Raina Salsadila tumbuh menjadi wanita mandiri. Demi menghidupi adik-adik nya dengan layak ia rela menjadi bodyguard CEO jutek.
"Wanita! Berani sekali kalian menjadikan wanita sebagai bodyguard ku. Pecat dia sebelum matahari terbenam. Jika tidak kau akan tahu bagaimana menakutkannya diriku." Bentak Sawn Praja Dinata.
Kisah pilu masa lalu membuat Raina bertahan menjadi bodyguard Sawn Praja Dinata.
Berapa lamakah Raina sanggup bertahan?
Mampukah kesaleha-han Raina Salsadila meruntuhkan ego Sawn Praja Dinata?
Yokkk kepoin keseruan kisah manis antara Sawn dan Raina...!
IG Author: Hasma_mahmud
Selamat membaca...💕💙💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasma mahmud, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Jejakmu
Hhhhhh.... Lepaskan aku.
Sakit. Sakit.
Hikk...hikkk.
Lepaskan aku.
Sakit.
Plakkk. Tamparan keras mendarat di wajah Sawn Praja Dinata. Meskipun begitu ia tetap tidak melepaskan genggamannya dari tangan Raina.
Tidak terasa Sawn mulai meneteskan air mata melihat Raina bergetar ketakutan.
Jedarrr...
Suara guntur seolah memekakan telinga, dan hal itu semakin membuat Raina menangis sejadi-jadinya.
"Apa yang sudah kamu lalui sampai kamu menangis dalam tidurmu?" Sawn masih menggenggam tangan Raina. Ia merasakan nyeri di wajahnya bekas tamparan Raina, namun ia memilih untuk mengabaikannya.
Sementara tangan yang satunya sibuk mengelus puncak kepala Raina. Raina berhenti menangis dan mulai merasa tenang. Di peluknya tangan Sawn Praja Dinata yang dia anggap tangan ibunya, karna ibunya selalu melakukan hal yang sama apabila mimpi buruk itu datang tanpa di undang.
"Jadi ibumu takut kamu akan seperti ini tanpa dirinya?" Ucap Sawn pelan tidak ingin mengganggu Raina yang mulai tenang.
"Aku tidak tahu kalau kamu memiliki luka yang masih belum sembuh hingga saat ini. Apa pun itu aku akan selalu berada di samping mu. Seperti ini, dan lebih dekat dari ini." Lirih Sawn pelan sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Raina, memandangi wajah itu dalam kegelapan.
"Aku nyakin jika kamu terbangun, kamu pasti akan menghajarku. Mematahkan tangan yang berani menyentuh jemarimu. Syukurlah Tuhan sedang baik padaku." Sawn tersenyum masih sambil mengelus puncak kepala Raina.
Sebenarnya ia ingin mengecup lembut puncak kepala Raina, keinginan itu berusaha ia bendung karna ia tahu wanita Soleha di hadapannya ini tidak akan menyukainya.
Hanya laki-laki terhormat yang bisa menghormati wanita.
Ucapan mamanya kembali bergema di telinga Sawn Praja Dinata. Ia tidak ingin melepas jemari Raina namun ia harus melakukannya.
Waktu menunjukan pukul 3.30 ketika Sawn beranjak meninggalkan kamar Raina. Ia kembali kekamarnya dengan perasaan berat, sesampainya dikamar, ia langsung menghempaskan tubuh lelahnya di kasur berukan besar miliknya.
...***...
"Kak Andre dimana dasiku?" Ucap Aldy sambil mengacak baju di lemari.
"Kak Andre di mana buku matematika ku?" Tanya Nanang yang sibuk membongkar tas dan meja belajarnya.
"Ada apa dengan kalian berdua? Kenapa kalian terus bertanya pada kakak kalian tentang perkakas kalian. Bukankah bude sudah bilang, pakaian dan buku, kalian harus urus sendiri tanpa melibatkan siapapun." Ucap bu Romlah kesal.
Aldy dan Nanang hanya bisa merunduk menyesal.
"Cepat keluar sebelum ibu kalian marah." Ucap bu Romlah lagi.
Nanang dan Aldy langsung lari tak ingin diomeli. Sementara Andre ,ia masih mematung di kamarnya, berdiri di belakang tubuh bu Romlah.
"Dasar anak nakal. Yang satu membuang dasinya di bawah tempat tidur dan yang satunya lagi meletakkan bukunya di dalam selimut. Apa dia berpikir bukunya kedinginan? Eeeehh." Geram bu Romlah.
