NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:981
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumor

“Elio Neonix Diduga Terlibat Kasus Bullying Masa sekolah.”

Tulisan itu membuat Luna geram. "Kenapa harus ada rumor disaat genting seperti ini?" gumamnya seakan tak percaya.

Darahnya terasa berdesir. Ia membaca isi unggahan, pernyataan seseorang yang mengaku pernah menjadi korban. Semua tampak disusun dengan rapi dan provokatif.

“Tidak mungkin…” bisik Luna pelan, matanya membulat, wajahnya memucat. Luna mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.

Ia menatap Marcel, mencari penjelasan, tapi lelaki itu hanya menggeleng pelan dengan ekspresi sama kagetnya.

“Beritanya baru diunggah lima belas menit lalu,” ujar Marcel lirih. “Sudah ribuan komentar dan share. Tagar #ElioBullying mulai naik.”

Di sisi lain, Neonix baru saja menyelesaikan koreografi terakhir mereka. Lampu sorot terakhir menyorot wajah Elio yang tersenyum lelah, tanpa tahu badai sedang menunggunya di balik layar.

Elio baru saja turun dari panggung bersama anggota Neonix lainnya. Napas mereka masih tersengal, wajah penuh keringat dan emosi.

Mereka baru saja menampilkan penampilan terbaik mereka sejauh ini. Energi yang meledak, koreografi sempurna, dan sorakan fans memekakkan telinga.

Namun suasana di belakang panggung tak seceria biasanya. Marcel dan Luna menyambut mereka dengan wajah tegang.

"Hai, pertunjukan kalian luar biasa." Luna berusaha menyemangati, namun ada rasa datar di ujungnya. Ia memberikan minuman untuk masing-masing anggota Neonix.

Setelah semuanya minum dan beristirahat, Rey yang biasanya bercanda kini hanya diam, tangannya terlipat di dada melihat kru di sekitar menatap mereka dengan tatapan aneh.

“Kenapa semua diam?” tanya Shine dengan napas masih terengah. “Ada apa?”

Tak ada yang menjawab. Hanya Luna yang menatap Elio, ragu, lalu menyerahkan ponsel Marcel ke tangannya.

“El, maaf. Coba lihat.” ucapnya pelan.

Elio menatap layar itu matanya bergerak cepat membaca satu per satu kata, kalimat, dan komentar.

Semakin lama, pupilnya mengecil, wajahnya memucat. Tangannya bergetar saat menggulir ke bawah, membaca tuduhan bahwa ia pernah melakukan bullying pada teman sekolah lamanya.

“Tidak… ini tidak benar.” Suara itu tak keluar dari mulutnya hanya bergema dalam pikirannya sendiri.

Ia memejamkan mata, berusaha mengatur napas. Semua mata kini tertuju padanya. Beberapa anggota terlihat saling berbisik, yang lain menatap dengan ekspresi cemas.

Leader mereka, Adrian mendengus pelan. “Siapa yang bisa membuat kekacauan di waktu sesensitif ini." katanya menahan marah.

Elio perlahan duduk di bangku terdekat. Ia membuka tas kecil yang selalu ia bawa. Ada buku catatan dengan pena terselip di sampingnya.

Tangannya gemetar saat mulai menulis sesuatu. Luna jongkok di depannya, mencoba menatap matanya yang mulai berkaca.

“Tenang, tulis saja apa yang ingin kamu sampaikan.”

Elio menulis cepat, "Itu tidak benar. Aku tidak pernah membully siapa pun. Bahkan di sekolah, aku yang sering diganggu.”

Luna membaca tulisan itu perlahan, matanya melembut. Ia menatap anggota lain, “Dengar, Elio bilang itu semua tidak benar."

Marcel mendekat, menatap Elio dengan mata serius. “Kau yakin tidak ada seseorang yang ingin menjatuhkanmu? Teman atau musuh lama?"

Elio menggeleng. Luna menarik napas panjang, lalu menepuk bahu Elio dengan lembut.

“Kita akan urus ini. Tapi untuk sekarang, jangan biarkan mereka menghancurkan semangatmu. Kita tahu siapa dirimu yang sebenarnya.”

Satu per satu anggota Neonix lain ikut mendekat. Shine menepuk punggung Elio. “Kita satu tim, bro. Kalau mereka melawanmu, berarti mereka melawan kita semua.”

Elio mengangkat wajahnya perlahan, bibirnya melengkung kecil sebagai ucapan terima kasih dalam diam.

Luna tahu satu langkah kecil saja bisa mengubah segalanya malam ini. Ia menatap semuanya dengan tekad yang mulai tumbuh di dalam dada.

"Kita ini keluarga. Dan keluarga tidak akan membiarkan satu pun dari kita jatuh sendirian.” ucap Luna mantap.

Para anggota mengangguk. Dan di tengah kebisingan dunia luar yang mulai menuduh tanpa tahu kebenaran, Neonix justru lebih mantap menyatukan hati mereka dalam lingkar kepercayaan yang semakin kuat.

Namun, kabar itu terus menyebar dengan cepat. Belum ada satu jam, semua portal gosip, akun fanbase, hingga forum survival talk dipenuhi nama Elio. Tapi bukan karena pujian melainkan tuduhan yang menusuk.

Saat acara perkenalan antar grup dimulai, sorotan kamera seperti menghindari dirinya. Para pembawa acara hanya menyebut nama Neonix tanpa memberi fokus lebih pada setiap anggota seperti biasanya.

Elio berdiri di barisan belakang, mencoba menundukkan kepala agar tak menarik perhatian.

Setiap kali sorotan lampu berpindah, matanya refleks menatap lantai. Jantungnya berdegup keras karena takut menatap mata orang-orang di sekitarnya.

Ia bisa merasakan bisikan pelan di belakang panggung. Setiap tatapan dan tawa kecil terdengar seperti ejekan.

Luna melirik ke arahnya. Ia melihat jemari Elio yang menggenggam mic terlalu erat. Ia tahu, bukan hanya rasa sakit di tenggorokan yang sedang menahan suaranya tapi rasa malu dan takut yang membebani dadanya.

Ketika giliran mereka memperkenalkan diri, Elio hanya membungkuk pelan. Tidak satu kata pun keluar, padahal sudah disiapkan teks singkat yang seharusnya ia tulis di papan kecilnya.

Kamera hanya lewat, cepat sekali, seolah menghapus keberadaannya dari layar. Usai acara, ia berjalan paling belakang menuju ruang tunggu. Bahunya merosot, langkahnya lemah, seperti seseorang yang berusaha menghilang di antara keramaian.

Luna menatap punggungnya yang perlahan menjauh. Ia memahami kehancuran kecil yang dirasakan Elio yang bahkan tak bisa ditangisi dengan suara.

Ia mengejarnya pelan, lalu berdiri di sampingnya tanpa berkata apa-apa.

Elio tidak menatapnya. Tapi dari ujung matanya, Luna bisa melihat kilau bening yang tertahan di sana.

“Kau tidak perlu menjelaskan apa pun. Diam pun bisa jadi bentuk bertahan.” ucap Luna Pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!