NovelToon NovelToon
REINKARNASI BERANDALAN

REINKARNASI BERANDALAN

Status: tamat
Genre:Kebangkitan pecundang / Action / Time Travel / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:250
Nilai: 5
Nama Author: andremnm

Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24. lokomotif hantu...

Lokomotif tua yang dimodifikasi itu bergerak maju dengan kecepatan yang mengkhawatirkan di atas rel yang berkarat. Suara mesin diesel militer di bawahnya beresonansi di seluruh badan kereta, tetapi tertutup oleh kebisingan gerbong yang berderit. Dion berada di kursi masinis yang berdebu, memegang tuas throttle, sementara Maya berdiri di belakangnya, memantau sekeliling.

Dion: (Berteriak di tengah kebisingan mesin) "Relnya tidak dirawat, Maya! Kita tidak bisa melaju lebih dari 40 kilometer per jam! Lokomotif ini bisa tergelincir!"

Maya: "Kita harus mengambil risiko itu, Dion! Suara mesin ini seperti lonceng kematian! Mereka pasti mendengarnya dari kejauhan! Kita harus memanfaatkan setiap keuntungan kecepatan!"

Di belakang mereka, Arya terbaring di tumpukan kain yang kotor, demamnya semakin tinggi, tetapi ia memaksakan dirinya untuk tetap sadar.

Arya: (Suara parau, memberi instruksi) "Dion... Lokomotif ini... punya sistem... perisai termal... di bawah cerobong asap. Aktifkan itu! Sekarang!"

Dion: "Perisai termal? Di mana? Kereta ini kolonial!"

Arya: "Tuas kecil... di bawah... kursi masinis. Berwarna... merah terang! Itu... untuk mengurangi jejak panas dari... drone pencari!"

Dion merunduk dan menemukan tuas kecil berwarna merah yang hampir tidak terlihat. Ia menariknya. Seketika, uap dingin yang disemprotkan secara otomatis mulai menutupi cerobong lokomotif, mengurangi jejak panas yang terpancar ke udara.

Dion: "Luar biasa! Arya... kau benar-benar menyembunyikan teknologi di mana-mana!"

Maya: "Bagus. Itu mengurangi risiko deteksi udara. Tapi kita masih harus menghadapi jejak visual. Dion, periksa sinyal. Apa reaksi Cakra Manggala setelah virusmu?"

Dion mengambil scanner radio dan memindai frekuensi sekali lagi. Komunikasi militer dan polisi yang kacau kini terdengar lebih jelas.

Suara Militer 1 (Jelas, panik): "...tidak ada yang dipercaya! Komandan Jaya harus segera melapor ke Jakarta! Semua kontrak dibekukan! Cari pengkhianat itu! Lokasi Kebocoran: Kantor Walikota Lama!"

Suara Militer 2 (Tegas): "Semua tim pelacak harus ditarik! Prioritas utama adalah mengamankan pejabat yang disebut dalam data palsu! Alpha Team, amankan Mayor Jenderal di Sektor Lima!"

Dion: (Senyum tipis, puas) "Berhasil, Maya! Paranoia total! Mereka tidak lagi mencari kita! Mereka sedang saling memburu! Mereka percaya kebocoran itu berasal dari internal, dan fokus mereka adalah membersihkan nama mereka sendiri!"

Maya: "Hebat, Dion! Tapi ini hanya sementara. Begitu mereka menyadari data itu terenkripsi dan kemudian menghilang, mereka akan mengalihkan fokus kembali ke kita."

Arya: "Itu memberi kita... empat puluh delapan jam... Paling lama. Kita harus mencapai... Serang... sebelum itu."

Dion melihat peta jalur kereta di samping kursi masinis.

Dion: "Jalur ini panjang. Kita akan melewati tiga stasiun tua yang ditinggalkan sebelum mencapai perbatasan resmi Serang. Kita harus mengisi ulang bahan bakar."

Maya: "Bahan bakar? Lokomotif ini butuh solar militer, kan?"

Arya: "Ya... Gudang... bahan bakar cadangan... di Stasiun Tiga... Tiga puluh kilometer lagi. Surya... dia pernah... menyimpan stok di sana. Dia tahu aku akan... membutuhkannya."

Dion: "Baik. Stasiun Tiga. Kita harus mencapai sana tanpa tergelincir atau ditemukan. Maya, kau harus mengawasi. Aku harus berkonsentrasi pada rel. Kereta ini berjalan di atas rel yang rusak."

Mereka berdua mengambil posisi. Dion mengendalikan Lokomotif Hantu yang bergerak cepat, berharap kecepatan dan kegilaan rencana Arya ini akan membawa mereka melewati zona bahaya.

Perjalanan dengan Lokomotif Tua itu terasa seperti menaiki roller coaster yang rusak. Rel yang bengkok dan bantalan kayu yang lapuk membuat kereta berderak hebat. Dion berjuang mati-matian di depan, memegang tuas kontrol untuk menjaga keseimbangan.

