NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:901
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan..
Semua pasti pernah mengalaminya..

Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..


Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..


Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN


HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..


Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..

Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?


Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.


Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membangun Garasi

Setelah semuanya selesai dengan sarapan masing-masing dan beristirahat sejenak kemudian memulai pekerjaan.

Ada yang meratakan tanah, ada yang memotong bambu, dan ada yang mulai dengan balok-balok kayu.

Eris berdua dengan mas Edi memulai dengan balok tiang utama, 

“Mas ini yang dua kita belah dulu jadi empat ya” ucap Eris

“Yowes ayo” jawab mas Edi

Balok tersebut di garis menggunakan seutas benar besar yang sebelumnya sudah dicelup ke cairan arang, membuat garis lurus di tengah balok dan sisi yang lain juga.

Dengan menggunakan mesin pembelah kayu, semua dilakukan dengan mudah. Membelahnya menjadi empat bagian balok yang berukuran lebih kecil

“Ini yang tiang utama, kita bikin purus aja kan sampai ujung atas, nanti blandarnya dibuat lobang masuk saling tindih” ucap mas Edi sembari melihat gambar

“Iya mas” jawab Eris

Kemudian mereka mulai mengukur, dan menggaris balok-balok tersebut sesuai ukuran yang sudah ada di gambar.

Setelah itu dengan palu dan pahat mulai membuat lubang dan disesuaikan dengan ukuran masing-masing.

Dari kejauhan, Fatia sedang berdiri di pintu dapur yang mengarah ke halaman samping tempat gudang tersebut akan didirikan.

Matanya seakan tak bisa lepas memperhatikan Eris yang tengah fokus sehingga tidak menyadari kalau dia sedang diperhatikan.

Eris yang saat ini mengenakan kaos polos berwarna coklat dengan lengan kaos dipotong sebatas pundak, menampakan otot lengan bahunya yang begitu kekar.

Dipadu dengan celana kargo, dengan kantong di kanan kirinya. Sungguh pemandangan yang begitu mempesona dimata Fatia

“DORR!!” Alfiah mengagetkan Fatia dari arah belakang

“Ihhh… apaan sih” Fatia merespon kekagetan nya tersebut

“Cie yang lagi tersepona-sepona” ucap Alfiah

“Kenapa, emang gak boleh mengagumi kekasih sendiri?” Tanya Fatia

 “Iya, iya boleh kok” jawab Alfiah

Di Teras depan, terlihat ayah Fatia dan wak Rakim sedang mengobrol

“Biarkan saja para anak muda yang mengerjakan wak, kita yang uda tua ini disini saja mengamati” ucap ayah Fatia

“Betul, mau bantuin juga bisa apa dengan tenaga renta ini” jawab wa Rakim

Kemudian melanjutkan obrolan mereka sembari menikmati kopi dan camilan.

Sementara tak jauh dari situ, Johan dan Umar terlihat sedang menyerut tumpukan kayu satu persatu  dengan mesin serut kayu.

“Pegangin yang bener dong” ucap Johan kearah Umar yang terlihat sedang memegangi kayu

“Ini udah bener” jawab Umar

“Buset masih banyak aja ini kaso ama reng belum diserut” ucap Johan

“Ya gitu deh, “ jawab Umar sambil tertawa

Hahahaha terdengar keduanya tertawa

Ditempat lain tak kalah sibuk juga terlihat Ujang sedang memotong bambu. Yang sudah tergeletak beberapa, dengan menggunakan gergaji, Ujang memotong bambu perpotong nya sepanjang empat meter.

“Kurang berapa lagi ini Mang?” Tanya ujang

“Itu sudah ada enam, harusnya kurang empat batang lagi” jawab Koimang yang sedang memotong batang bambu dengan goloknya

Matahari semakin meninggi, sinar mulai menyengat kulit. Terlihat Eris dan mas Edi telah selesai dengan bagian-bagian balok utama

“Sebelum jam dua belas, tiang utama sudah harus berdiri ya mas?” Ucap Eris ke arah mas Edi

“Bisa harusnya, ini tinggal di bor aja buat lubang kuncian. Habis ini aku bikin pasaknya dari bambu kering” jawab Mas Edi

“Ok mas, aku bantuin Johan dulu aja ya, masih menumpuk kayaknya itu kaso ama reng belum diserut' ucap Eris sembari melangkah ke arah Johan

"gimana Jo, aman” ucap Eris ke arah Johan

“Kepala kau yang aman, lihat aja tumpukan berasa belum berkurang” jawab Johan, kemudian diikuti gelak tawa

Hahahaha

“Iya, aku bantuin deh” ucap Eris sambil mengambil serut kayu manual dari kotak peralatan

Dengan alat serut manual yang dipegang kedua tangan Eris menggerakan alat tersebut maju dan mundur, sehingga membuat lapisan di setiap sisi kayu menjadi halus. Hal itu dilakukan berulang-ulang satu persatu kayu dan seterusnya

“Akhirnya selesai juga” ucap Johan

“Mantab, Jo” jawab Umar

Tidak jauh dari tempat itu mas Edi juga sudah selesai dengan pasak dari bambunya, terlihat di sampingnya ada setumpuk bambu yang dibentuk bulat memanjang sekitar lima puluh centi meter

Ditempat lain Ujang dan Koimang juga terlihat sedang menindih lembaran bambu dengan balok kayu atau batu yang mereka temukan di sekitar tempat itu.

