"Loh, Kok Bisa Kamu Suka Aku?"
Kalau ada penghargaan “Cewek Paling Ngejar Cowok di Sekolah”, semua orang sepakat,pialanya pasti buat Mayra.
Axel adalah cowok paling dingin di sekolah. Tatapannya kosong, sikapnya rapi, dan geraknya terlalu sempurna untuk sekadar remaja SMA.
Saat dunia modeling mempertemukan mereka di bawah sorotan kamera, chemistry yang tak seharusnya ada justru tertangkap jelas.
Mayra mengira Axel hanya sulit didekati.
Ia tidak tahu bahwa Axel adalah manusia ciptaan.
Di antara audisi, photoshoot, dan rahasia yang tak boleh terbongkar, satu pertanyaan mulai menghantui mereka berdua:
Jika perasaan tidak pernah diprogram…
loh, kok bisa kamu suka aku?
~Salam Hangat Dari Penulis🤍
ig:FahZa09
Tiktok: Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Jantan
Nathan dan Mayra di ruang studio photo shoot
"Sudah,jangan cemberut. Di sini nggak akan ada yang bikin kamu badmood."
"Dari awal aku nggak suka lihat si rubah itu,cara dia melihat Axel kelihatan banget kalau ada sesuatu."
"Sesuatu gimana?"
"Kayak yang nemuin mangsa,pengen aku patahkan tulangnya!"
"Seram sekali,tapi itu sepertinya terdengar bagus."
"Coba saja,kalau dia berniat menggoda Axel.Akan aku buat dia kehilangan nyali tampil di kamera."
"Ha ha ha ...sudah,sudah. Kita mulai pelajaran kita. Mayra aku ingin di perlombaan foto shoot untuk parfum 'X' nanti kau yang jadi lawan ku. Kita couple. Gimana? "
"Parfum 'X'? Parfum mahal itu? Yang harganya permili satu jutaan?"
Nathan mengangguk,"Iya,kalau kau mau kita berlatih dari sekarang.Tapi kalau kau lebih tertarik dengan Acting,vocal atau lainnya. Aku tidak memaksa sih."
"Aku malas yang lain,aku lebih suka Photoshoot. Aku lebih suka modeling sepertimu."
"Tapi,Axel sepertinya punya bakat di semuanya. Aku lihat dia sekarang jadi murid kesayangan Ryu."
"Memang Axel ku itu luar biasa,dia sangat mudah belajar apa saja.Makanya dari dulu aku menyukainya."
"Iya,aku jadi tahu alasanmu menyukainya.Gimana? Kita mulai?"
Mayra mengangguk."Let's try!"
Cahaya putih langsung menyebar, menyilaukan, cukup terang untuk membuat setiap sudut terlihat jujur. Dindingnya polos, tinggi, tanpa ornamen—ruang yang tidak memberi tempat untuk bersembunyi.
Di tengah ruangan, backdrop abu terang terbentang rapi. Ujungnya digulung sempurna, tanpa lipatan. Di kiri dan kanan, deretan softbox besar berdiri seperti penjaga, kabel-kabelnya ditata lurus, tak satu pun tergeletak sembarangan.
Lantai hitam matte memantulkan bayangan samar. Setiap langkah terdengar jelas, seolah ruangan itu sengaja dibuat untuk menangkap gerak sekecil apa pun.
Sebuah kamera besar terpasang di tripod, lensa mengarah lurus ke titik tengah. Di belakangnya, monitor lebar menyala—menunggu wajah yang akan muncul di layarnya. Beberapa kursi kru berjajar di sudut, botol air dan clipboard tertata rapi di atas meja panjang.
Berasa di ruangan ini,Mayra tahu tidak ada yang peduli siapa dirinya di luar.Yang dihitung hanya satu hal,
bagaimana dia terlihat saat kamera mulai bekerja.
Theo sang photografer masuk ruangan.
"Hay, Mayra " Theo melangkah mendekat pada tripod yang sudah terpasang kamera. Memutar-mutar lensa, memastikan pencahayaannya tepat.
"Hai,Theo" Mayra agak sedikit canggung,karna ini pertama kalinya mengobrol langsung dengan Theo.
Theo melirik dari balik kameranya."Tidak perlu canggung Mayra,aku sudah lama bekerja bersama Nathan.Dan aku yakin,kalau Nathan sudah berlaku spesial begini dengan seseorang berarti,orang itu benar-benar memiliki kemampuan."
"Aku,hanya pertama kalinya buat ku, jadi aku masih merasa canggung,tapi aku akan berusaha."
"Aku yakin padamu Rambut Singa!"
"Berhenti panggil aku dengan sebutan itu!"
"Tidak bisa,aku lebih suka menyebutmu rambut singa."
Mayra memukul punggung Nathan,tidak terlalu sakit menurut Nathan hanya reaksinya ia buat berlebihan.
Theo yang melihat itu,tentu membuatnya tersenyum tipis 'Begitu ya,Seorang Qyn Nathan mencintai seorang gadis?'
***
Sesi istirahat Kelas A putra.
