Di Talak Setelah Ijab Kabul

“Wah, tampan sekali pemuda itu. Pasti datang bersama istri atau pacarnya.’’ ujar Mega teman Sukartini.

Yang lain hanya mengangguk dan menunggu siapa gerangan yang berada di mobil. Para perempuan di kampung sini tentu terpana sekali melihat ketampanan Biyu. Karena di kampung mereka tidak ada pria setampan pria ini. Ini mereka belum tau jika Biyu anak dari Juragan Sunoto, jika tahu sudah pasti semakin manjadi para wanita ini. Langsung mencari muka pada Ndoro Ajeng yang terkenal Arogan itu.

Biyu membuka pintu mobil sebelahnya. Terlihat kaki mulus dan putih turun. Saat pintu kembali di tutup, para warga melongo. Ternyata yang turun adalah warga desa mereka sendiri, yakni Dea mantan istri Suroto yang baru di ceraikan kemarin. Mereka juga kagum melihat kecantikan wanita ini. Setelah pulang dari Jakarta, baru ini mereka melihat Dea karena wanita itu memang tidak ada keluar dari rumah. Bisik-bisik mulai terdengar di telinga kedua pasangan itu.

“Ayu tenan gadis itu sekarang yo.’’ ucap salah satu warga.

“Iyakan kan Dea memang aslinya ayu to’’ balas teman sebelahnya.

“Yo kan semakin cantik semenjak tinggal di Kota. Rugi sekali iku Suroto, sudah dapet gadis ayu malah menghamili wanita lain.’’ timpal yang lain.

“Uwes! Jangan bicara sembarangan, nanti kedengaran Juragan dan Ndoro Ajeng mampus kalian.’’ Mbak Mudrik memberi peringatan.

Para pemuda langsung terdiam.

“Baru juga di ceraikan, sudah bersama pria lain saja anak itu. Sayang ya cantik-cantik banyak tingkah. Pantesan di ceraikan, padahal baru selesai Ijab Kabul’’ celetuk salah satu ibu-ibu.

“Diam kalian! jangan menghina calon Nyonya Mahendra’’ ucap bodyguard Biyu yang biasa bekerja di villa.

“Eleh, siapa sampeyan mau melarang kita-kita? Emang siapa pria ini. Datang ke kampung langsung buat ulah. Jangan karena tampan jadi sok berkuasa begitu’’ balas Ibu-ibu lainnya.

Abiyu memberi kode pada bodyguard nya agar tidak di meladeni para wanita julid itu.

.

🩵

Sementara didalam, Juragan, Ndoro Ajeng dan Suroto mendengar keriuhan diluar rumah. Ketiganya langsung ke menuju arah suara yang ribut.

Ndoro Ajeng langsung terpaku di teras rumahnya bersama Suroto. Sedang Romo mendekati putra nya, berharap pria ini akan berubah fikiran dan minta maaf karena sudah kurang ajar tadi malam.

“Nak, kenapa hanya berdiri di situ?! Sini masuk. Romo mau bicara.’’ ucapnya mau menyentuh tangan Abiyu, tapi Biyu langsung mundur.

“Jangan sentuh tangan kotor itu Juragan terhormat! Tangan mu itu sudah menyentuh wanita perebut itu.’’ balasnya santai membuat Juragan Sunoto jadi kesal juga lama-lama.

“Jangan jadi anak durhaka kamu Satya!’’ bentak Juragan Sunoto.

Warga yang kaget makin penasaran saja di buatnya. apa lagi mendengar Juragan Sunoto memanggil pria yang tak di kenali dengan sebutan nak dan ucapan marah hingga mengatakan anak durhaka. Tentu para warga bertanya-tanya siapa sebenarnya pria yang di panggil Satya ini.

Sedangkan Dea, wanita ini terpaku mendengar Juragan memanggil Biyu dengan sebutan Satya. Dirinya tiba-tiba ingat dengan pria pujaan hatinya saat SMA, pria itu juga yang telah menyakitinya dan membuatnya malu di depan umum. Dea menepis pikirannya, mana mungkin Abisatya ada disini, pria itu menghilang bak di telan bumi, pikirnya.

