Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Wahana Hiburan
❤️❤️❤️
Sosok itu menyeringai tipis dengan reaksi
yang terlihat sedikit aneh. Dia mengibaskan
tangan nya, detik berikutnya dua orang asisten
pribadinya membuka mantel yang membungkus
tubuh tinggi kekar penuh ototnya. Aroma wangi
maskulin langsung menyeruak menabrak indra
penciuman semua orang yang ada di dekatnya.
Dengan tatapan tidak lepas dari sosok Raya
pria itu mulai melangkah tenang kearah dimana
Raya berada dengan gaya yang sangat berbeda, tampak sangat elegan dan berkelas di selubungi
aura kebangsawanan yang sangat kental.
Sementara Raya masih menatap tenang kearah
lautan lepas dengan sorot mata hampa dan
kosong. Pikirannya saat ini berseliweran kemana-mana, Arka, Jessica, Ayahnya dan
Sean..Ada sedikit rasa bersalah dan menyesal
dalam hatinya karena tidak bertemu serta
berterus terang dulu pada pria itu.
"Sean... maafkan aku.."
Lirihnya lemah di dera penyesalan yang kini
semakin menyesakkan dadanya. Dia menarik
napas panjang sembari memejamkan mata
mencoba mencari bayangan wajah Sean.
Namun sesaat kemudian dia membuka mata
dengan menautkan alisnya , kenapa yang ada
dalam bayangan nya malah wajah laki-laki
yang sangat di bencinya ? Apa karena begitu
bencinya dia pada orang itu hingga rasanya
wajahnya selalu saja menghantui pikirannya .
Raya menggelengkan kepala pelan menepis
bayangan wajah Aaron, lalu merentangkan
tangannya ke udara mencoba mencari angin
sambil menebar senyum siapa tahu dengan
begini segala kegundahan hatinya bisa sedikit berkurang. Dia tidak sadar dengan melakukan
hal itu membuat lekuk tubuhnya yang sempurna
tercetak jelas menyebabkan seseorang yang
tengah berjalan kearahnya kini menghentikan
langkah, berdiri kaku di tempat. Matanya yang
memiliki aura gelap berkilat hebat dengan
seringai aneh lagi-lagi tercipta di bibir nya.
Raya menghembuskan napas dalam-dalam
mengakhiri kegiatannya, dia membalikan badan bermaksud kembali ke kamarnya namun sesaat kemudian dia memekik tertahan saat tubuhnya
menubruk satu sosok tinggi tegap dan kokoh
di belakangnya hingga membuat dia berjingkat
kaget tapi tangannya sudah terlanjur menekan
dan menempel di dada sosok itu yang langsung
menyergap dan memegangnya kuat.
"Ma-maaf Tuan.. saya tidak sengaja.."
Raya berucap lembut dan gugup seraya
mendongakkan kepalanya sambil berusaha
menarik tangannya tapi sudah terkunci.
Jantung pria itu langsung bergelombang
saat mendengar suara lembut Raya.
"Hallo beautiful lady.."
Dia menyahut dengan suara yang tidak kalah
lembut penuh dengan daya pikat. Mata mereka bertemu, mata elang pria itu tampak mengerjap
hebat menyaksikan bagaimana cantik dan elok
nya paras wanita ini. Ada semacam getaran
dahsyat yang menembus bathin pria ini begitu
matanya berusaha menerobos masuk ke
kedalaman mata sendu Raya yang memancar
bening bak kristal murni. Dan kini ada sinar
gelap yang keluar dari mata pria itu mencoba
menembus jiwa Raya membuat dia kesulitan melepaskan diri dari jeratan pesona pria
charming ini sampai tidak sadar kini dia
menatap lembut pria itu.
"Are you oke lady.?"
Tanya pria itu lembut penuh daya tarik dengan
senyum yang terbentuk sempurna. Dia menarik
tangan Raya lebih merapat ke dada bidangnya
membuat tubuh Raya otomatis ikut tertarik.
Mata Raya masih terjerat dalam mata elang
sosok itu, namun sesaat kemudian kelebatan
wajah Aaron membawa dirinya kembali pada kesadaran, dengan cepat dia mendorong dada
pria itu lalu menepis pegangan tangannya
kemudian menjauhkan diri. Wajahnya kini
memerah, apa yang terjadi padanya.? Dia
menatap tajam wajah pria itu yang masih
tersenyum lembut kearahnya.
