Zira mengetahui kekasih nya selingkuh dengan sahabatnya sendiri dua hari sebelum ijab kabul diucapkan.
Namun Zira tetap bertahan dan melanjutkan pernikahan karena tak mau orangtu malu.
Sayangnya sang tunangan memilih pergi dengan kekasihnya dan meninggalkan nya, di tengah orang banyak. Zira malu dan putus asa. Begitu juga dengan orangtuanya.
Tiba tiba muncullah seorang pria yang bersedia menikahi Zira, menggantikan posisi sang kekasih.
Dia adalah Juan, pria muda yang sudah beberapa kali bertemu dengan Zira secara tidak sengaja. Entah apa yang membuatnya mengajukan diri dan mau menikah dengan zira.
Bagaimana kisahnya???
Akankah rumah tangga mereka berjalan baik? atau berujung di meja perceraian??
Akan kah kedua nya saling cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Perhatian
Zira terbangun dan memperhatikan sekelilingnya. Aku berada di dalam kamar, terakhir kali aku _
Zira coba mengingat ingat kejadian kemaren, saat Andika datang mengunjunginya , dan dirinya yang berakhir bertengkar dengan Juan.
Zira menoleh dan melihat seseorang tengah tertidur disampingnya, Zira mengangkat kepalanya dan mencoba duduk namun seluruh tubuhnya terasa sakit dan kepalanya juga masih pusing.
"Auw...." ucapnya pelan.
Juan terbangun dan mengerjapkan matanya. "Jam berapa ini?" tanya Juan masih mengumpulkan nyawanya.
"Bagaimana keadaanmu, apa sudah baikan." tanya Juan dan menyentuh kening Zira.
Alhamdulillah sudah tidak demam." ucap Juan.
Zira awalnya kebingungan tapi kini dia paham. Ternyata dia demam dan Juan telah merawatnya.
Juan bangkit dan hendak menuju kamar mandi. Tangan lemah Zira mencegah nya."Terima kasih." ucapnya dengan suara serak."
Juan melepaskan tangan Zira dan berlalu tanpa menjawab perkataannya.
Zira magang kain yang menempel di keningnya. Dia merawat ku semalaman, dan rela tidur di kursi menungguiku, dia baik sekali. bathin xira.
Zira yang masih pusing kembali merebahkan dirinya di tempat tidur. Juan sudah selesai mandi dan bersiap untuk melaksanakan ibadah sholat shubuh.
Zira merasa malu melihat juan.yang sangat rajin beribadah, pria yang dingin dan sombong itu ternyata pria yang rajin melaksanakan ibadah fan taat pada Allah. Satu sisi hati Zira tersentuh akan ketaatan Juan.
Juan bangkit dan melipat sajadahnya, Zira pun berpura pura tidur kembali. Juan keluar kamar dan turun ke bawah. Merasa Juan sudah tidak ada lagi dikamar Zira kembali membuka matanya.
Di dapur Juan membuat bubur dan the hangat untuk sarapan Zira. Setelah semuanya beres, Juan membawanya ke dalam kamar menggunakan nampan kecil.
"Bangun, dan makan sarapan mu, setelah itu minum obatnya." ucap Juan dengan ekspresi datar.
Zira membuka matanya, wajah Juan sudah berada dekat didepan nya, mata mereka saling menatap dan mengunci.
Zira menundukkan pandangannya tidak kuat melihat manik hitam Juan yang seolah olah menerobos masuk ke dalam hatinya.
Zira terus menunduk, Juan membantu Zira untuk duduk. Tentu saja Zira merasa kaget dan lagi lagi dia menatap Juan. Namun Juan tidak menghiraukannya. Juan menyandarkan Zira di pinggiran ranjang dan menyangganya dengan menggunakan bantal.
Setelahnya Juan mengambil mangkuk bubur dan mulai menyukai Zira. "Buka mulutmu!" ucap Juan.
Zira bukannya membuka mulutnya malah menatap Juan dengan lebih intens dengan tatapan heran, bingung dan sedih.
"Mau sampai kapan kau memandang wajahku? buka mulutmu cepat dan habiskan sarapan mu." ucap Juan lagi.
Zira membuka mulutnya dan Juan mulai menyuapinya, keduanya diam tak ada yang memulai pembicaraan.
"Sudah" ucap Zira menolak suapan Juan.
Baru setengah mangkuk yang dia makan, namun Zira sudah merasa mual.
Juan meletakkan mangkuknya dan mengambilkan Zira minum. Zira meminum tehnya dan meminum obatnya.
Juan bangkit dan berjalan ke dapur membawa nampannya. Setelah meletakkannya di dapur Juan memegang dadanya, posisinya dengan Zira tadi membuat jantungnya berdetak kencang, untung saja Zira tidak mengetahuinya, dan segera menunduk.
ada apa dengan ku, apa aku terkena serangan jantung? bathin Juan memegang dadanya.
sama halnya dengan Juan, Zira juga merasa kikuk, posisi mereka yang begitu dekat membuatnya bisa melihat dengan jelas wajah Juan, manik mata yang hitam pekat, hidung mancung, alisnya yang tebal, dan lesung pipinya yang akan jelas terlihat jika dia tersenyum.
