan karya ini juga ada pada readers semua. Terimakasih banyak bagi yang sudah membaca bab demi bab yang sudah author tulis 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Dingin 26
Dada Rima bergemuruh saat mendengar suara di sambungan telepon tadi. Suara orang itu tidak pernah ia dengar selama setahun lebih, dan kini ia kembali mendengarnya.
Gunawan-- ayah dari Rima lah yang menghubunginya tadi. Entah dari mana Gunawan mendapatkan nomor telepon rumahnya. Tapi yang jelas saat ini dia tenga dilanda kebingungan.
Besok gunawan memintanya pulang, ini adalah sebuah perkembangan yang bagus, karena bisa saja ayahnya itu sudah memaafkan dirinya. Akan tetapi, besok adalah pertama kalinya akan bekerja. RSMH bukanlah rumah sakit yang kecil, ini merupakan hal bagus juga dalam karirnya,
Tok! Tok! Tok!
Rima terperanjat saat mendengar suara pintu rumahnya yang diketuk. Ia berdiri dan berlari ke pintu, tapi seketika ia kembali ke mara lagi. Rima merapikan rambut dan bajunya. Senyumnya mengembang di depan cermin.
" Aku yakin dia pasti datang lagi. Aku yakin dia yang mengatakan waktu itu bahwa tidak akan menghubungi adalah perkataan bohong. Aryo, aku percaya kamu masih menyimpan aku di hatimu."
Sungguh sangat percaya diri sekali Rima. Rupanya seperti itu anggapan nya terhadap Aryo. Tapi senyumnya itu menghilang saat melihat siapa yang ada di depan pintu.
" Ooh kamu Sam," ucap Rima penuh dengan kekecewaan.
Ternyata yang datang ke rumah Rima adalah Samsul. Pria itu mengerutkan keningnya, sepertinya kedatangannya ada di waktu yang tidak tepat.
" Apa ada orang lain yang kamu harapkan untuk datang? Mengapa sepertinya kamu sangat kecewa saat melihatku?" tanya Samsul menyelidik. Dia jelas bisa melihat raut kekecewaan di wajah Rima.
" Ti-tidak. Bukan begitu. Aah ya, silahkan duduk," tukas Rima cepat.
Keduanya duduk di teras rumah. Samsul memperhatikan wajah Rima dari tadi dan seakan ada yang tidak beres. Tapi dia datang untuk hal lain.
Samsul menanyakan apakah Aryo sempat mendatangi Rima atau tidak. Melihat dari reaksi Rima, temannya itu jelas bisa mengetahui bahwa Aryo sudah berkunjung.
" Haaah, Rim, aku harap kau jangan lagi berhubungan dengan Aryo. Dia sudah menikah. Sebaiknya kamu jauhi dia."
Deg!
Kata-kata Samsul seperti menusuk ke relung hati RIma. Itu juga yang sebenarnya Aryo katakan padanya kemarin. Tapi, RIma masih berusaha untuk berpikir baik bahwa Aryo hanya asala bicara saja.
Pluk
Samsul menepuk bahu Rima pelan. Ia tahu, dari sorot mata Rima bisa dipastikan bahwa temannya itu masih menyukai Aryo. Tapi mereka saat ini sudah berbeda status jadi jelas tidak bisa lagi bersama.
" Rim, kalian sudah punya jalannya masing-masing. Aku harap kamu memahami situasi yang sekarang Rim."
Samsul melenggang pergi. Dia sangat tidak tenang setelah Aryo menemuinya waktu itu. Samsul seperti merasa bersalah. Tidak seharusnya dia memberitahu keberadaan Rima.
" Apa aku benar aku harus berhenti di sini?"
🍀🍀🍀
Keesokan harinya, Rima memantapkan hati untuk memilih berangkat ke RSMH dari pada pulang ke rumah. Kesempatan bekerja di rumah sakit besar itu tidak akan datang dua kali. Sedangkan pulang ke rumah, dia bisa melakukan kapan saja.
" Selamat pagi Bu?"
" Aah, Saudari Rima. Silakan duduk. Sebelumnya selamat bergabung di Rumah Sakit ini. Semoga kedepannya Anda bisa nyaman bekerja di sini. Nanti bagian HRD akan menjelaskan mengenai kontrak kerjanya. Apakah hari ini bisa langsung bekerja?"
" Bisa bu, sangat bisa."
Rima sungguh senang, pun dengan Sekar. Aura yang terpancar dari wajah cantik Rima sangat baik. Ia berharap ini akan jadi pengganti Dinda. Ia harap, Rima adalah pribadi yang baik dan jujur.