“Ada keperluan apa nak Satya kesini?’’ tanya Ajeng lembut sekali padahal dalam hati bukan main kesalnya.

“Saya bukan anak anda Ndoro Ajeng! dan jangan sebut nama itu. Itu tidak berguna sama sekali. Abiyu! Nama ku Abiyu Husein Mahendra.’’ balas Biyu datar tanpa menatap Ajeng.

.

“Bukankah itu nama Tuan Mahendra, pemilik lama perkebunan Teh di desa kita?!’’ tanya salah satu warga yang ikut melihat tontonan keluarga Juragan ini. Bisik-bisik mulai terdengar. Karena para sesepuh juga ada disini, sehingga sedikit banyak mereka sudah bercerita tentang silsilah keluarga yang memusingkan kepala ini.

“Hust! mau kalian di pecat Juragan. Kita ini bergantung hidup pada nya. Jika tidak,.mau diberi apa anak dan istri untuk makan dirumah’’ ucap Ibu-ibu julid.

“Berapa gaji kalian selama bekerja di kebun itu?’’ tanya Biyu tiba-tiba, membuat wajah Ajeng pias karena bagian gaji para pekerja, Dirinya lah yang membayarnya.

“Kenapa anda tanda seperti itu?’’ tanya balik seorang wanita yang menggendong anaknya.

“Bilang saja. Nanti akan ku kasih bonus.’’ ucap Biyu.

Wanita itu takut melihat ke arah Ajeng yang menatapnya tajam, seolah memberi peringatan supaya tidak membuka mulut. Setelah di paksa terus akhirnya wanita itu jujur.

“Saya hanya tukang petik teh. Biasanya kami di gaji lumayan besar. Sehari kami bisa di gaji Rp 95000 - Rp145000’’ jawab nya naif.

“Anda tau, gaji pemetik teh biasanya paling rendah perhari 150 jika kualitas teh sedikit kurang bagus. Dari hasil uang yang ku teliti dan pupuk yang selalu ku rekomendasi, semua teh di sini di jamin kualitasnya sangat bagus. Jadi seharusnya gaji kalian para pemetik teh perhari jika penuh, bisa mendapat 200/hari’’ jelas Abiyu panjang lebar.

Semua yang mendengar melongo tak percaya. Mereka selama ini sangat bersyukur sekali di gaji sebesar 100 - 145.

“Mulai hari ini gaji kalian akan saya naikan menjadi 250 ribu’’ ucap Biyu lagi.

Para warga yang mendengar antara bahagia dan ragu. Karena tiba-tiba saja pria asing ini menaikan gaji mereka, padahal belum tau siapa pria ini hingga berani membuat keputusan dan melawan Juragan Sunoto.

“Kamu gila! Kita bisa bangkrut!’’ pekik Juragan Sunoto tak terima keputusan sepihak putranya. Dirinya merasa punya hak atas perkebunan Teh tersebut.

“Siapa yang bangkrut? Kakek ku tidak akan bangkrut jika hanya menggaji pekerja sebanyak itu. Selama ini ku lihat kinerja mereka juga bagus. Bilang saja, dirimu takut nggak bisa mengambil keuntungan!’’ balas Biyu tersenyum miring.

“Kembalikan surat asli Kebun Teh itu. Ku tunggu hingga Minggu depan! Jika tidak, kandang sapi mu yang tak seberapa itu akan ku gusur!’’ ucapnya lagi.

Dea sebisa mungkin menahan tawa mendengar kandang sapi. Dia jadi ingat jika mahar pernikahan sial nya itu berupa kandang dan hewan didalamnya. Tiba-tiba saja ide licik nangkring di pikirannya.

“Em, ehem. Kakang Suroto yang tampan rupawan. Bolehkah aku memegang tanganmu sejenak?’’ ucap Dea memasang wajah secantik mungkin.

Suroto yang mata keranjang mengangguk saja.

“Suroto bin Sunoto Atmojo, saya kembalikan mahar mu dalam bentuk Kandang Sapi beserta isi didalamnya, di bayar kredit!’’ ucap Dea lantang.

“Apa?!’’ ucap serentak para warga menggema. Mereka kaget dan penasaran juga. Kenapa ada kata kreditnya.

.

.

Kira-kira apa jawaban Dea?

Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🙏