"Saya tidak apa-apa, sekali lagi maaf Tuan.."
Raya kembali mengucapkan permohonan
maafnya seraya menundukkan kepala dan
beristighfar dalam hati.
"It's oke.. itu bukanlah apa-apa. Tidak perlu
merasa bersalah."
Sahut pria itu masih dengan suara yang
sangat lembut dan memikat.
"Terimakasih, kalau begitu saya permisi Tuan.."
"Hei..tunggu Nona..!"
Raya terpaksa menghentikan langkahnya.
Tapi masih berada pada posisi nya.
"Aku belum memaafkan mu. Kau harus
membayarnya untuk itu."
Raya menautkan alisnya, lalu membalikkan
badannya, menatap sekilas kearah pria itu.
"Mohon maaf Tuan, saya tidak punya apapun
untuk di tawarkan. Saya hanya memiliki
permohonan maaf saja."
"Setidaknya kau bisa memberikan namamu.!
Kita bisa berkenalan dengan resmi.!"
Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan
Raya yang menatapnya datar tanpa minat.
"Kenalkan..namaku Lucas Adolf Winston.."
Ujar pria itu dengan senyum manisnya.
Lagi-lagi Raya hanya menatapnya sekilas.
"Tuan..anda adalah orang yang sangat
terhormat. Rasanya tidak cukup penting
bagi anda mengetahui nama saya, permisi.."
Raya mengabaikan uluran tangan pria itu, lalu
kembali membungkuk sedikit setelah itu berlalu
pergi dari hadapan pria itu yang sontak tertegun, rahangnya mengeras seketika, tangannya kini
terkepal dengan kuat, wajahnya tampak merah padam. Terhina.? tentu saja..seseorang yang
bergelar Duke sepertinya di abaikan begitu saja.
Dia ini pria impian yang di dambakan banyak
wanita yang ada di dunia. Tapi wanita tadi
tampaknya tidak mengenalinya sama sekali.
Dan pria ini tahu pasti keistimewaan yang di
miliki wanita tadi hanya dengan menembus
kedalaman mata indahnya. Rasa penasaran
itu mengalahkan segalanya. Kembali.. ada
seringai aneh yang terbit di bibir seksinya.
"Aku sudah menemukannya. Dialah wanita
yang aku cari selama ini.! Hanya wanita ini
yang akan mampu menjadi partner ranjangku.!
Dia akan memberiku kepuasan tanpa batas.!"
Desisnya dengan kilatan aneh dari matanya
yang mampu menguarkan aura mencekam
di sekitarnya sampai semua bawahannya
bergidik ngeri.
"Duke Lucas.. apa saya perlu mencari tahu
siapa wanita itu.?"
"Tentu saja.! Secepatnya..!!"
Dengus pria charming itu sambil melangkah
cepat meninggalkan tempat itu di iringi oleh
rombongan para pengawalnya.
***
Seharian Raya berada di kamar. Ada sedikit
rasa tidak nyaman di hatinya saat menyadari
laki-laki jahat itu tidak pernah lagi datang
melihatnya.Kemana sebenarnya pria itu.?
Bukankah seharusnya dirinya mendamping
semua kegiatannya ?
Akhirnya Raya memutuskan untuk keluar di
sore hari dan berjalan-jalan ke lantai bawah
di dampingi oleh Griz yang tidak mampu
melarang saat Raya sudah berjalan cepat
menuruni tangga.
Kapal pesiar ini terdiri dari 5 lantai plus lantai
eksklusif yang di tempati Raya. Geladak paling
bawah adalah tempat untuk umum, lalu lantai
dua berisi fasilitas penunjang seperti store dan
sarana olahraga serta hiburan. Kemudian di
tingkat tiga adalah fasilitas kamar-kamar
mewah bertarif selangit. Lalu tingkat 4 dan 5
di peruntukkan khusus sebagai ruang VVIP
untuk keluarga kerajaan. Berisi Ballroom dan
ruangan penunjang lainnya seperti kamar
tidur pribadi, ruang pertemuan, ruang makan,
ruang keluarga, ruang khusus Sang Raja dan
kantor pribadi Aaron yang ada di lantai 5.
