NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Ingin Bertemu

Jam dinding hampir menunjukkan pukul sebelas siang, namun Celin masih bergelut di bawah selimutnya. Ia baru tersadar ketika suara dering ponsel yang tergeletak di atas nakas samping ranjang mengusik tidurnya.

Celin menggeliat malas. Tanpa melihat siapa yang menelepon, ia langsung menerima panggilan itu.

“Celin, aku ingin bertemu denganmu siang ini,” ucap suara dari seberang panggilan.

Mendengar suara itu, Celin seketika duduk. Suara tersebut begitu familiar di telinganya.

“Baik,” jawab Celin tanpa berpikir panjang. “Di mana?”

“Nanti aku kirimkan lokasinya setelah menentukan waktunya,” ujar suara itu singkat. Panggilan pun segera berakhir.

Senyum Celin mengembang lebar.

“Aku harus segera bersiap. Aku harus terlihat cantik hari ini,” gumamnya penuh semangat.

Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai bersiap, Celin berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dengan puas. Hari itu ia mengenakan mini dress berwarna hitam dengan potongan pas di tubuh, berlengan tipis, dan sedikit menampakkan lekuk tubuhnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, menambah kesan dewasa dan menggoda.

“Sempurna,” ucapnya lirih.

“Aku harus terlihat menarik. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini,” lanjutnya dengan senyum penuh keyakinan.

Sebelum waktu yang ditentukan tiba, Celin sudah berangkat menuju tempat yang telah disepakati. Ia sengaja datang lebih awal. Ia tidak ingin terlambat.

Benar saja, ketika Celin tiba, orang yang tadi menghubunginya belum datang. Celin pun duduk dan memesan minuman sambil menunggu. Ia mencoba bersabar, meski sesekali melirik jam di pergelangan tangannya.

Tak lama kemudian, dari kejauhan terlihat seorang pria berjalan mendekat.

Celin segera berdiri. “Revan,” sapa Celin dengan senyum menggoda.

Namun Revan tidak membalas senyum itu. Wajahnya datar, tanpa ekspresi ramah sedikit pun. Ia langsung duduk di kursi di hadapan Celin.

“Kamu mau pesan apa? Kita makan siang dulu,” ucap Celin dengan suara lembut, berusaha mencairkan suasana.

“Tidak perlu,” jawab Revan singkat dan dingin.

“Kamu jangan salah paham. Aku menghubungimu ke sini hanya untuk memberikan peringatan.”

“Peringatan?” ulang Celin, pura-pura bingung. Jantungnya mulai berdegup tak tenang, tetapi ia berusaha tetap terlihat biasa saja.

“Aku tahu apa yang terjadi semalam,” ucap Revan tegas.

“Kamu sengaja membayar preman untuk mengganggu calon istriku.”

Revan sengaja menekankan kata calon istri, berharap Celin memahami posisinya.

“Apa maksudmu, Re? Aku tidak mengerti,” bantah Celin, berusaha menutupi perbuatannya.

“Sudahlah, Celin. Jangan berpura-pura tidak tahu,” potong Revan.

“Aku tahu apa yang telah kamu lakukan. Aku peringatkan kamu, jangan pernah lagi berbuat macam-macam pada Eliana. Apa pun itu.”

Revan menatap Celin tajam.

“Aku bisa saja memenjarakanmu. Tapi aku masih menghormati hubungan baik antara orang tuamu dan orang tuaku.”

Setelah mengatakan itu, Revan segera berdiri. Tanpa menoleh sedikit pun, ia melangkah pergi, meninggalkan Celin terpaku di tempat duduknya.

---

Berbeda dengan Eliana. Sejak pagi, ia sudah sibuk beraktivitas. Kejadian semalam tak terlalu ia pikirkan. Eliana menganggapnya sebagai peristiwa biasa yang tak perlu dibesar-besarkan.

Mulai hari ini, Eliana memutuskan untuk tidak lagi pergi ke butik. Ia mempercayakan seluruh urusan butik kepada Dewi, karyawan yang selama ini setia dan bertanggung jawab. Sambil menunggu kepulangan Nadia yang direncanakan tiba hari ini, Eliana memilih fokus di apartemen.

Bukan hanya Nadia yang dinantikannya. Kedua orang tuanya pun akan datang hari ini.

Sejak siang, Eliana sudah sibuk di dapur menyiapkan jamuan makan malam untuk menyambut orang-orang yang begitu ia cintai. Berbagai masakan Eliana siapkan.

“Sempurna,” ucap Eliana puas setelah memastikan semuanya matang dengan sempurna.

Begitu segalanya sudah beres, Eliana bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah hampir seharian berkutat di dapur.