Hari ini juga Rima resmi menjadi salah satu karyawan departemen keuangan RSMH menggantikan posisi Dinda. Menurut informasi dari kepala departemen, Rima bekerja dnegan baik. Wanita itu juga cekatan.
" Wuihhh lagi seneng nih?" ledek Mondi yang masuk tanpa permisi ke ruangan Sekar.
" Yoi, puas banget sama karyawan baru itu. Sepertinya dia memang bagus deh dalam bekerja," ucap Sekar dengan ekspresi puas. Menurutnya pilihannya kali ini sangat tepat.
" Tck, baru sehari Kar. Bukannya pesimis, tapi kita tetap harus pantau dulu perkembangan kedepannya nanti."
Ucapan Mondi dibenarkan oleh Sekar. Tapi paling tidak, untuk saat ini semua sesuai dengan apa yang dia mau. Nanti dia akan bicara dengan kepala departemen keuangan agar mengawasi Rima lebih lanjut dan melaporkannya langsung kepadanya.
Tok! Tok! Tok!
Pintu ruangan Sekar diketuk. Kali ini Mondi yang berinisiatif untuk membukanya. Sekalian dia akan kembali ke ruangan miliknya. Mata Mondi berbinar saat melihat siapa yang datang.
" Selamat pagi menjelang siang Tuan, silakan masuk. Kebetulan saya juga sudah mau pergi."
" Terimakasih."
Mondi dengan tergesa segera keluar, dan menutup pintu cepat. Dia sangat senang melihat kedatangan Aryo. Sepetinya Mondi mulai paham, bahwa Aryo sedang membangun hubungan. Ini adalah hal yang baik.
" Anga saja rumah sendiri Pak, dibuat nyaman saja."
Perkataan Mondi mendapat tatapan tajam dari Sekar. Wanita itu heran mau apa Aryo datang lagi hari ini. Tapi saat ini, lebih baik dia mempersilakan Aryo untuk duduk. Dia tidak mau mendapat kritik seperti kemarin lagi.
" Aaah akhirnya disuruh duduk tanpa harus diminta," sindir Aryo.
Sekar hanya menahan rasa kesalnya mendapat sindiran tersebut. Tapi dia harus menahan dirinya untuk tidak banyak menanggapi Aryo. Tapi seketika dia ingat bahwa di kampus sedang ada masalah. Lantas mengapa pria itu malah berada di sini.
" Apakah masalah di kampus sudah selesai?" tanya Sekar berinisiatif.
" Waah Alhamdulillah, akhirnya istriku perhatian juga. Alhamdulillah, urusan sudah selesai. Semua berakhir baik, setidaknya dari sudut pandang kami."
Sekar mengerutkan kedua alisnya. Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi. Awalnya Sekat yang hanya basa-basi itu enggan untuk mendengarkan. Tapi karena Aryo terus bercerita mau tidak mau Sekar menyimak.
" Tck, dasar orang tua tidak bisa memberi contoh yang baik. Anak begitu masa malah dibelain. Kalau punya anak, jangan jadi orang tua yang egois," ujar Sekar.
" Punya anak ya? Jadi, apakah sudah siap punya anak?"
Mata Aryo mengerling. Ia mengikis jarak antara dirinya dan Sekar, hingga Sekar tersudut di pojok sofa. Sekar tentu terkejut dengan pergerakan Aryo yang tidak dia duga.
" Kamu mau apa?" ucap Sekar dengan nada panik. Ia melihat sisi Aryo yang berbeda saat ini.
" Kira-kira, kalau begini mau apa."
Aryo sangat suka melihat reaksi Sekar yang begitu waspada. Terlihat istrinya itu sangat gugup. Terlebih saat Aryo mendekatkan wajahnya kepada wajah Sekar. Hanya tinggal beberapa inci saja hidung mereka nyaris bersentuhan.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Sekar memompa lebih cepat. Ia bahkan bisa mendengar debaran yang ada di dadanya itu. Wajah Sekar juga mulai memerah. Ingi sekali mendorong dada Aryo untuk menjauh tapi dia seperti kehilangan tenaga.
" Ka-kamu mau apa? Tolong sedikit lebih jauh. Ini di rumah sakit, a~"
" Jadi, kalau di rumah, bisa kah begini?"
" Bu-bukan begitu juga."
Sekar memaki dirinya yang mudah terjebak dengan kata-kata Aryo. Ia sejenak berpikir, sejak kapan pria di depannya itu bisa bersikap demikian.
Aryo terus saja mendekat, bahkan saat ini hidung mereka mulai bersentuhan.
Brak!
" Maaf, kami tidak bermaksud!"
TBC
Masa direktur rumah sakit gk bisa mikir