Baru kali ini wajah Raya terlihat cerah dan
berseri saat dia turun ke lantai dua. Dengan
semangat dia masuk ke dalam arena hiburan.
Suasana saat ini tampak di padati pengunjung,
ada berbagai tipe manusia yang berbaur dan
menyatu di tempat ini. Raya terlihat antusias
melihat wahana hiburan yang sangat di sukai
olehnya. Dia jadi teringat pada Jessica yang
sering mengajak nya datang ke tempat
hiburan seperti ini.
"Griz.. ayo kita main di sana.!"
Raya menarik tangan Griz menuju ke satu
wahana permainan membuat mata wanita
tomboy itu membulat terkejut. Dia tampak
sedikit gugup dan grogi. Raya memesan dua
tiket permainan kemudian mengajak Griz
bermain. Akhirnya mau tidak mau Griz ikut
bermain juga, karena tugasnya memang
harus selalu mendampingi Nona nya itu.
Keduanya tampak menikmati permainan
itu yang cukup memacu adrenalin. Wajah
datar Griz nampak sedikit berbeda, ada
raut kesenangan yang terlihat di sana.
"Nah.. gitu dong, jangan terlalu kaku.!"
Ledek Raya sambil berjalan kearah wahana
lain. Griz tampak tersenyum tipis sambil
menggelengkan kepalanya. Dengan cepat
dia mengikuti Raya yang sudah kembali
memesan tiket baru. Di tempat itu sore ini
sedang padat-padatnya pengunjung. Dan
seperti di ketahui, bukan sembarang orang
yang bisa menaiki dan berlibur di dalam
kapal pesiar ini. Semua rata-rata kalangan
elite dan berduit dari berbagai belahan dunia.
Raya berjalan dengan senyum tidak lepas dari
wajah cantiknya. Dia tampak sangat menikmati berbagai wahana yang di mainkan nya dengan
semangat hingga akhirnya sekarang berada di
satu permainan yang cukup di kuasainya.
Namun ada sesuatu yang janggal kini terjadi.
Semua orang tampak minggir ketika aparat
keamanan tiba-tiba masuk mensterilkan seluruh
area. Raya tidak mengerti apa yang terjadi, dia
juga kurang faham yang di bicarakan oleh
orang-orang karena bahasa mereka yang
berbeda-beda. Yang dapat dia tangkap dari
percakapan beberapa orang adalah tentang
kunjungan Sang Pangeran dan calon
tunangan nya ke tempat itu. Pangeran.??
Raya memutar bola matanya jengah.
Orang-orang berkuasa memang selalu saja
merepotkan. Kalau begini, kesenangannya
bisa terganggu. Lain lagi dengan Griz, dia
tampak gugup dan tegang saat ini.
"Miss Raya..sebaiknya sekarang kita kembali
ke kamar anda. Waktu sudah semakin sore.
Nanti malam ada acara yang harus anda
hadiri.!"
Raya yang sedang memainkan satu game
seru tampak melirik sekilas kearah Griz.
"Sebentar lagi ya Griz.. tanggung nih lagi seru."
"Tapi Miss, kita kesini tanpa izin dari Tuan."
"Biarkan saja, memang apa urusannya semua
ini dengan dia, kehadirannya hanya akan
merepotkanku saja.!"
Ketus Raya sambil kemudian berseru keras
saking bahagianya karena dia memenangkan
permainan. Wajahnya terlihat begitu senang
hingga wajah cantiknya nampak bersinar
membuat beberapa pengunjung pria tidak
bisa lagi menahan keinginannya untuk
memandangi dirinya. Sebenarnya sejak dia
masuk ke dalam wahana permainan ini
kehadiran nya cukup mengundang perhatian
para pengunjung terutama para pria, namun
seperti biasa Raya tidak pernah ambil peduli
akan hal itu. Dia lebih fokus pada semua
kesenangannya.
Griz tampak semakin tegang saat dia melihat
di pintu utama masuk wahana yang sangat
luas itu ada kerumunan dan kegaduhan. Dia
tahu pasti siapa yang datang. Wajahnya kini
sudah mulai memucat.
"Miss..kita harus pergi sekarang juga..!"
"Kenapa Griz.? Apa kamu tidak enak badan.?"
