Dijual kepada mafia kejam, Arini disiksa dan dikurung dalam neraka bernama cinta. Tapi tak seperti gadis lemah dalam dongeng, Arini memilih bangkit. Karena tidak semua cinta pantas diperjuangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfrida Sitorus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
pagi hari yang cerah,reina bangun dari tempat tidurnya.ia menuju kamar anaknya rian terlebih dahulu,setelah kejadian malam itu rian masih pendiam rasa trauma itu belum sepenuhnya hilang.walaupun dia mempunyai darah mafia yang kuat.tetapi dia sama seperti anak yang lain,ada rasa takut kalau melihat yang belum waktunya.
reina naik keranjang sang anak dan mengelus kepala rian dengan lembut."maafin mama nak,kalau saja ibu tidak lalai menjagamu.pasti kejadian itu tidak akan mengalami ini."lirih reina,bagaimana pun dia seorang ibu.pasti ada rasa sakit melihat anaknya jadi bahan balas dendam ayahnya sendiri.
"ibu akan menyelesaikan ini secepatnya,supaya kita hidup layaknya seperti orang biasa."ucap reina
tiba-tiba maeve masuk,"ren persiapan hari ini cukup matang,apa kita sebarkan tentang pergaulana bebas adik tirimu itu dulu atau langsung eksekusi?"
reina berdiri"tunggu aku diruang tamu!!aku akan datang sebentar lagi."perintah reina.
maeve mengangguk,lalu keluar menuju ruang tamu.
“Ini data terbaru soal Tania. Dia tidak tinggal di rumah keluarga lagi. Sejak dua tahun lalu, dia hidup di apartemen mewah yang dibayari oleh seorang pengusaha tua dari pemilik hotel namjaya. Nama pria itu, Robert Pranata istri sahnya tinggal di Singapura.bahkan bukan cuman itu dia juga mempunyai selingkuhan di club bernama reyhan atjama,laki-laki itu sering dia ajak ke apartemen untuk memuaskannya.kalau robert pranata lagi sibuk. ”
reina tersenyum miring,adik tirinya itu memang sangat liar."berikan pelajaran sedikit dulu.aku ingin mereka menderita perlahan,sampai mereka datang padaku memohon ampun."
"baiklah saya akan kirim photo-photo ini ke apartemennya dengan reyhan sebagai pelajaran,cukup memebuat dia jantungan dan berkeringat."
reina hanya diam,lalu berdiri berjalan kearah kebalkon hotel.
"bagaiamana perkembangan tentang Leonardo,eve?"tanya reina dingin,tatapanya tajam dan menusuk.
"dia sudah tau kita balik keindonesia.tapi,sejauh ini belum ada pergerakan sampai hari ini."
reina hanya diam,didalam hatinya ia sangat muak dengan semua ini.dia ingin melepaskan beban yang dia pikul sangat berat .tapi,balas dendamnya belum usai.rasa sakit itu masih membekas pada keluarganya dan leonardo.
"belikan kita rumah dengan penjaga yang ketat,rumah itu harus dilengkapi dengan alat teknologi yang canggih.penjaga bayangan dan anjing pelacak yang dimarkas untuk menjaga rian dan mobil anti peluruh!!"perintah reina tegas.
maeve mengangguk
****
ditempat lain,tepatnya apartemen tania.tiba-tiba ada ketukan dua kali,tania yang masih berbaring layaknya putri ratu kesal.
"siapa sih...Pagi-pagi kesini.menganggu tidurku saja."cibirnya kesal
tok!tok!
tania membuka pintu apartemennya.tetapi,tidak mendapatkan siapapun disana.tiba-tiba,dia melihat kebawah kakinya ada sebuah amplop coklat.tidak ada tulisan nama,tania menyeritkan dahinya.
"ini apa...aku tidak ada memasan sesuatu hari ini."ucapnya,lalu masuk kedalam dan membuka amplop coklat itu.bola matanya hampir keluar.poto-potonya dengan reyhan yang terlihat intim saat diclub maupun diapartemen.dan juga
Tania berpelukan dengan Robert, bukti transfer, dan kontrak sewa.
dan dibawah ada sebuah surat :
“Aku akan kirim ini ke istri sah Robert. Dan ke media,seluruh Jakarta akan tahu siapa kau sebenarnya.”
"tidak mungkin selama ini aku sudah bermain sangat rapi.siapa yang mengirim ini."ucap tania,keringat bercucuran didahinya.badanya gemetar,kalau tuan robert tau ini habis lah dia.tiba-tiba pikiranya melayang pada reina.
"kurang ajar si reina,bisa-bisanya dia mengancamku.kalau sampai om tau ini habislah aku,karirku bisa habis."lirih tania gemetaran
******
sedangkan ditempat lain,markas leonardo
Sementara itu, di sebuah ruangan gelap di lantai tertinggi salah satu gedung pusat kekuasaan hitam di Jakarta, Leonardo duduk di kursinya yang terbuat dari kayu hitam dan kulit buaya. Di depannya, layar besar menyala. Foto-foto Reina muncul, diambil diam-diam saat ia turun dari mobil, memasuki apartemen Tania. Dan satu foto terakhir yang membuat tangan Leonardo mengepal keras: Reina bersama seorang anak laki-laki kecil, wajahnya sangat mirip dirinya.
“Rian…” gumamnya pelan, hampir seperti desahan rindu yang dicampur bara amarah.
Matanya yang tajam menyipit. Wajah dinginnya tak berubah, tapi sorotnya gelap, seperti badai yang ditahan.
“Jadi kau benar-benar kembali, Reina… dan kau membawa anakku ke kotaku.” Suaranya lirih, namun bergema.
Ia berdiri perlahan, mengambil gelas whiskey-nya. Tangannya bergetar sedikit saat meneguknya habis. Lalu ia melempar gelas itu ke dinding hingga pecah berantakan.
Davin, yang sedang memantau dari jarak jauh melalui jaringan tersembunyi, tersenyum tipis melihat reaksi itu. Ia menoleh pada Reina yang sedang duduk tenang di dalam mobil menuju lokasi berikutnya.
“Leonardo baru saja tahu kau di Jakarta. Dia melihat Rian,” katanya pelan.
Reina tak menunjukkan ekspresi apa pun, hanya menatap keluar jendela.
“Biarkan dia terbakar oleh api yang dia nyalakan sendiri,” ucap Reina tenang."kita akan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan aksi selanjutnya."
"perketat penjaga untuk rian!!!aku tidak ingin kecolongan sedikit pun."perintah reina
davin hanya mengangguk