Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 25
"Organisasi Serigala Hitam... Awalnya hanya sekumpulan bandit kecil, tapi kini berkembang pesat dalam waktu singkat," ujarnya dengan suara bergetar. "Anggotanya sebagian besar mantan murid sekte kecil yang diusir atau meninggalkan sekte mereka. Kini, mereka memiliki sekitar 5.000 anggota di ranah Dao Foundation bintang 4 hingga 7, sepuluh elit di ranah Dao Celestial bintang 2, dan ketua kami adalah kultivator di ranah Dao Purification bintang 1."
Acheng mengangguk kecil, menyimpan informasi ini di pikirannya. Aura dinginnya masih menyelimuti tempat itu, membuat pria itu menggigil.
"Dan apa peran mereka di kota ini?" Acheng bertanya dengan suara rendah namun penuh tekanan.
"Mereka memungut pajak besar dari penduduk, dan siapa pun yang tidak mampu membayar akan dijadikan budak di tambang batu bara. Wanita muda… mereka dijadikan pemuas nafsu anggota organisasi," jawab pria itu dengan wajah penuh rasa bersalah, seolah takut menjadi korban berikutnya.
Acheng tidak menunjukkan reaksi emosional apa pun, namun matanya yang gelap berkobar dengan api yang tak terlihat. Dengan suara dingin, dia berkata, "Tunjukkan aku jalan ke markas kalian."
Pria itu berjalan di depan, memandu Acheng melewati lorong-lorong kota yang kumuh. Matahari mulai turun ke ufuk barat, mewarnai langit dengan semburat oranye. Acheng melangkah di belakangnya, auranya yang tak terlihat tetap memberi tekanan kepada pria itu, seolah-olah kematian mengintai di setiap detik.
Pria itu, yang sebelumnya berusaha keras menutupi ketakutannya, kini berbicara dengan suara lebih lembut. "Tu-tuan, aku tahu aku tidak pantas meminta belas kasihan, tapi... aku hanyalah pion kecil. Aku tidak pernah menyakiti siapa pun dengan tanganku sendiri."
Pria itu tahu betul bahwa kekuatan Acheng seorang diri, sudah cukup untuk melumat habis seluruh organisasi Serigala Hitam.
Acheng tetap diam, langkahnya mantap.
"Jika Anda benar-benar menghancurkan organisasi ini, saya bersumpah untuk meninggalkan jalan kejahatan! Tolong pertimbangkan untuk mengampuni saya..." pria itu memohon dengan suara bergetar.
Acheng akhirnya berbicara dengan suara dingin. "Aku akan mempertimbangkan permintaanmu nanti. Tunjukkan jalan, dan jangan coba-coba membohongiku."
Pria itu mengangguk cepat, memandu Acheng lebih jauh hingga akhirnya mereka tiba di luar markas Serigala Hitam.
Markas itu adalah sebuah benteng besar yang dulunya mungkin merupakan kediaman bangsawan, namun kini penuh dengan simbol-simbol serigala hitam. Dindingnya kokoh dan dipenuhi oleh penjaga bersenjata. Bendera hitam berkibar di puncak bangunan, menandakan dominasi organisasi ini atas kota.
Pria itu menunjuk ke arah gerbang besar yang dijaga oleh dua orang bersenjata tombak. "Itu markas kami, Tuan. Semua pemimpin mereka ada di sana, termasuk ketua kami."
Acheng mengangguk, matanya menyapu markas itu dengan tatapan dingin. "Kau bisa pergi sekarang. Tapi jangan lupa bahwa aku akan selalu tahu jika kau mencoba berbuat curang."
Pria itu, dengan wajah penuh kelegaan dan ketakutan, segera berlari menjauh tanpa menoleh ke belakang. Acheng berdiri di tempatnya sejenak, mengamati gerbang besar markas itu.
"Organisasi kecil ini benar-benar berani mendominasi seluruh kota... organisasi yang tidak tahu ketinggian langit," gumamnya dengan suara rendah.
Langit mulai gelap, dan hanya bulan yang menyinari bayangan Acheng saat dia mulai melangkah menuju markas Serigala Hitam. “Saatnya mereka merasakan balasan atas kesombongan mereka,” ujarnya dengan dingin, energi kegelapan mulai melingkari tubuhnya seperti pusaran badai kecil.
Saat ini Acheng berdiri di depan gerbang besar markas Serigala Hitam, dengan tatapan datar yang memancarkan kekuatan dan aura dingin yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Dua penjaga di depan gerbang, masing-masing bersenjata tombak, memandang Acheng dengan curiga.
"Hei, siapa kau?! Berani sekali mendekati markas Serigala Hitam tanpa izin!" salah satu dari mereka berteriak, mencoba menyembunyikan ketakutannya.