Dion: (Berteriak, tegang) "Maya! Relnya buruk sekali! Kita hampir tergelincir di tikungan tadi! Aku harus melambat, tapi kita tidak punya waktu!"

Maya: (Melihat ke depan, mencoba menemukan bahaya di rel) "Kita harus melewatinya, Dion! Ada pohon tumbang sekitar satu kilometer di depan! Kau harus bersiap untuk mengerem!"

Dion menginjak rem darurat yang berderit. Lokomotif itu melambat dengan desahan yang menyakitkan.

Dion: "Remnya hampir tidak berfungsi! Aku harus mengandalkan rem tangan manual!"

Mereka melewati pohon tumbang itu dengan hati-hati. Kecepatan mereka turun drastis, membuat mereka lebih rentan terhadap deteksi.

Arya: (Gumam lemah, berhalusinasi) "Hati-hati... jalur ini... ada... penyergapan... di Stasiun Dua..."

Maya: "Arya! Stasiun Dua? Kenapa di sana?"

Arya: "Itu... pos terdepan... Komandan Jaya... di masa depan. Mereka akan... memblokir jalur... di sana..."

Maya segera menarik Dion dari tuas.

Maya: "Arya bilang Stasiun Dua adalah pos terdepan. Kita harus bersiap untuk pertempuran di sana, atau setidaknya memutar."

Dion: "Memutar? Rel ini satu-satunya jalan menuju Stasiun Tiga dan bahan bakar! Lokomotif ini tidak punya kemampuan manuver off-road!"

Maya: "Kita harus berhenti sebelum Stasiun Dua. Cari persimpangan rel yang sudah ditinggalkan. Kita putar haluan dan menggunakan rel cadangan!"

Dion melihat peta lama di kabin. "Ada rel cadangan yang sudah lama tidak terpakai, tepat lima kilometer sebelum Stasiun Dua. Tapi itu sangat tertutup semak belukar. Kita harus membersihkan jalur dengan tangan!"

Mereka mempercepat lokomotif menuju titik putar itu.

Tepat pada saat mereka melewati Stasiun Satu yang hancur, Maya melihat sesuatu di langit.

Maya: (Berteriak, menunjuk ke atas) "Dion! Drone! Patroli udara militer!"

Sebuah drone pengintai militer yang besar dan canggih, tidak seperti drone kecil Naga Hitam, terbang rendah di atas kanopi hutan. Meskipun mereka menggunakan perisai termal, suara dan ukuran lokomotif yang besar membuatnya menjadi target yang sulit diabaikan.

Dion: "Sial! Mereka menggunakan drone bersensor suara! Perisai termal hanya membantu sedikit!"

Drone itu segera mengubah arah dan mulai mendekati mereka.

Dion: "Aku harus mempercepat! Jika mereka mengunci posisi kita, mereka akan mengirim jet tempur atau helikopter!"

Dion menarik tuas throttle hingga batas maksimal. Lokomotif tua itu berderit dan berguncang keras.

SCREEECH!

Tiba-tiba, rel yang bengkok di depan membuat kereta tersentak ke samping.

Dion: "Kereta tergelincir! Aku tidak bisa mengendalikan!"

Maya: "Tahan, Dion! Jangan panik!"

Dion berusaha keras menahan roda agar tetap di rel. Untungnya, lokomotif itu hanya melompat beberapa kali sebelum kembali ke jalur. Namun, mereka kehilangan kecepatan yang berharga.

Drone itu kini berada tepat di atas mereka, memindai panas dan visual.

Arya: (Memaksa dirinya berbicara, matanya berfokus pada panel kontrol) "Tuas... darurat... merah! Di samping... tuas rem! Itu mengaktifkan... pelepasan asap tebal! Sekarang, Dion!"

Dion menarik tuas darurat merah yang baru dia sadari fungsinya.

FUUSSSHHH!

Asap tebal dan gelap, yang dihasilkan dari pembakaran bahan kimia yang tersimpan di bawah kereta (kemungkinan disiapkan Surya), menyembur dari sisi lokomotif, menciptakan tirai tebal yang langsung menyelimuti kereta dan rel di sekitarnya.

Drone itu bingung. Ia kehilangan target visual dan panas.

Dion: "Berhasil! Asap tebal menutupi kita! Kita harus mencapai rel cadangan itu sekarang!"

Mereka melaju kencang, diselubungi asap tebal yang membingungkan. Mereka kini berpacu dengan waktu sebelum asap itu menghilang dan drone itu menemukan mereka lagi.

Lokomotif Hantu melaju kencang di tengah kepulan asap tebal, sementara dengungan drone militer terdengar panik di atas mereka. Dion dan Maya tahu mereka hanya memiliki beberapa menit sebelum asap itu tersapu angin dan mereka kembali terekspos.

Dion: (Berteriak) "Lima ratus meter lagi ke rel cadangan! Arya, di mana titik putarnya?"

Arya: (Berbisik lemah, tetapi jelas) "Tuas... putar... di bawah... batu besar... di sisi rel... Putar ke... angka sembilan!"

