NovelToon NovelToon
Rela Di Madu

Rela Di Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.

Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.

Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.

Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?

Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25

Di Kamar Bersama Fahira

Zidan masih diliputi keraguan. Ia tidak ingin istrinya itu mendengar pergulatannya bersama Viola di kamar sebelah. Sementara Fahira justru memaksa Zidan malam ini agar tidur bersama madunya.

"Sudah, Bang. Aira ikhlas kok! Cepat sana, temui Viola.di kamarnya!" ujar Fahira, mendorong Zayn untuk segera pergi.

"Apa kau yakin?" tanya Zidan memastikan.

"Iya, Aira yakin! Lakukanlah segera. Walaupun ada perjanjian antara kau dan dirinya, tapi dia tetap istrimu. Abang harus bersikap adil padanya," sahut Fahira dengan senyuman.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Sekarang tidurlah! Ini sudah larut. Abang keluar dulu."

Fahira memeluk suaminya sebelum pria itu melangkah keluar menuju kamar madunya. Meski hatinya terasa sakit, ia berusaha mengesampingkan perasaan itu demi keturunan yang sangat diidam-idamkan oleh Zidan.

Zidan akhirnya keluar. Ia berdiri di depan pintu kamar Viola. Tangannya terangkat hendak mengetuk, namun ragu. Ia ingin segera masuk, tapi langkahnya terasa berat.

Setelah berpikir sejenak, Zidan akhirnya memilih menuju kamar tamu untuk menenangkan diri dan berpikir sebelum bertindak.

Pagi harinya, Fahira mengetuk pintu kamar Viola karena ingin membawakan sarapan untuk suami dan madunya yang ia kira semalam habis bertempur di atas kasur.

Tak lama setelah diketuk, pintu terbuka lebar.

Viola.muncul dengan wajah bangun tidur dan rambut acak-acakan. Fahira tersenyum masam, membayangkan apa yang terjadi semalam.

"Selamat pagi, Vio. Ini aku bawakan sarapan untukmu dan Bang Zidan!" ujarnya berusaha tetap tersenyum.

Viola mengerutkan kening saat mendengar nama itu.

"Mas Zidan?" tanyanya memastikan.

"Iya, Bang Zidan ada di dalam, kan?" sahut Fahira sambil masih memegang nampan di tangannya.

"Di kamarku? Tidak ada! Dia tidak di sini. Apa kau sedang mengigau, Mbak?" tanya Viola heran.

"Tidak ada? Bukannya semalam kau dan Bang Zidan---"

Viola mulai paham arah pembicaraan Fahira. Dalam hatinya ia bertanya-tanya,

"Apa Mbak Fahira sudah mengizinkan Mas Zidan tidur denganku? Lalu, di mana dia sekarang?"

Fahira pun sama herannya. Saat keduanya masih tenggelam dalam pikiran masing-masing, Zidan keluar dari kamar tamu dengan wajah kusut karena baru bangun tidur.

Langkahnya terhenti saat melihat dua istrinya menatapnya bersamaan.

"Bang Zidan tidur di kamar tamu? Abang tidak tidur bersama Viola semalam?" tanya Fahira tanpa basa-basi.

Zidan menarik napas berat. "Huuuft--"

Ia berpikir sejenak mencari jawaban agar keduanya tidak curiga.

"Semalam aku sudah mengetuk kamarnya, tapi tidak juga dibuka. Saat mau kembali ke kamar kita, kau juga sudah menguncinya. Jadi aku tidur di kamar tamu," ucapnya berbohong dengan wajah gugup.

Fahira dan Viola saling pandang mendengar jawabannya.

"Semalam aku tidak mengunci pintu kamarku. Kenapa kau tidak langsung masuk saja?" sahut Viola, membuat Zidan semakin salah tingkah.

"Aku takut kau sudah tidur, tidak ingin mengganggumu," katanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

~~

Di Meja Makan

Beberapa saat kemudian, mereka bertiga duduk di meja makan. Fahira meletakkan kembali sarapan yang ia bawa tadi. Suasana terasa sunyi, tak ada yang bersuara, hingga akhirnya Fahira membuka percakapan.

"Bang, Aira mau bersilaturahmi ke rumah saudara Abah di Jalan X. Apa Abang mengizinkan?" tanyanya pelan.

"Pergilah, usahakan pulang sebelum magrib," jawab Zidan singkat.

"Baiklah, terima kasih, Bang."

Zidan lalu berdiri setelah selesai makan. Ia berpamitan pada kedua istrinya sebelum berangkat ke kantor.

"Abang berangkat dulu! Vio, jaga diri baik-baik di rumah. Dan kau, Sayang, hati-hati di jalan nanti."

"Hem--" sahut Viola singkat, mengangguk kecil.

"Iya, Bang. Kau juga hati-hati di jalan," tambah Fahira lembut.

Fahira mengantar suaminya hingga ke depan pintu, lalu melambaikan tangan saat mobil sedan itu meluncur keluar dari gerbang rumah. Setelah menutup pintu, ia kembali ke meja makan dan menatap Viola.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Fahira membuat Viola menoleh menatapnya.

"Bisa, bicara saja, Mbak. Ada apa? Kelihatannya serius sekali?" balas Viola.

Fahira kembali duduk di kursi yang Zidan duduki tadi. "Vio, bantu aku agar Bang Zidan mau menyentuhmu," ucap Fahira tiba-tiba, tanpa basa-basi.

Viola yang sedang menyuap makanannya langsung tersedak.

"Uhuk-- uhuk-- uhuk--"

Ia meneguk air dengan cepat, lalu menatap Fahira penuh tanya.