Setelah mandi, Eliana mengenakan gamis sederhana berwarna lembut. Rambutnya dikeringkan dan disisir rapi, lalu ia mengoleskan sedikit pelembap dan menyemprotkan sedikit parfum . Wajahnya tampak segar meski kelelahan masih terlihat di matanya.

Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, namun belum ada tanda-tanda kedatangan Nadia maupun kedua orang tuanya. Hati Eliana mulai diliputi kekhawatiran, terlebih saat ingatannya kembali pada kejadian tadi malam.

Tenang, El. Sebentar lagi mereka pasti sampai, batinnya mencoba menenangkan diri.

Tak lama kemudian, bunyi bel pintu terdengar. Eliana langsung berlari kecil menuju pintu. Seperti kebiasaannya, ia mengintip terlebih dahulu melalui lubang pintu untuk memastikan siapa yang datang.

Senyumnya langsung mengembang saat melihat sosok-sosok yang begitu ia rindukan. Tanpa menunggu lebih lama, Eliana segera membuka pintu.

“Assalamu’alaikum,” ucap ayah Eliana.

“Wa’alaikumussalam, Ayah,” jawab Eliana hangat.

Ia segera mengulurkan tangan, menyalami dan memeluk ayah dan ibunya, lalu beralih memeluk Bu Ajeng, ibu Nadia, yang turut datang bersama mereka.

“Ayo Masuk, Ayah, Ibu.” Ucap Eliana sambil mempersilakan mereka masuk.

“Eh, kamu nggak menyalami aku?” protes Nadia yang masih berdiri didepan pintu.

“Kamu nggak perlu,” balas Eliana santai.

“Hah, El! Nggak asyik,” ucap Nadia dengan nada merengek.

Ibu Eliana tersenyum melihat tingkah mereka. “Bagaimana kabarmu, Nak?” tanyanya lembut.

“Alhamdulillah, El baik, Bu,” jawab Eliana.

“Ayah dan Ibu bagaimana? Urusan Ayah sudah selesai, kan?” lanjutnya bertubi-tubi.

“Tanyanya satu-satu, Nak,” tegur ayahnya sambil tersenyum.

Eliana hanya nyengir mendengar ucapan itu.

“Ia ni calon pengantin, nggak sabaran banget,” celetuk Nadia yang baru saja kembali dari dapur sambil membawa nampan berisi air minum dan kue.

“Alhamdulillah, Ayah dan Ibu baik-baik saja seperti yang kamu lihat,” ujar ayah Eliana.

“Kalau soal urusan Ayah, ya begitulah. Selalu ada saja, tapi kamu tenang. Mulai hari sampai hari ini pernikahanmu nanti, Ayah dan ibu akan mendampingimu. Semua urusan sudah Ayah selesaikan.”

Mendengar itu, hati Eliana terasa hangat.

"Terimakasih ayah." Ucap Eliana ia langsung memeluk ayahnya.

Ridwan tersenyum lembut sambil mengelus kepala putrinya penuh kasih.

Nadia yang duduk disisi ibunya terharu melihat interaksi Eliana dan ayahnya,"bahagianya yang masih punya ayah." Ucap Nadia terdengar sedih.

"Kamu bicara apa Nad, ayah kan ayahmu juga jangan bersedih seperti itu." Ridwan memenangkan Nadia.

Sedangkan Bu Ajeng langsung menggenggam tangan putri nya lembut.

Setelah berbincang beberapa saat, Eliana meminta ayah dan ibunya beristirahat di kamar yang telah ia siapkan. Bu Ajeng pun dipersilakan menempati kamar lainnya.

Saat suasana mulai tenang, Nadia mendekat ke Eliana.

“Gimana, El? Selama aku nggak ada, Celin atau Tante Mira nggak mengganggumu, kan?” tanya Nadia pelan.

“Alhamdulillah, nggak,” jawab Eliana.

“Hanya saja tadi malam, waktu aku keluar sebentar, aku sempat dihadang dua orang preman.”

“Apa? Kamu dihadang preman."potong Nadia kaget.

“Husss… pelan-pelan,” ujar Eliana cepat sambil menutup mulut Nadia dengan tangannya.

“Nanti Ayah dan Ibu dengar.”

Nadia mengangguk. “Iya, maaf. Aku kaget,” ucapnya lirih.

“Tapi kamu bisa mengatasinya, kan?”

“Iya. Sepertinya mereka cuma preman gadungan,” jawab Eliana menenangkan.

“Syukurlah,” desah Nadia lega.

“Tapi menurutmu, mereka cuma iseng atau jangan-jangan orang suruhan?” tebak Nadia.

“Aku juga nggak tahu, Nad,” jawab Eliana singkat. Ia tak ingin kembali memikirkan kejadian itu.

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!