Maya segera melompat turun dari lokomotif yang bergerak, berlari di sepanjang bantalan rel. Dia melihat sebuah batu besar di samping rel. Di bawahnya, sebuah tuas besi kecil yang berkarat tersembunyi.

Maya: "Aku menemukannya!"

Maya memutar tuas itu dengan sekuat tenaga. Rel di depan lokomotif berderit keras, mengubah jalur ke rel cadangan yang tertutup semak belukar.

Dion menginjak rem, dan lokomotif tua itu berbelok tajam ke rel cadangan, menyeruduk semak-semak. Begitu lokomotif melewati titik putar, Maya segera memutar tuas kembali ke posisi semula agar tim pelacak tidak curiga.

VROOOM!

Lokomotif itu bergerak lambat di atas rel cadangan. Semak-semak terseret di bawahnya, membuat kebisingan yang mengerikan, tetapi setidaknya mereka tersembunyi secara visual.

Dion: "Kita berhasil! Sekarang kita di jalur yang tidak terpakai! Drone itu tidak akan menduga!"

Maya: (Kembali ke kabin, membersihkan lumpur dari tangannya) "Bagus. Tapi rel ini benar-benar rusak. Kita harus berhenti total dan memperbaiki beberapa roda gigi yang melonggar. Kereta ini hampir terlepas dari rel!"

Mereka menghentikan lokomotif itu di tengah hutan yang sangat lebat. Maya segera mengambil alat seadanya. Mereka bekerja di bawah badan lokomotif, Dion yang ahli mesin membantu Maya mengencangkan baut-baut yang longgar dengan tang dan pisau.

Dion: "Sistem bantalan roda ini terlalu tua. Kita butuh pelumas. Kita tidak punya pelumas!"

Maya: "Kita punya sisa minyak yang kita gunakan untuk Daftar Hitam! Itu harusnya bekerja sebagai pelumas sementara!"

Mereka menggunakan sisa minyak dari kantong kedap air untuk melumasi roda-roda yang berderit. Setelah lima belas menit perbaikan darurat yang menegangkan, lokomotif itu siap bergerak lagi.

Saat mereka bersiap melanjutkan perjalanan, Dion kembali menyalakan scanner radio. Suara komunikasi militer kini lebih jauh, menandakan mereka telah berhasil menjauhi zona pengejaran pertama. Namun, Dion mendengar sesuatu yang lain.

Dion: (Wajahnya kembali tegang) "Maya, dengarkan ini. Aku menangkap komunikasi lokal Naga Hitam. Mereka tahu kita akan menuju Serang!"

Suara Naga Hitam (Terputus-putus): "...perkuat Stasiun Dua dan Stasiun Tiga! Bocah itu akan ke sana mencari bahan bakar! Jangan biarkan lolos! Komandan Jaya telah menjanjikan hadiah besar bagi yang menangkap mereka hidup-hidup! Terutama bocah yang sakit itu!"

Maya: "Stasiun Dua! Arya benar! Itu pos terdepan Komandan Jaya! Mereka sudah mengantisipasi langkah kita!"

Arya: (Batuk kering, ia membuka matanya dengan susah payah) "Mereka... akan menggunakan... penembak jitu... dari menara air... di Stasiun Dua. Jangan... berhenti... di sana..."

Dion: "Tapi Stasiun Dua terletak di tikungan tajam, Maya! Kita tidak akan bisa melihat penembak jitu itu sampai kita berada di sana! Dan jika kita tidak berhenti di Stasiun Tiga, kita tidak punya bahan bakar untuk mencapai Serang!"

Maya: (Berpikir cepat) "Kita tidak akan berhenti di Stasiun Dua. Kita akan melewati Stasiun Dua dengan kecepatan penuh. Kita akan menggunakan lokomotif ini sebagai pelindung kita. Tapi kita harus membuat rencana serangan balik yang sempurna di Stasiun Dua. Dion, bisakah kita menggunakan uap panas yang keluar dari mesin diesel itu?"

Dion: "Uap panas? Untuk apa?"

Maya: "Arya bilang Lokomotif ini dimodifikasi dengan motor diesel militer. Motor militer sering memiliki saluran pembuangan darurat. Jika kita mengarahkannya ke menara air saat kita lewat, itu mungkin membuat penembak jitu itu buta sesaat."

Dion: "Itu ide gila! Tapi... itu mungkin! Aku harus memprogram ulang tuas pelepasan asap untuk melepaskan uap panas dan asap secara bersamaan, hanya sekali tembak! Kita harus mencobanya!"

Mereka kembali ke kabin. Lokomotif Hantu itu berderit dan berjuang maju, membawa mereka menuju pertempuran yang tak terhindarkan di Stasiun Dua, satu-satunya jalur menuju kebebasan.

1
Calliope
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
andremnm: makasih🙏🙏
total 1 replies
Deqku
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
andremnm: makasih ya
total 1 replies
tae Yeon
Terlalu emosional, sampai menangis.
andremnm: makasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!