Raya masih asik dengan permainan barunya
mencoba melakukan tembakan ke arah satu
titik yang akan memenangkan satu boneka
beruang cantik yang di sukainya. Memang
sedikit kekanak-kanakan sih, tapi dia sangat
menyukai boneka itu, dan bagaimanapun
caranya dia harus mendapatkan nya.
"Sa-saya baik-baik saja Miss, tapi ini sudah
sangat sore, anda harus segera kembali.!"
Suara Griz tampak semakin gugup, matanya
kini benar-benar melebar saat melihat sosok
Tuan Berharga nya sudah mendekat. Saat ini
Aaron tampak berjalan gagah dan tenang di
ikuti oleh rombongan orang-orang penting
dan berdampingan dengan satu sosok tinggi semampai yang memiliki bentuk tubuh sangat
menarik serta paras wajah cantik jelita. Wanita
itu terlihat begitu anggun dan mempesona,
elegan dan sangat berkelas. Mereka semua
berjalan membelah kerumunan pengunjung
yang langsung minggir seraya menunduk
hormat ke arah kedatangannya.
Sebenarnya Aaron kurang respect dengan
pertemuan ini. Tapi karena ini adalah agenda
yang berhubungan dengan istana mau tidak
mau dia harus melakukan nya, bertemu dan menemani putri salah satu petinggi negaranya.
Wanita inilah yang sudah di siapkan sebagai
calon ratu masa depan oleh kedua keluarga.
Mata tajam Aaron dan Anzel langsung bisa
menangkap sosok wanita yang sedang asyik
bermain di satu wahana permainan. Wajah
Aaron tampak bereaksi aneh.
"Kau bawa wanita ini ke tempat lain..!"
Aaron berkata pelan pada Anzel yang tahu
situasi. Kepalanya langsung mengangguk
faham. Tatapan Aaron mengunci sosok
Raya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Griz sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi
saat Aaron menangkap basah mereka
berdua di tempat itu dengan tatapan tajam
mematikannya. Sementara Raya masih asik
dengan rasa penasarannya karena dia tidak
jua mampu menembak sasaran dengan tepat.
"Miss Raya.. apa kita bisa pergi sekarang.?"
Griz mencoba kembali menarik Raya dari
kesenangannya sebelum Aaron benar-benar
mendatangi mereka. Namun tampaknya
semua itu sudah terlambat.
"Baiklah Griz.. kita akan kembali setelah aku mendapatkan boneka ini. Aku tidak akan bisa
tidur kalau tidak mendapatkannya."
Sahut Raya dengan raut wajah gemasnya
karena dia gagal terus.
"Apa kau bisa melakukan tembakan ini
untukku Griz.? Kau kan ahlinya..Aku sudah
menyerah.! Aku tidak bisa mendapatkan nya."
Keluh Raya sambil menatap kesal ke titik
sasaran yang membuatnya gemas tersebut.
Raya terkejut ketika tiba-tiba ada satu sosok
yang mengurungnya dari belakang, seolah
memeluknya, tangan kanannya yang kokoh
kini meraih pergelangan tangan nya dan
menggenggam nya kuat. Dia tersentak saat
menyadari sosok tinggi gagah itu adalah pria
jahat yang berstatus sebagai suaminya.
"K-kau.. ke-kenapa ada di sini..?"
Raya berucap gugup sambil berusaha keluar
dari kurungan tubuh Aaron yang semakin
merapatkan tubuhnya dengan melingkarkan
tangan kirinya di perut rata Raya yang
menegang seketika.
"Jangan membuat keributan.! Ini adalah
tempat umum, diam dan fokus ke sasaran.!"
Bisik Aaron serak di telinga Raya yang mau
tidak mau akhirnya terdiam membeku. Tubuh
Aaron semakin menempel ketat di punggung
Raya yang mulai bergetar di serang kepanikan.
Mata Aaron terpejam kuat saat aroma wangi
lembut menguar dari tubuh Raya membuat
hasratnya bangkit seketika..
"Aaron.. lepaskan aku..!"
Raya berucap gemetar sambil bergerak
kembali mencoba keluar dari penguasaan
tubuh tegap laki-laki itu itu.
"Jangan bergerak.. atau kau akan menyesal
nanti dengan apa yang akan aku lakukan.!"
Desis Aaron sambil kemudian mengangkat
tangan kanan Raya mengarah ke sasaran..
***
Happy Reading....
pasti lebih seru