"Apa Mbak Fahira yakin dan sadar dengan yang Mbak ucapkan?"

"Ya, aku yakin. Dengan sadar aku memintamu membantu kami demi keturunan yang suamiku idamkan selama ini."

Viola terdiam sejenak, tampak berpikir. Ia memutar otak mencari cara agar Zidan tidak bisa menolak keinginan Fahira.

"Apa kau punya rencana yang tidak membuat Bang Zidan curiga?" tanya Fahira serius.

"Ada. Tapi Mbak Fahira tidak bisa tinggal di rumah ini saat suamimu akan menyentuhku. Jika kau ada di rumah, dia tidak akan mau melakukannya."

"Kenapa begitu?" Fahira mengerutkan keningnya.

"Jelas karena dia sangat mencintaimu, Mbak. Dia tak akan tidur dengan wanita lain kalau kau ada di sisinya," jawab Viola menjelaskan.

"Lalu aku harus ke mana? Bang Zidan bisa marah besar kalau aku tidak pulang, Vio!"

"Aku punya rencana. Jadi begini---"

Viola pun menjelaskan seluruh rencana yang ia pikirkan. Fahira mendengarkannya dengan seksama tanpa melewatkan satu detail pun.

"Baiklah, aku setuju dengan rencanamu. Apa itu harus malam ini?" tanya Fahira akhirnya.

"Tahun depan! Ya, malam ini dong, Mbak. Semakin cepat, semakin baik, bukan?"

Fahira mengangguk mantap. Ia pun bersiap pergi dari rumah hari ini. Sesuai rencana, ia tidak akan memberi kabar sampai Zidan sendiri bertanya di mana keberadaannya.

Fahira menuruni tangga sambil membawa tas berisi baju ganti, mukena, dan handuk kecil. Ia berjalan menuju pintu diantar oleh Viola.

"Vio, aku harap malam ini rencana kita berhasil. Aku akan sangat senang jika kau bisa membuatnya menyentuhmu. Aku pergi dulu, titip Bang Zidan untuk nanti malam," ucapnya tulus.

"Tenang saja, serahkan semuanya padaku!" sahut Viola penuh keyakinan.

"Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam-- hati-hati di jalan, Mbak." balas Viola dan Fahira mengangguk memberikan senyuman.

Mereka saling berpelukan sebelum berpisah. Viola menatap punggung Fahira hingga wanita itu menaiki taksi yang sudah ia pesan.

Setelah kepergian Fahira, Viola masuk ke dalam rumah, menutup pintu, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang keluarga. Ia menekan sebuah nomor dan bersiap menghubungi seseorang agar rencananya malam ini berjalan sempurna.

"Halo, aku butuh bantuanmu malam ini," ujarnya pelan, memastikan tak ada orang lain di rumah.

Suara berat dari seberang terdengar santai. "Ya, katakan. Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau masih bisa menyediakan minuman seperti dulu, kan? Tapi bukan untuk pesta-- aku butuh minuman yang biasa aku beli." katanya hati-hati, berusaha menyembunyikan maksud sebenarnya.

Pria di seberang tertawa kecil. "Tenang saja, aku tahu yang kau maksud. Aku punya sesuatu yang ringan saja, tidak berbahaya, hanya membuat orang merasa sedikit bergairah."

"Bagus. Kirimkan malam ini ke alamatku. Sebelum jam delapan, jangan terlambat," tegas Viola.

"Oke, akan kukirim lewat orangku. Pembayarannya seperti biasa?"

"Iya, seperti biasa." jawab Viola lalu mematikan telfonnya.

Setelah panggilan itu berakhir, Viola meletakkan ponselnya di atas meja dan menarik napas panjang. Ada sedikit gemetar di ujung jarinya. Ia tahu langkahnya berisiko, tapi pikirannya hanya satu, membuat Zidan tak lagi menjauh darinya.

Ia berdiri, melangkah menuju dapur, memeriksa bahan makan malam yang sudah disiapkan Fahira sebelumnya. Malam ini, semuanya harus tampak sempurna. Tak boleh ada yang mencurigakan, tidak dari aroma masakan, tidak dari nada suaranya, dan terutama tidak dari sikapnya terhadap Zidan.

"Malam ini-- aku harus berhasil," bisiknya lirih di depan cermin dapur, menatap bayangannya sendiri dengan tatapan yang sulit dibaca. Antara cemburu, rindu, dan ketakutan.

...----------------...

**Bersambung**...

1
Momo
Menghela nafas terus aku baca nya.
Suyati
jlnnya kenapa k bar
Deyuni12
istri bang Zidan Solehah mbak vio,aku jamin kamu akan suka n bahkan mungkin mbak akan insecure nantinya,tapi jangan salah, istri bang Zidan amat sangat baik santun n lembut,sekian penjelasan dari saya 😄😄🙏
Deyuni12: puas banget itu ketawa 😊😊
total 2 replies
Deyuni12
hmm
Deyuni12
duh
ko jadi gini y,,hm
Deyuni12
hadeeeh
jalan yg salah wahai Zidan,emang harus y ketika kalut malah pergi k tempat yg gak semestinya d datangi,Iyu mah sama aja malah nyari masalah..
dasar laki laki
sasip
lah, kalau ada masalah ya jangan dibawa ke tempatnya setan ngumpul bro, tinggal nunggu waktu kamu bakal kesetanan aja itu bro.. pagimana ituh? 😉🤭😅
Deyuni12
jahat ikh mertuanya,mulutnya kaya cabe lebih dr sekilo yg udah d rajang,,bikin emosi
Miss Ra: /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 7 replies
Deyuni12
hadeeeh
drama perjodohan lagi
Deyuni12
gooooo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!