Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.
Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.
Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.
Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku, Kamu, dan Balkon di malam itu
"memang apa yang sedang kau rencanakan?"
Tanya Raipope pada sosok dibalik kelelawar.
"kau kan sudah tahu, aku ingin melindungi dia. Dia berharga bagiku."
Balas kelelawar itu.
"untung nya kau kuat, jadi aku mengikuti mu. Apa ada hal yang ingin ku lakukan untukmu?"
Tanya Raipope.
"ada, aku meminta bantuan mu."
Ucap kelelawar itu dengan mata merah menyala.
Kembali ke istana Sundr. Sang raja nampak sudah kembali ke singgasana nya. Tersisa putri Guinevere dan anggota Zeyynmaloth saja disana. Guinevere yang muka nya memerah akibat terlalu lama menangis pun pamit dan ingin pergi ke kamar nya. William pun menghentikan putri Guinevere.
"tunggu!"
Seru William tiba tiba.
Guinevere pun berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. Guinevere pun sekarang berjalan melangkah mendekati William.
"ada apa?"
Tanya Guinevere.
"aku minta waktu mu sebentar, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu."
Ucap William dengan ekspresi serius.
"boleh... apa kau ingin kita bicara berduaan saja?"
Tanya Guinevere.
"iy... ehh maksud ku bukan.... ehh... iya, tapi kau jangan salah paham dulu."
Sahut William grogi setelah mendengar perkataan sang putri.
Guinevere pun tertawa kecil dengan tangan nya menutup mulutnya.
"duh seperti hal yang serius ini"
Ucap Dante dengan nada iseng.
"diam kau, bukan saatnya untuk ini tahu?"
Ucap William kepada Dante.
"baiklah tuan putri, sekarang kita pergi."
Ucap William mengajak.
"baik"
Jawab Guinevere.
Sampai lah mereka berdua di balkon istana. Tampak William terus saja memang wajah serius nya.
"sebenarnya apa yang terjadi pada kita waktu itu?"
Tanya William.
"ehmm... waktu itu ya... jangan deh..."
Balas Guinevere.
"hey kau ini ya... aku tak sedang bercanda tahu."
Ucap William.
"hehehe... aku sih bisa saja menjelaskan itu semua, tapi sebaiknya jangan."
Ucap Guinevere.
"apalah... kau tahu aku menanyakan pada siapapun Mereka menjawab tidak tahu, bahkan Queen Mary yang senantiasa membaca buku pun tak tahu."
Ucap William.
"benarkah?"
Tanya Guinevere.
"bukan tak tahu sih ... tapi lebih kearah pura pura tak tahu dan tak ingin memberi tahu."
Ucap William.
"itu hal yang wajar kok."
Balas Guinevere.
"wajar kau bilang? kau tahu aku tak ingin mati penasaran. Aku ingin mengetahui hal itu secepatnya."
Ucap William kesal.
Guinevere yang melihat William kesal pun tertawa kecil, menurut nya William sangat lah lucu ketika dikerjai. Guinevere pun tak memasang wajah serius dah hanya tertawa menikmati momen di malam itu.
"kenapa kau malah tertawa saja, ayo beritahu aku dong!!"
Seru William.
"gak mau, cari aja sendiri yang mau memberi tahu."
Ucap Guinevere.
"tuan putri... aku mohon."
Ucap William.
"tiiidak."
Ucap Guinevere.
"arghh kau ini yah."
Ucap William.
Guinevere tampak puas akan sikap William seperti itu. Namun suasana tiba tiba menjadi canggung lagi. Bisikan angin malam mulai terdengar jelas. Suasana sunyi seketika, dari mereka berdua tak ada yang membuka mulut. Keduanya tak mau saling bertatap tatapan. Walau begitu baik putri Guinevere maupun William keduanya tak ingin mengakhiri momen indah ini.
"duhh... kenapa jadi canggung gini sih?"
Ucap William dalam hati.
"aku tahu dia itu keturunan Blood Demon, tapi sepertinya dia tak tahu akan fakta itu."
Ucap Guinevere dalam hati.
William terus saja mencari topik yang pas agar heningnya malam hilang.
