Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Makan Malam Romantis
Setelah membersihkan diri Charlie menuruni anak tangga dan pergi ke kamar ibunya, dia ingin membicarakan apa yang dia lihat saat pulang tadi, yakni di rumah baru Ruben dan Felicia.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Ini Charlie, Ma," seru pria itu dari balik pintu. Tuan Tares langsung menoleh dan bersitatap dengan istrinya. Sontak Sandra pun langsung bergegas untuk membuka benda persegi panjang itu.
"Sepertinya ada yang ingin bicarakan, aku keluar duluan ya," pamit Sandra, dan pria paruh baya di depannya hanya mengangguk sekilas.
Ceklek!
"Ada hal penting apa sampai datang ke kamar Mama segala?" tanya Sandra sambil menutup pintu lagi, supaya pembicaraan mereka tidak didengar oleh suaminya.
Charlie mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga sang ibu. "Aku sudah tahu di mana rumah baru Kak Ruben."
Sandra menautkan kedua alisnya.
"Lalu?"
Charlie memastikan sekitar, karena kamar ibunya memang cukup dekat dengan kamar Ruben dan Felicia. Jangan sampai tiba-tiba mereka terpergok.
"Aku melihat ada Batari di sana, selain itu—aku juga melihat seorang wanita yang sepertinya bukan seorang pelayan. Pakaiannya berbeda," ujar Charlie dengan suara yang senantiasa bisik-bisik.
"Seorang wanita? Kamu yakin dia bukan pelayan?" tanya Sandra memastikan bahwa tebakan putranya ini tidak salah sasaran.
Charlie menganggukkan kepala.
"Aku akan cari tahu siapa dia. Karena aku sedikit curiga mereka menyembunyikan sesuatu dari kita," papar Charlie yang mulai penasaran dengan Sheana. Dia yakin betul bahwa Sheana bukanlah pekerja di rumah itu.
Sandra menghela napas panjang dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ada benarnya juga pemikiran sang anak, Ruben pasti dipengaruhi oleh Felicia.
"Kalau begitu lakukanlah dengan baik, dan selalu infokan pada Mama. Ingat, jangan sampai ketahuan!" balas Sandra sambil menepuk bahu Charlie.
Bersamaan dengan itu Ruben keluar sambil mendorong kursi roda istrinya, mereka tampak serasi dengan busana berwarna hitam dan merah.
Gegas Sandra dan Charlie pun berhenti bicara dan mengalihkan perhatian kepada keduanya. Sandra menyipitkan mata, dilihat dari sisi manapun sepertinya kedua orang ini akan pergi.
"Kalian mau ke mana? Sebentar lagi makan malam akan siap," seru Sandra yang membuat Ruben menghentikan langkahnya. Di tempatnya Felicia melirik dengan malas.
"Aku dan Feli akan makan malam di luar, Ma, sudah lama kita tidak kencan romantis," jawab Ruben apa adanya.
Mendengar itu Sandra malah mendengus kecil. Karena rencana itu terdengar seperti akal-akalan Felicia saja untuk menghindarinya.
"Oh kalian mau buang-buang uang. Ya sudah selamat bersenang-senang," cibir Sandra dengan gaya julidnya yang membuat Felicia meradang. Belum apa-apa moodnya sudah diuji.
'Sttt ... Tua bangka satu ini maunya apa sih! Selalu saja cari ribut denganku.' batin Felicia sambil memicingkan mata. Namun, Sandra malah tersenyum mengejek.
"Jangan lama-lama, yang ada kamu kelelahan mengurus istrimu, Ben, dia kan tidak bisa jalan!"
"Mama!" tegur Ruben dengan keras sebelum Felicia mengamuk. "Bahkan malam ini kita tidak akan pulang. Jadi jangan khawatirkan apapun." lanjutnya ingin segera pergi dari rumah. Andai saja bukan sang ibu, mungkin dia sudah menguncir mulut Sandra.
