Dikhianati dan difitnah oleh selir suaminya, Ratu Corvina Lysandre terlahir kembali dengan tekad akan merubah nasib buruknya.
Kali ini, ia tak akan lagi mengejar cinta sang kaisar, ia menagih dendam dan keadilan.
Dalam istana yang berlapis senyum dan racun, Corvina akan membuat semua orang berlutut… termasuk sang kaisar yang dulu membiarkannya mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Setelah pertemuannya dengan Corvina, Theon langsung meninggalkan istana ratu. Langkahnya mantap, tapi pikirannya penuh hitungan. Setiap kalimat Corvina terngiang di kepalanya dan untuk pertama kalinya, ia mulai berpikir kalau Ratu itu bukan hanya cerdas, tapi juga pintar menyusun strategi yang biasanya hanya dikuasai oleh pria.
Sesuai rencana, Theon menuju istana utama tempat Kaisar berada. Para pengawal memberi hormat begitu ia lewat, dan tak lama kemudian, pintu besar ruang kerja Cassian terbuka.
Benar seperti dugaan Corvina, Meriel sudah di sana. Duduk manis di kursi dekat jendela, menatap Cassian seolah dunia hanya berputar di sekeliling mereka.
Cassian menoleh saat Theon masuk. “Grand Duke. Apa ada hal penting?” suaranya tenang, tapi sorot matanya waspada.
Theon menunduk hormat. “Yang Mulia, saya datang untuk melapor tentang keamanan perbatasan timur. Kami baru saja memindahkan sebagian besar senjata ke gudang penyimpanan di wilayah barat tempat yang lebih aman dari pengawasan musuh.” Theon memperlihatkan sebuah peta yang ia bawa ke hadapan Cassian.
Cassian melihat nya lalu mengangguk ringan. “Langkah yang bijak.”
Tapi bukan Cassian yang diperhatikan melainkan Meriel. Ia bisa merasakan wanita itu menatapnya, dengan ketertarikan samar yang disamarkan senyum ramah.
Meriel menyela, suaranya lembut tapi matanya penuh selidik. “Yang Mulia, apa Meriel harus pergi?" tanya Meriel pada Cassian, "sepertinya Yang Mulia dan Grand Duke sedang membicarakan tentang militer, karena Meriel bodoh jadi tidak paham saa sekali." lanjutnya dengan nada manja nya.
"Tidak perlu pergi, Meriel," kata Cassian, "cukup duduk saja dan dengarkan meskipun kamu tidak paham."
"Baiklah. Meriel akan duduk dengan tenang dan tidak akan mengganggu."
Cassian kembali menatap Theon, sedikit heran dengan tatapannya pada Meriel yang terlihat dingin. “Kalau begitu, pastikan tak ada yang tahu lokasi persisnya.”
Theon menunduk sekali lagi. “Tentu, Yang Mulia. Hanya beberapa orang terpercaya yang mengetahui hal ini.”
Ia berhenti sebentar, seolah berpikir, lalu menambahkan pelan, “Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia."
Kalimat itu dibiarkannya menggantung di udara. Cassian tak menanggapinya, tapi Meriel memalingkan wajah terlalu cepat.
“Kalau begitu, saya pamit, Yang Mulia.” Theon menunduk hormat lalu melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan keheningan yang hanya diisi suara lembaran dokumen berdesir pelan.
Begitu pintu tertutup, Meriel segera berdiri. Langkahnya ringan, tapi tatapannya penuh maksud. Ia menghampiri Cassian dan tanpa ragu duduk di pangkuannya, jemarinya menelusuri dada sang Kaisar, menggambar garis tak beraturan di atas kain seragamnya.
“Yang Mulia,” bisiknya manja, “apa tidak bosan terus di ruang kerja? Aku mulai merasa tersaingi oleh semua dokumen ini.”
Cassian tersenyum, separuh geli, separuh luluh. “Tugasku tidak bisa menunggu, Meriel. Negeri ini tidak akan berjalan kalau aku terus menuruti godaanmu.”
Meriel pura-pura manyun, menggeser duduknya sedikit lebih dekat. “Tapi negeri ini juga tidak akan hancur kalau Yang Mulia istirahat sejenak.” Ia menatapnya dari bawah bulu mata, lembut tapi berani.
Cassian terkekeh, mengusap pipinya. “Kau ini … selalu tahu cara membuatku lupa waktu.”
Meriel tersenyum manis, tapi di balik tatapan itu ada sesuatu yang lebih dingin. Saat Cassian kembali mencium bibirnya, pandangan matanya menajam ke arah pintu yang baru saja ditutup Theon.
Begitu Cassian tak lagi melihat, Meriel mencondongkan tubuhnya sedikit dan melihat perkamen peta di atas meja dengan tanda X di sebuah wilayah yang bertuliskan perbatasan Velmar. Meriel langsung tersenyum singkat, lalu kembali menggoda sang Kaisar.
bertele2