"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelinci di Balik Batu
...• Bab 23 •...
...»»——⍟——««...
..."Manusia adalah bentuk dari sistem manipulatif paling sempurna"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
Karin memandang pantulan dirinya dikaca, ia merapikan rambut bergelombang nya yang tergerai. Gadis itu kembali menyemprotkan parfum ke leher dan pergelangan tangannya beberapa kali.
Dress rumahan berwarna merah selutut dengan bagian bahu yang terbuka cukup lebar, cukup baik sebagai cara untuk menggoda secara halus. Tidak. Penampilan ini lebih dari itu, ini untuk menunjukkan secara gamblang perbedaan penampilan jauh antara dirinya dan perempuan boncel yang sangat buruk rupa itu.
Apa yang jauh lebih menawan dari gadis itu dibanding dirinya?
Tubuh? Dia jauh lebih seksi.
Putih? Kulitnya bahkan semanis susu.
Paras? Bukankah itu tidak perlu dijelaskan lagi? Kecantikan nya bahkan menjadikan nya, Queen Of The Years selama dua tahun berturut-turut di media kampus.
Sifat? Ah~ Karin bahkan sudah susah payah membentuk dirinya menjadi perempuan ber-image feminim lembut pemalu bagai kelinci putih yang cantik.
Karin sedikit kesal mengingat kalau gadis itu yang justru berpacaran dengan lelaki yang sudah menjadi incarannya sejak mahasiswa baru. Padahal, ia yang bersusah payah mendekatinya, meluluhkan hatinya, menggodanya, tapi... gadis dekil itu yang menikmati semuanya.
"Ah~ padahal waktu itu dia sudah sedikit menyentuhku, tapi kenapa dia tidak mengajaku berpacaran?" desis Karin dengan pantulan dirinya dikaca.
Gadis itu dulu pernah dengan sengaja membuat dirinya seolah akan terjatuh tersandung didepan maga, agar Dermaga menangkapnya. Ia hanya terobsesi ingin menyentuh lelaki itu.
Tapi, reflek lelaki itu hanya menyentuh lengannya satu detik kemudian beralih dengan mencengkram kerah bajunya. Dia bahkan mengatai nya bodoh karena tak bisa berjalan dengan benar. Sedikit memalukan kalau diingat, dia jadi seperti barang menjijikan dipegangnya.
"Padahal gadis itu lebih menjijikan, tapi kenapa justru dia yang bisa menikmati sentuhan Maga-ku! Aku... aku benar-benar tidak bisa menerimanya!"
Karin mengeratkan rahangnya, ia menatap tajam pada bayangannya sendiri. Gadis itu memoles lipmatte di bibirnya dengan gemulai. Sengaja memakai shade yang tak terlalu nyentrik agar masih meninggalkan kesan polos.
Ting~~Tongg~~
Gadis itu menyeringai dikaca, "Akan aku tunjukan pesona cantik indah sempurna yang sebenarnya"
Karin mengubah seringai itu menjadi senyum tulus dalam sekejab, ia kemudian keluar kamar dan menuruni tangga untuk membukakan pintu.
Begitu pintu terbuka, bibirnya mengulum senyum walau hatinya meremas kesal, melihat genggaman tangan yang terpaut tanpa sela dihadapanya.
"Malam kalian~ maaf ya ngerepotin, ayo masuk dulu" ujarnya dengan nada lembut.
"Hai Karin, lo... mau ke pesta kah abis ini?" tanya Yumi dengan polosnya begitu memasuki rumah.
Karin terkekeh lembut, "Enggak tuh, ini penampilan aku biasa kalo dirumah, kaya piyama tidur. Tanya aja Maga"
Yumi mengedip, ia hanya mengangguk percaya tanpa menuruti perkataan Karin untuk bertanya. Pasalnya ya memang wajar saja. Secara gadis ini kaya, baju rumahan gadis ini sudah seperti baju pesta bagi Yumi.
Tapi... bukankah itu tandanya, Dermaga sering mengunjungi kediaman gadis ini di malam hari? Ah, biarlah toh memang rumah ini tempat berkumpul nya kelompok pertemanan mereka.