Lembaran-lembaran bambu ini biasanya disebut galar, dimana proses pembuatannya dari bambu dibelah hanya di satu sisi kemudian membuang ruas-ruasnya dari arah dalam.

Dan untuk sisi bulat bambunya di cacak menggunakan golok secara acak sehingga bambu yang awalnya bulat bisa dibentuk menjadi lembaran.

“Sepertinya semua proses bahan sudah selesai dikerjakan, selanjutnya tinggal merangkai tiang utama, kemudian didirikan saat posisi sudah terangkai” ucap Eris

“Iya, bener.. aku siapin crane dulu kalian rangkai tiang utamanya” ucap Johan

“Ok, Jo” jawab Eris kemudian bersama-teman yang lain segera merangkai tiang utama” 

Empat tiang utama diposisikan di keempat sudut sesuai titik, masih dalam posisi merebah di tanah, kemudian blandar-blandar atau ambalan di taruh juga kemudian disesuaikan.

Setelah itu ambalan-ambalan mulai dimasukan ke tiang utama sesuai lubang yang sudah dibuat, terus dipasang tumpang tindih dan saling mengikat.

Disetiap titik pertemuan antara tiang utama dan balok ambalan terdapat lobang bor yang merupakan lubang kuncian. Mas Edi mulai memasang kuncian-kuncian tersebut dengan pasak dari bambu yang sudah dipersiapkan.

Pasak-pasak menancap kuat, kemudian dipotong dan dirapikan. Sehingga tampaklah rangkaian tiang penyangga utama yang begitu rapi dan presisi.

Johan yang sudah selesai memposisikan crane di posisi tengah, mulai mengikatkan rantai-rantai crane ke empat penjuru tiang penyangga.

Kemudian dengan sekali tekan tombol crane itu bergerak ke atas.

Tiang penyangga utama melayang berdiri, disesuaikan dengan titik yang sudah ditentukan, sebuah batu berbentuk kotak sudah siap di titik tersebut. Itulah batu umpak, yang nanti di kemudian akan menjadi tumpu dari semua beban bangunan.

SSSSHHHH, suara crane terdengar saat tombol release ditekan, menandakan bahwa crane melepaskan beban.

Kini tiang penyangga utama sepenuhnya berdiri, terlihat kokoh karena saling mengikat di keempat sisi.

Mas Edi segera naik ke atasnya, memberi komando ke teman-teman lain disana

“Eris, naik kita pasang kuda-kuda dan puncak limasan” ucap mas Edi

“Siap mas” jawab Eris sembari naik keatas

“Ujang, umar naikan balok-balok itu” ucap mas Edi sembari menunjuk ke arah yang dimaksudkan

Satu persatu balok kuda-kuda dan puncak limasan naik, mas Edi dibantu Eris diatas hanya tinggal memasang balok-balok tersebut dengan konsep purung lobang yang sudah dibuat sebelumnya setelah semua terpasang kemudian dikunci dengan pasak.

Kini terbentuklah bentuk segitiga memanjang mengerucut sebagai puncak atap.

“Tiang-tiang kecil masukan ke ambalan, kemudian dirikan” ucap Mas Edi

Seolah sudah mengerti apa yang seharusnya dilakukan yang lain langsung bergerak sesuai arahan

“Ini ambalan pojok” ucap Ujang sambil mengulurkan sebatang balok kearah mas Edi

“naikan!” Ucap mas Edi

Karena semua ambalan sudah dibuat dengan konsep purung lubang jadi prosesnya hanya tinggal memasukan saja kemudian dikunci dengan pasak.

Tidak berapa lama, semua ambalan sudah terpasang, berikut dengan kedua belas tiang penyangganya. 

“Tinggal pasang kaso aja ini yak” ucap Eris sembari naik ke atas

“Yoi” jawab Johan yang kemudian juga ikut naik keatas

Johan, mas Edi dan Eris sudah berada diatas dengan palu di tangan masing-masing.

“Naikan kasonya” teriak mas Edi

Satu persatu kaso dinaikan, ditata sejajar membentuk sebuah barisan kemudian dipaku di setiap pertemuan dengan ambalan.

Saat keempat sisi sudah terpasang rapi kaso-kaso. Matahari benar-benar berada diatas kepala, sinarnya terik menyengat kulit.

“Istirahat dulu, ini sudah dibuatkan minuman dingin” ucap ayah Fatia dari depan teras

Eris yang melihat itu kemudian memberi komando untuk segera beristirahat. Setelah mencuci tangan dan membersihkan diri masing-masing mengambil minuman yang sudah tersedia di meja.

“Tinggal pasang reng, sama genteng saja paman, harusnya bisa selesai sebelum sore” ucap Eris

“Nanti saja dilanjutkan setelah makan siang dan istirahat” jawab ayah Fatia

“Iya, paman”jawab Eris

“Gimana menurut wak Rakim kurang apanya ini?” Eris bertanya ke arah wa Rakim

“Emm.. sepertinya sudah kokoh, tapi kalau dikasih siku di setiap tiang pasti lebih kokoh” jawab wa Rakim

“Tiang disebelah mana wak?” Eris bertanya

“Ya, semuanya dikasih siku, kanan-kiri” jawab wak Rakim

“Ok wak, nanti di pasang siku disetiap tiangnya” jawab Eris kemudian melangkah ke gambar denah, setelah itu menambahkan siku di setiap tiang yang ada di gambar.

“Mas Edi, nanti dirimu bikin siku ya, biar aku dan yang lain masang reng” ucap Eris ke arah mas Edi

“Ok” jawab mas Edi

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!