"Kalian menginap? Di mana?" timpal Charlie yang sedari tadi diam.
"Kau tidak perlu tahu!" cetus Ruben seraya melanjutkan langkahnya menuju pintu utama. Saat melewati Sandra, Felicia melirik dan tersenyum sinis. Membuat percikan permusuhan itu semakin nyata.
"Kak Feli terlihat sombong sekali." Komentar itu keluar dari mulut Charlie yang turut melihat ekspresi wajah Felicia tadi.
"Akhirnya kamu tahu apa yang membuat Mama tidak suka padanya. Sudahlah lupakan, sekarang kita hanya perlu cari tahu apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan," pungkas Sandra.
*
*
*
Felicia tersenyum setelah Ruben membantunya untuk duduk di kursi dan menyerahkan sebuah buket mawar merah.
"Terima kasih, Sayang," ucap Felicia.
"I love you, Fel," balas Ruben dengan kata-kata manis, seraya mengecup puncak kepala Felicia dan duduk di hadapan wanita itu.
"Kamu tidak pernah berubah," ujar Felicia dengan tangan mereka yang saling menggenggam. Sementara hidangan sudah disajikan sebelum mereka datang.
"Berubah? Aku akan selamanya menjadi pria yang mencintaimu, Fel. Sebanyak apapun usia pernikahan kita," balas Ruben yang langsung membuat Felicia berdecih dalam hati. Karena pada kenyataannya perhatian itu pun sudah terbagi, Sheana sudah masuk dalam lingkaran hati suaminya.
"Aku percaya padamu, Ben. Aku harap kamu tidak akan pernah membuatku kecewa," ungkap Felicia yang mengandung sebuah sindiran. Namun, Ruben selalu memasang wajah manis agar istrinya tidak curiga.
"Kalau begitu untuk menguatkan cinta kita, ayo mulai makan," ajak Ruben mulai menyendokan makanan, dan mengulurkannya ke depan mulut Felicia.
Felicia tersenyum semakin lebar, tapi tiba-tiba ponselnya berdering dan membuat perhatian mereka terpecah.
"Siapa?" tanya Felicia dengan nada sedikit ketus, senyumnya pun langsung memudar karena tak suka ada yang mengganggu waktu mereka berdua.
Ruben merogoh ponsel yang ada di saku jasnya, ternyata sang asisten yang menelpon.
"Andrey," jawab Ruben.
"Bilang padanya bahwa kamu tidak ingin diganggu malam ini sampai besok!" tandas Felicia dengan tatapan serius.
"Aku bicara sebentar ya ...."
"Sekarang! Atau aku akan batalkan semuanya dan pulang," ancam Felicia yang tak ingin mendengar alasan apapun. Ruben menghela napas kecil dan akhirnya mengangguk, dia pun mengirim pesan pada sang asisten, kemudian mematikan daya ponsel.
"Bisa kita mulai?" bujuk Ruben sambil memasang wajah manis, wajah tegang Felicia pun langsung berubah. Dia berusaha untuk kembali tersenyum.
Sementara di lain tempat, seseorang tampak mengintai rumah yang tengah ditempati oleh Sheana. Menunggu celah, saat Luan atau yang lain tidak berjaga.
selamat luan, akhirnya kamu bisa masuk rumah utama. ingat luan? kamu harus selalu melindungi Shiena, karena di dalam rumah utama ada seseorang yang pastinya akan mencelakai Shiena.
Sukurinn kamu fel? pelan2 keberadaanmu pasti tersingkirkan, kamu yang memulai dan akhirnya kamu juga yang pasti tereliminasi. yang pasti nyonyah Sandra akan berada di pihak shiena 😂😂
apalagi kalo nti dia bisa memberikan cucu dari Ruben ..s Felicia bakal d tendang dari istana yg selama ini buat d nyaman 🤭
emejing bgt klo bgitu🤭🤣🤣🤣