Andre tahu, dimarahi berarti di sayangi. Dan bu Romlah adalah sosok yang sangat baik. Andre memeluk tubuh bu Romlah dari belakang.
Bu Romlah terkejut, tidak biasanya anak baik itu memeluknya sambil menangis. Pelan bu Romlah membalikkan tubuhnya sambil memandangi wajah sedih Andre.
"Ada apa nak? Apa ada yang mengganggumu?" Mendengar pertanyaan bu Romlah, Andre hanya bisa menggelengkan kepala.
"Jika tidak ada yang mengganggumu, kenapa kamu menangis?" Tanya bu Romlah lagi.
"Andre Rindu kak Raina. Andre ingin bertemu dengannya."
Sssttt! Bu Rahayu meletakkan jari telunjuk di bibirnya, mengisyaratkan Andre mengecilkan suaranya.
"Siapa yang memberitahumu kakakmu tidak tinggal disini?" Tanya bu Romlah pelan.
"Aku mendengar pembicaraan bude, ibu dan kakak waktu itu." Ucap Andre dengan wajah tertunduk.
"Baiklah. Ini rahasia kita berdua, adik-adikmu tidak boleh tahu kakakmu tinggal dimana. Jika mereka tahu, ibumu akan memarahi kita berdua." Ucap bu Romlah sambil berbisik. Andre mengangguk, mengerti.
Bu Romlah menulis sesuatu di secarik kertas kemudian memberikannya pada Andre tanpa sepengetahuan siapapun.
...***...
Sawn menuruni anak tangga sambil menguap, ditutupnya mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
Agama Islam mengajarkan manusia Akhlak-akhlak yang mulia dan melarang manusia dari akhlak-akhlak yang tercela. Di antara akhlak mulia dalam Islam, Islam bahkan mengajarkan adab ketika menguap.
Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah menyukai Bersin, dan tidak menyukai Tasa'ub (Menguap). Jika seseorang bersin maka ucapkanlah Hamdalah, dan merupakan hak baginya terhadap setiap muslim yang mendengarnya untuk bersymit. Adapun menguap, itu dari Setan. Maka hendaknya ia menahannya sebisa mungkin, jika ia menguap sampai mengeluarkan suara 'HAH' maka Setanpun tertawa. (Hr. Bukhari No. 6223. Muslim No.2994).
Dari Abu Sa'id Al Khudri RA. Rasulullah SAW bersabda:
Jika kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya. Karna Setan akan masuk.
"Selamat pagi tuan." Sapa bi Sumi sambil meletakkan Koffe pahit di hadapan Sawn yang baru saja duduk.
Sawn tidak mengucapkan sepatah katapun selain membalas bi Sumi dengan senyum yang ia paksakan.
"Pagi-pagi minum koffe pahit, pantas saja ucapanmu selalu pahit." Lirih Raina pelan. Melihat bibir Raina komat-kamit Sawn langsung menatapnya curiga.
"Apa kamu mengutuk ku di dalam hatimu?" Ucap Sawn dengan wajah cueknya.
"T-I-D-A-K." Ucap Raina sambil mengaduk nasi goreng yang ia buat bersama bi Sumi.
"Ohh...Ya ampun. Ada dengan wajah tuan?" Ucap bi Sumi terkejut.
Mendengar pertanyaan bi Sumi, Sawn langsung melirik ke arah Raina yang sedang mengacuhkannya.
"Tadi malam ada Kucing Liar, dan tanpa sengaja..." Sawn menghentikan ucapannya karna mendengar ponselnya bersering.
Hallo...
Benarkah?
Baiklah.
Segera temukan yang ku perintahkan padamu, jika tidak kamu tidak akan pernah membayangkan apa yang akan ku perbuat pada usaha kecilmu. Ancam Sawmn.
"Dasar laki-laki kejam bisanya cuman ngancam. Dikit-dikit ngancam, dikit-dikit ncancam. Capek dech." Ucap Raina pelan sambil mengaduk-aduk nasi goreng yang mulai dingin.
"Apa kamu marah padaku? Ku peringatkan, jangan coba menentangku atau kalo tidak..."
"Bu minta supnya." Raina sengaja mengalihkan pembicaraan dan mengeraskan suaranya agar ia tidak mendengar celotehan Sawn yang terus saja mengancamnya.