Acheng tidak menjawab. Matanya menyapu mereka seperti seseorang yang memandang dua semut yang tidak berarti. Tanpa sepatah kata pun, dia mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, energi kegelapan yang pekat muncul dari telapak tangannya, melesat seperti pusaran maut.
"AARGH!!!" Kedua pria itu berteriak ngeri saat energi itu melahap tubuh mereka. Dalam hitungan detik, tubuh mereka menghilang tanpa sisa, hanya meninggalkan hawa kematian yang mencekam.
Dengan satu langkah maju, Acheng mengarahkan tangannya ke gerbang besar. Sebuah ledakan energi kegelapan meluncur dengan kecepatan tinggi dan menghantam gerbang dengan suara yang menggema.
BOOM!
Gerbang besar itu hancur berkeping-keping, serpihan kayu dan logam beterbangan di udara. Suara kehancuran memecah keheningan malam, memancing perhatian seluruh anggota organisasi Serigala Hitam di dalam.
Dari dalam markas, suara langkah kaki berat bergema. Ribuan anggota organisasi keluar, membawa berbagai senjata dan memancarkan aura penuh kebencian. Mereka memenuhi halaman luas markas seperti lautan manusia.
Seorang pria dengan pedang besar di tangannya berteriak, "Siapa pun kau, beraninya menginjakkan kaki di sini! Itu sama saja dengan menggali kuburanmu sendiri!"
Acheng tetap diam, tatapannya dingin seperti es. Dalam sekejap, dia melompat ke udara, tangannya bergerak seperti maestro yang mengatur alunan musik kematian.
SWOOSH!
Energi kegelapan melesat dari tubuh Acheng, membentuk bilah-bilah tajam yang berputar seperti badai. Setiap bilah menembus tubuh anggota organisasi seperti pisau panas menembus mentega.
"AARGHH!!" Jeritan mereka menggema, bercampur dengan suara tubuh yang terbelah dan darah yang berceceran di mana-mana.
Ribuan orang yang mencoba melawan Acheng tidak lebih dari nyamuk yang beterbangan. Tubuh mereka terpotong, meledak, dan hilang tanpa sisa. Darah mengalir seperti sungai, membasahi tanah dan bahkan pakaian hitam Acheng, yang kini berubah merah tua oleh darah musuh-musuhnya.
Saat anggota biasa hancur tanpa sisa, sepuluh orang muncul dari dalam markas. Mereka adalah elit organisasi, masing-masing di ranah Dao Celestial bintang 2. Dengan beragam senjata di tangan mereka yang memancarkan aura yang kuat, mereka mengepung Acheng.
"Kita selesaikan ini bersama-sama! Jangan beri dia kesempatan untuk menyerang!" teriak salah satu dari mereka.
Acheng melirik mereka tanpa ekspresi. Dengan satu gerakan tangannya, sebuah lingkaran energi kegelapan muncul di sekitarnya.
"Terimalah kematian kalian," gumam Acheng.
BOOM!
Lingkaran energi itu meledak ke segala arah, menghancurkan tubuh sepuluh orang itu dalam hitungan detik. Jeritan terakhir mereka bahkan tertelan oleh suara ledakan.
Acheng merasakan energi seorang kultivator yang sangat kuat mencoba melarikan diri. Dia mengalihkan pandangannya ke langit dan melihat pria paruh baya dengan jubah mewah berwarna biru melesat cepat.
"Oh, jadi kau ketuanya," gumam Acheng sambil tersenyum tipis. Dengan sekali langkah, Acheng melesat ke udara, menyusul pria itu dalam sekejap mata.
Pria itu berhenti dengan wajah penuh keterkejutan. "K-kau?! Siapa kau sebenarnya?! Apa urusanmu dengan organisasiku?!"
Acheng menatap pria itu dengan dingin. "Aku memang tidak punya urusan denganmu. Tapi organisasi sampah seperti milikmu mengganggu pandanganku dan keberadaanmu membuatku terganggu. Itu alasan yang cukup bagiku untuk menghapus kalian dari dunia ini."
Wajah pria itu berubah merah padam oleh amarah. "Kau pikir kau siapa?! Jika aku mati, kau akan kuseret ke neraka bersamaku!" Dia mengaktifkan teknik peledakan diri, tubuhnya mulai memancarkan cahaya terang yang memancar liar.
Acheng mengangkat alisnya, lalu tersenyum tipis. "Bodoh sekali."
BOOOOMMMM!!!
Ledakan dahsyat mengguncang langit malam, menerangi seluruh area dengan kilatan cahaya yang menyilaukan. Angin kencang menerjang, membawa debu dan serpihan ke segala arah.
Namun, ketika cahaya mereda, Acheng terlihat berdiri tegak di udara, dikelilingi oleh perisai energi yang memantulkan sisa-sisa ledakan. Dia menatap ke bawah, menyaksikan kehancuran yang ditinggalkan.
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.