Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 25
Anya mengusap peluh di dahinya, sesi pemotretan hari ini benar-benar menguras tenaga.
Matanya mencari sosok Arka, Anya ingin segera menghampirinya, memastikan keadaannya baik-baik saja.
"Arka pasti sedang istirahat di ruang tunggu," gumam Anya seraya melangkah menuju ruangan yang dimaksud.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat Cloe berdiri di depan pintu dengan ekspresi aneh.
"Cloe, kamu ngapain?" tanya Anya heran.
Cloe tersenyum sinis. "Kamu mau cari Arka, kan? Dia sudah pulang dari tadi. Katanya nggak enak badan. Lagian, Arka ... aku mau ngajak kamu jalan-jalan. Kita kan sudah lama nggak quality time berdua," ujarnya sambil menarik tangan Anya.
Anya mengerutkan kening. "Pulang? Tapi kenapa aku nggak lihat dia? Dan kenapa kamu nggak bilang dari tadi? Aku kan mau pamit dulu."
"Sudahlah, nggak usah dipikirin. Dia titip salam, kok. Ayo, kita pergi ke restoran yang lagi hits itu. Aku sudah reservasi khusus buat kita," Cloe terus menarik Anya, tanpa memberinya kesempatan untuk menolak.
Anya merasa ada yang janggal, tapi Cloe terus memaksanya hingga akhirnya ia menyerah. Mereka pun pergi menuju restoran mewah yang terletak di pusat kota.
Sementara itu, di dalam toilet, Arka berusaha membuka pintu yang terkunci.
Ia panik, apalagi perutnya terasa semakin sakit.
"Siapa pun, tolong! Aku terkunci di dalam!" teriaknya sekuat tenaga, namun suaranya teredam oleh tebalnya dinding.
Di luar, papan peringatan bertuliskan 'Toilet Sedang Diperbaiki' terpasang di depan pintu.
Arka semakin putus asa sebab tak ada seorang pun yang menjawabnya.
Waktu terus berlalu, dan Arka semakin lemas. Ia mencoba menghubungi Anya, tapi ponselnya tertinggal di ruang tunggu.
Di restoran, Anya merasa tidak nyaman. Ia terus memikirkan Arka. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Cloe, aku nggak bisa tenang. Aku harus memastikan Anya baik-baik saja," katanya tiba-tiba.
Cloe yang sedang menikmati makanannya terkejut. "Kenapa sih kamu selalu mikirin dia? Aku kan sudah bilang, dia baik-baik saja. Lagian, kita kan lagi quality time. Hargai aku, dong!"
"Maaf, tapi aku benar-benar nggak bisa. Aku harus pergi," Anya bangkit dari kursinya dan bergegas keluar restoran, meninggalkan Cloe yang tampak marah.
Anya berlari menuju mobil, ia meminta sang sopir mengantarkannya ke tempat pemotretan tadi.
Ia juga baru ingat jika ponselnya ketinggalan di sana.
Sesampainya di sana, ia langsung menuju ruang tunggu dan menemukan ponselnya.
Saat melihat layar ponsel, beberapa panggilan tak terjawab dari Arka. Perasaannya semakin tidak enak.
Ia pun menghubungi Arka. Arka menjawabnya dengan nada lemah dan mengatakan jika ia terkunci di dalam toilet.
Anya yang panik segera bergegas menghampiri.
Anya terkejut melihat papan peringatan di depan pintu toilet.
Ia membuang papan itu dan mencoba membuka pintu, tapi terkunci.
"Arka! Arka, kau di dalam?" teriaknya panik.
"Anya? Aku di sini! Tolong aku!" sahut Arka dari dalam.
Anya mendobrak pintu toilet dengan sekuat tenaga hingga akhirnya terbuka.
Ia melihat Arka tergeletak lemas di lantai. Tanpa berpikir panjang, Anya segera mengangkat Arka dan membawanya. Wajah Anya terlihat panik.
Arka dengan tatapan lemahnya menatapnya lekat-lekat. Tanpa sadar ia mulai mengagumi Anya yang begitu memperdulikannya.
Anya tak memperdulikan orang-orang yang mulai melihat mereka. Yang ada di fikirannya sekarang hanyalah keselamatan Arka.
Ia dengan tubuh tegapnya menggendong Arka menuju mobil. Dan mobil segera melaju menuju rumah sakit.
Di rumah sakit, Arka sudah mendapatkan perawatan dan kondisinya mulai stabil. Anya duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat.
"Maafin aku ya, Arka. Aku nggak tahu kau dikunci di toilet," ujar Anya dengan nada menyesal.
Arka tersenyum lemah. "Dasar ceroboh. Bisanya kau lupakan aku, hah!"
Anya segera menggeleng kuat. "Nggak ... Tadi katanya Cloe ...."
Belum sempat ia mengatakan yang sebenarnya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan Cloe masuk dengan wajah pucat.
"Arka, Anya, kalian ..."
Seketika Arka dan Anya menatap ke arah Cloe.
"Cloe, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau mengunci Anya di toilet?" tanya Anya dalam tubuh Arka dengan tatapan tajam.
Cloe terdiam, tidak berani menatap Anya. Air matanya mulai menetes.
"Aku ... aku cemburu. Aku cemburu karena kau selalu perhatian sama Anya. Aku ingin kamu cuma perhatian sama aku," ujarnya dengan suara bergetar.
Anya dalam tubuh Arka terkejut mendengar pengakuan Cloe. Ia tidak menyangka Cloe akan cemburu padanya dan justru membahayakan Arka.
Cloe memperlihatkan layar ponselnya. Terlihat foto Arka sedang menggendong Anya. Bahkan, banyak foto kedekatan mereka yang lainnya.
"Apa kalian berdua berpacaran?" tanya Cloe dengan mata berkaca-kaca.
Bahkan, foto mereka sudah masuk media sosial dan dikabarkan tengah berpacaran.