Melihat sosok manis di hadapannya ingin sekali Sawn tertawa, sayangnya ia tidak bisa karna itu akan menurunkan wibawanya. Sejak kapan Sawn Praja Dinata belajar memendam perasaannya, bahkan ia bukan lagi anak-anak yang akan memiliki kisah cinta monyet diusianya.
"Mungkin bibi lupa menutup jendela sampai tuan di serang kucing liar. Maaf tuan muda." Ucap bi Sumi sambil merunduk memecah keheningan
Kucing liar? Aku rasa itu terlalu berlebihan. Bagaimana mungkin gadis anggun di hadapanku ini bisa kusebut kucing liar? Aahh.... Itu pantas untuknya, siapa suruh dia berani menghajar wajah tampanku. Lirih Sawn sambil tersenyum sampai membuat bi Sumi dan Raina Saling memandang heran.
Yang bapak inginkan akan segera saya kirimkan melalui Gmail.
Sawn tersenyum sambil membaca pesan singkatnya.
"Apa kamu sudah selesai sarapan?"
Raina mengangguk sambil melepas sendok dari genggamannya. Lagi-lagi Sawn melempar kunci mobil kearah Raina, kali ini Raina bener-benar kurang siaga.
Pletakk.
Kunci mobil Sawn mendarat tepat di atas kepala Raina. Raina meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya. Sementara Sawn, merasa tidak bersalah ia berjalan meninggalkan Raina.
"Dasar kasar." Celetuk Raina pelan.
Bi Sumi hanya bisa tersenyum melihat pemandangan aneh dua anak manusia yang saling mengganggu namun secara diam-diam saling mengagumi.
...***...
"Selamat pagi pak." Sapa pak Halil begitu mobil Sawn memasuki lingkungan prusahaan. Sementara yang disapa tak bergeming, cuek.
Raina membalas sapaan pak Halil sambil membuka jendela mobil yang ia kendarai.
"Selamat pagi pak Halil. Apa bapak sudah sarapan?" Pak Halil menggelengkan kepala sambil memandangi wajah tersenyum Raina. Raina mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam tas kemudian menyodorkannya pada pak Halil.
"Tidak usah neng. Nanti bapak bisa beli di kantin." Ucap pak halil penuh sopan-santun.
"Apa kita bisa pergi! Waktu ku sangat berharga." Celetuk Sawn sambil mengibaskan tangannya mengisyaratkan pergi.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengan Sawn langsung merunduk memberi hormat. Sementara Raina, ia berjalan sepuluh langkah di belakang Sawn sembari menenteng tas tangan lelaki yang sok cuek itu.
Bobby, Agil dan Yanto berdiri di depan ruangan Robin. Mereka bertiga memberi hormat pada Sawn yang berjalan cuek di depan mereka.
"Neng Raina." Panggil Agil sambi berjalan pelan kearah Raina.
Raina menyerahkan tas Sawn pada Agil, meminta tolong agar Agil membawakan tas kerja bossnya itu masuk kedalam ruangan tertutupnya.
Dari balik daun pintu Sawn bisa melihat betapa bahagianya Raina, senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya, seolah mimpi buruk yang di alaminya tadi malam bukan apa-apa baginya.
Ting...Ning.
Suara Email dari ponsel Sawn terdengar sangat nyaring di telinganya. Segera di periksanya Email itu dari Laptop yang ada di meja kerjanya.
Semenit, Dua menit, Tiga menit, bahkan sampai sepuluh menit berlalu, Sawn berusaha tidak menangis membaca Email di depan netranya, namun matanya tidak membiarkannya. Air mata menetes setiap kali ia mencoba mengulangi Email yang ia baca.
Pelan ia beranjak menuju pintu ruangannya, Raina masih disana bersama rekan-rekannya. Wajah itu masih memamerkan senyum terbaiknya.
Pelan Sawn menghapus air mata dengan punggung tangannya.
"Aku bahagia melihatmu bahagia. Akan ku hukum orang yang berani meninggalkan trauma dalam dirimu. Aku berjanji." Lirih Sawn sambil menatap wajah tersenyum Raina dari balik daun pintunya.
Aku telah menemukan jejakmu. Kini Suka dan Dukamu akan menemani setiap langkah dalam kehidupanku. Kan ku genggam tanganmu sampai di ujung usiaku. Sawn Praja Dinata.
...***...
d menjadi t
p menjadi f
f menjadi t
maksut seharusnya maksud
detektip seharusnya detektif