"Mau minum apa? Biar aku buatin"
"Ah gak usah repot-repot, jus jeruk yang manis pake es batu yang banyak boleh"
Karin mengangkat alisnya. Bukankah itu justru merepotkan?
Namun saat ia melirik Dermaga yang terkekeh samar merespon ucapan Yumi membuat dada gadis itu bergemuruh kesal.
Ini saatnya, gadis itu harus menunjukkan posisi sebenarnya Yumi berada.
"Kamu kaya biasa kan Ga? Kopi susu tanpa gula?" tanya Karin menatap Maga yang tengah membuka buku-buku referensi karya ilmiah diatas meja.
Dermaga mengangguk dua kali sebagai pembenaran. Karin tersenyum puas. Lihat? Ia adalah sosok yang tau segalanya tentang lelaki ini, bukan?
"Selera lo udah kaya bokap gue, Ga. Kopi tanpa gula, teh tanpa gula, jus tanpa gula"
"Baguslah, berarti gue mirip sama orang yang lo sayang kan"
Yumi mendecih pelan, namun sedikit mengulas senyum canggung. Karin melengos pergi melihat hal itu. Ia mengepalkan tanganya dalam.
Tatapan Maga pada Yumi. Harusnya ia yang di tatap penuh kelembutan seperti itu. Harusnya Karin seorang!
Urat leher gadis itu menonjol kemerahan. Ia menyiapkan minuman dengan kasar, sampai saat menuang jus jeruk ke gelas kaca, Karin berseringai nakal.
Entah apa yang ada dibenaknya saat itu tapi tangan gadis itu membuka lemari obat yang ada didapurnya. Mengambil obat pelancar pencernaan dengan hati-hati, ia melarutkan obat cair itu ke jus jeruk Yumi dengan dosis banyak.
Perut sekebal apapun pasti tak akan bisa selamat dari ini kan?
Karin tersenyum puas dengan ide nya. Ia meletakkan kedua minuman itu di nampan dan membawanya dengan santai ke ruang tamu di mana Maga dan Yumi berada.
Begitu meletakkan nya di meja, Yumi dengan cepat berterimakasih dan meminum penuh dahaga jus jeruk itu. Karim sempat berdeham untuk meredakan kegelisahan. Namun, melihat Yumi yang tak curiga apa-apa pada rasa jus jeruk, seperti semua akan berjalan lancar.
"Ini tulisan lo udah bagus kok, cuma paling perlu tambahin landasan teori sama pembahasan dikit"
Karin mendekat, ia berada tepat disamping tubuh Dermaga, hampir membuatnya bersentuhan dengan bahu lelaki itu.
"Gitu ya, jadi landasan teori apa lagi ya yang bisa aku pake?" tanya Karin yang menarik rambut tergerai nya ke satu sisi. Membuat tulang leher dan selangkanya nampak terbuka sempurna.
"Ini aja" ujar Maga sembari memberikan buku yang sudah dicek nya begitu sampai dirumah ini.
Karin menerima buku yang disodorkan padanya, ia tersenyum kecil kemudian dengan sengaja mengambil buku itu dari bawah hingga membuat tangan nya bersentuhan dengan jemari Maga.
"Eh sorry Ga, gak sengaja" ucapnya pura-pura panik
"Gak papa, lanjut aja"
Karin mengkerut, dia tidak marah padanya? Apa sekarang dirinya juga menjadi pengecualian dari hidup lelaki ini?
Gadis itu melirik ke arah Maga, senyum nya luntur saat melihat tangan kananya yang ternyata sedari tadi tak lepas menaut tangan Yumi. Padahal kan mereka hanya sedang terduduk. Bukan mau menyebrang jalan. Bisa-bisanya mereka terus berpegangan tangan seperti itu.
"Lo tulis aja dulu teorinya, nanti gue bantu rangkai kata-katanya di bagian pembahasan"
Karin mengerjap, "Oh iya, oke aku ketik dulu"
"Semangat Karin~" cengir Yumi yang sembari menikmati jus jeruknya.
Karin tersenyum manis, "Terimakasih, kalau masih haus bilang aja ya, masih banyak kok jus jeruknya"
Begitu juga dengan obat pencernaan nya.
...• TBC •...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...