Kedekatan mereka juga menimbulkan getaran di dalam hatinya.
Juan kembali ke kamar, dia sudah tampak rapi.
"Apa kau akan berangkat ke kantor?" tanya Zira.
"Ya, aku ada meeting pagi ini, nanti makan siang aku usahakan pulang. kau berisirahat lah." ucap Juan sambil memasang dasi ya.
"Tidur, jangan mengerjakan pekerjaan rumah." ucap Juan menatap ke arahnya.
Zira bangkit dan menghampiri Juan yang berdiri memakai jasnya. Zira membalik tubuh Juan dan merapikan dasi serta jasnya.
Zira sedikit berjinjit mencium pipi Juan."Terima kasih." ucap Zira
Zira menunduk Setelah mencium pipi Juan, dia merasa malu. Pipinya menunjukkan semburat merah, terlihat jelas di wajah pucat nya.
Juan awal nya terkejut, namun sungguh hatinya berbunga bunga dengan sikap berani Zira.
Juan maju dan mencium kening Zira. "Istirahat lah, jangan melakukan apapun sampai aku kembali " ucap Juan.
Setelah itu dia berjalan keluar dan menutup pintu. Juan terus berjalan menuju parkiran dan berangkat ke kantornya.
Hari yang melelahkan, jadwal yang padat dan tugas yang menumpuk membuat Juan hampir lupa waktu makan siang nya. Diliriknya arloji ditangannya sudah menunjukkan pukul satu, Juan tersadar dia janji makan siang dirumah dengan Zira
Juan bangkit dan segera menuju parkiran bersiap pulang ke rumah nya
Darren heran melihat bos Nya melangkah terburu buru.
"Pak, nanti kita ada rapat jam tiga," ucapnya mengingatkan Juan.
Juan berhenti sejenak. "Aku tahu." jawabnya.
kemudian dia kembali melangkah keluar menuju parkiran dan segera pulang ke rumahnya.
Zira sudah merasa agak baikan. Dia berjalan ke dapur. Membuka kulkas dan mengambil bahan makanan.
Zira mengambil ayam, bayam, jagung. Zira mencuci ayam dan akan menggorengnya. Kemudian dia memetik bayam dan merebusnya bersama dengan jagung muda. Untuk sambalnya Zira membuat sambal terasi. Satu jam berlalu Zira melirik jam sudah jam dua belas.
Zira menyusun makanan di meja dan menutup nya. Kemudian dia naik ke lantai atas untuk mandi dan mengganti pakaiannya.
Zira terlihat lebih segar setelah dia mandi. Zira turun dan menunggu Juan sambil menonton televisi.
Juan tiba di apartemen nya. Dia masuk tanpa memencet bel. Juan kaget melihat Zira yang tertidur di sofa.
Juan terus melangkah ke dapur dan dia semakin tak percaya melihat masakan yang sudah Zira masak.
apa dia menungguku dan tertidur! bathinnya.
"Zira...Zira ....bangun." ucap Juan menggoyang tubuh Zira.
Zira perlahan membuka matanya dan melihat wajah Juan.
"Mas sudah pulang?" tanya Zira.
bukannya menjawab Juan terbengong. Zira memanggilku mas, apa aku nggak salah dengar?
"Mas, aku sudah masak ayo kita makan." ucap Zira lagi membuyarkan lamunan Juan.
Juan mengikuti Zira dari belakang tanpa bersuara. Dan duduk di meja makan.
Zira mengambilkannya nasi, ayam goreng dan sayur. Zira mengambilkan sambal terasi dan dia letakkan di piring kecil.
Juan masih diam dan memandang Zira.
"Maafkan aku, aku cuma bisa masak ini!" ucap Zira menunduk. Dia takut Juan marah karena sejak tadi Juan hanya diam saja.
Juan tersadar, "apa kau sudah sembuh? mengapa memaksakan diri memasak?" ucap Juan.
Zira terkejut dia pikir Juan akan memarahinya, justru Juan menanyakan keadaannya. hati Zira merasa hangat.
"aku sudah merasa baikan , terima kasih." jawab Zira.
Juan mulai menyendokkan nasi ke mulutnya. Dia makan tanpa bersuara. Zira pun membatalkan niatnya untuk menanyakan rasa masakannya. Keduanya makan dalam diam hingga makan siang selesai.
"Aku harus kembali ke kantor, kau istirahat lah dirumah." ucap Juan tanpa menatap Zira.
"Mas tunggu" ucap Zira di depan pintu.
Juan berbalik dan hendak mengatakan sesuatu, namun tindakan Zira membungkam mulut nya.
Zira meraih tangan Juan dan menciumnya. setelahnya Zira menunduk.
Juan awalnya bingung, namun dia akhirnya mampu menguasai dirinya dan mencium pucuk kepala Zira setelah itu berlalu begitu saja.
Juan tak dapat menahan senyumnya, hatinya berbunga bunga. Hari ini Zira bersikap manis padanya.
apakah Zira sudah mau menerima ku? tanya Juan dalam hatinya.
Zira segera menutup pintu dan menguncinya. dia berjalan kembali ke kamar.