"apa mungkin aku tanyakan saja tentang akademi itu ya..."
Ucap William dalam hati.
William :"putri Guinevere."
Guinevere :"William Marshal."
keduanya bicara bersama dan membuat suara yang terdengar bercampur. Keduanya ternyata memikirkan suatu topik penghilang kecanggungan dan keheningan malam.
"ohh kau mau bicara? silahkan."
Ucap William setelah mendengar panggilan dari Guinevere.
"tidak tidak, kau aja dulu. Kau seperti nya ingin membicarakan hal penting."
Ucap Guinevere.
"tidak putri Guinevere, bukan hal penting kok."
Ucap William.
Tiba tiba Guinevere teringat sesuatu hal yang ingin ia bicara kan pada orang lain. Tadinya Guinevere berfikir untuk membicarakan suatu hal tentang pasukan Zeyynmaloth. Namun sekarang putri Guinevere mengingat hal lain yang lebih penting, yaitu tentang sahabat ke-2 nya, Daisy.
"ohh iya... aku jadi kepikiran. Ada hal yang ingin aku bicarakan pada orang lain."
Ucap Guinevere.
"apa itu?"
Tanya William.
"tentang sahabat ke-2 ku, namanya Daisy."
Ucap Guinevere.
"sahabat ke-2 mu ya?"
Tanya William.
"iya, kau itu kan sahabat pertama ku, nah ini aku punya sahabat kedua, namanya Daisy. Dia orang yang sangat baik, dia tinggal di negeri Sundr dan aku mengenal nya sejak pulang dari Tudor dan dekat dengan mu. Aku ingin punya sahabat di negeri ku ini, maka dari itu aku mencoba mendekati salah satu anak yang biasa main di taman. Namun hal buruk menimpa diriku."
Ucap Guinevere.
"hal buruk apa?"
Tanya William.
"yahh... bisa dibilang sihh, mereka melihat ku aneh, aku tak mengerti apa yang telah terjadi, namun yang jelas aku seperti dikucilkan. Semua terus berlanjut, malah tambah parah saat salah satu anak muncul. Namanya Kaz."
Ucap Guinevere.
"tunggu, Kaz? Bukan kah kau meneriakkan namanya saat bertarung dengan iblis tadi?"
Tanya William.
"tentu saja, dia orang yang dulu membuat ku menderita, setelah dulu membuat ku menderita, tak ku sangka dia sekarang bergabung dengan Dark Dicepratops dan membiarkan dirinya menjadi wadah."
Ucap Guinevere.
"wah... sungguh diluar dugaan. Apa itu artinya saat kau pulang dari akademi, tahu tahu dia sudah menjadi bagian dari Dark Dicepratops aja?"
Tanya William.
"benar sekali. Apa menganggu masa kecil ku saja tidak cukup hah Kaz ? kau pikir segini kau masih kurang dalam mempersulit hidupku?"
Ucap Guinevere kesal.
"kenapa tidak dari dulu saja kau melaporkan hal ini pada paduka raja Edward?"
Tanya William.
"tadinya sih aku berfikir begitu, Daisy juga. Tapi setelah ku pikir pikir lagi, walau aku ini putri raja apa aku pantas menghilang lan nyawa seseorang begitu saja?"
Ucap Guinevere.
"Kau memang baik hati Guinevere."
Spontan William mengatakan hal itu.
Guinevere yang mendengar nya seketika membuat tanda merah di pipi, dia merasa pujian itu masuk banget kedalam hatinya. Guinevere merasa William jadi tambah suka padanya setelah mendengar hal itu.
"lalu... tentang kau dengan Daisy gimana kelanjutan nya?"
Tanta William.
"e... itu... yaa... bisa dibilang aku...."
Ucap Guinevere terbata bata.
"apa?"
Ucap William.
Guinevere pun menghela nafas nya dan mulai mencoba berkonsentrasi kembali.
"sudah sampai mana aku cerita tadi?"
Tanya putri Guinevere yang kini mulai serius.
"itu... ehmm apa sih... semua tambah buruk saat kedatangan Kaz."
Ucap William.