Axel meneguk air dari botol yang sudah tersedia. Seorang peserta trainee yang sejak kedatangan Axel sudah menunjukkan ketidak sukaannya sengaja menyenggol bahu Axel.
Bug!
"Awww!"
Cowok berambut pirang yang menyenggol tadi meringis kesakitan.'Kenapa? Kenapa tubuhnya seperti besi? Keras sekali,kelihatan dia rajin olahraga ya'
Sedang Axel,diam tak bergeming. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Cowok berambut pirang itu bernama Vico,sebelum datang Axel dia adalah orang yang paling menonjol di antara yang lain.Menjadikannya merasa lebih senior. Tentu kedatangan Axel melukai egonya.'Cowok sialan ini,dia sok keren banget.Tapi,kau kesakitan saat menyenggol bahunya tadi.Dia sendiri seperti tidak terjadi apa-apa.Sebenarnya dia ini siapa?'
Sesion latihan selanjutnya kembali di mulai.
Ryu sudah bersiap memberikan gerakan lanjutan.Dia memang terkenal disiplin.Baginya,tidak ada sesuatu yang mudah untuk di dapatkan,semua muridnya harus bekerja keras.
***
Zen yang masih mengurung diri di kamar gelap.
Ia memutar pergelangan tangannya,hanya ada nyeri sedikit."Bagus,sakitnya tidak terlalu sakit.Aku sudah bisa menahan rasa sakitnya.Akan aku buktikan,cowok jantan yang tidak akan mudah menyerah hanya karna nyeri yang sedikit ini."
Zen membuka gips di tangannya,walau masih sakit tapi dia berusaha untuk tidak meringis.Seringai tipis di bibirnya muncul,"Aku siap kembali kemedan perang.Di mana aku adalah seorang jendral,aku adalah jendral!"
Kepercayaan diri naik 75%.
"Tapi,untuk melindungi cewek bersinar ku itu. Aku harus berlatih lebih keras lagi.Aku tidak mau dia di sentuh oleh cowok lain,meskipun itu hanya membantunya agar tidak jatuh.Harus aku,harus aku yang membantunya.Tidak boleh yang lain."
"Aku masih belum pantas untuk terjun ke Medan perang,aku harus berlatih."
Zen berdiri,baru saja ia melangkah tapi di buat terkejut dengan celananya yang tiba-tiba merosot.Cepat ia tarik celana itu,lalu membuka tirai yang menutup jendela kaca kamarnya.
Kamar gelap itu,kini di masukin cahaya terang matahari yang beberapa hari di tolak oleh pemiliknya.
Menatap ke cermin,mata Zen terbelalak."Apa? Kenapa aku jadi kecil. Langkahku jadi seringan ini!"
Karna kesedihan dan keputusan asaan Zen,juga tidak makan berhari-hari membuat tubuh gempal itu kini menjadi langsing.
Telapak tangan yang biasanya tebal kini menjadi tipis,dengan tulang menonjol di buku-buku jari.
"Kenapa? Kemana otot-otot ku?"
Zen menggenggam,gerakan seperti hendak meninju.
Gerakan itu terasa ringan."Apa?,tinju ini? Kenapa kecil sekali,lalu dengan apa aku bisa memukul orang."
"Ah ...tidak mungkin."
"Tapi,....tunggu.Wajahku,sedikit lebih tampan."
"Ah ...iya aku berubah jadi cowok cantik."
"Dengan begini,aku pasti jadi idola cewek-cewek."
Kepercayaan diri naik 85%.
Karna tubuhnya yang mengecil,baju yang ia pakai jadi terlihat oversize.Segera ia melepas baju yang di pakainya.Dengan gerakan tergesa ia mengaduk-ngaduk isi lemari.Mencari baju lamanya yang dulu sudah tidak muat. Tapi, sia-sia.Zen tak menemukan apa-apa.
Cepat ia mengambil ponsel,menelpon Roky yang berbadan kurus. "Cepat kau kemari!"
Tidak terlalu lama,Roky muncul.
"Jendral,ada apa?"
Namun menit berikutnya, Roky di buat tercengang. "Ha....?,apa yang terjadi jendral?"
Zen yang di tanya hanya diam,matanya mengamati sekujur tubuh Roky.
Tidak lama,mereka berdua meninggalkan kamar itu. Langkah Zen yang semakin ringan,dengan baju yang melekat pas di badan. Membuat ia merasa ketampanannya naik berkali-kali lipat.'Boleh juga ya aku!'
Kepercayaan diri naik 100%
Sambil berjalan Roky sibuk menggulung lengan baju,dan mengeratkan tali pinggang di celana yang ia pakai.
"Jendral,Baju dan celanamu agak kebesaran dengan ku.Tapi,aku merasa seperti sedang memakai outfit Skena." sambil tertawa kecil.
Zen hanya melirik.Kembali berjalan dengan tangan di saku celana.Di buat-buat seperti 'Pria jantan seharusnya.'
Zen memakai baju dan celana yang tadi di pakai Roky,itu tujuannya menyuruh Roky datang.
*
*
*
~Salam hangat dari Penulis🤍