Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Bos, kenapa Anda mengijinkan Nona berhubungan lagi dengan Tuan Rigel?"
Roland yang sedang fokus pada pekerjaannya, mengalihkan sejenak tatapannya pada Farez. Dengan kening yang berkerut pria itu bertanya pada asistennya itu, "memangnya kenapa?"
Roland masih menatap Farez, ia ingin tahu maksud dari pertanyaan asistennya itu.
"Bos, Tuan Rigel adalah orang yang sudah menyakiti Nona, bukan tidak mungkin dia akan menyakitinya lagi."
Entah itu kekhawatiran Farez karena tidak ingin Kalea disakiti lagi, atau karena Farez takut bersaing dengan masa lalu Kalea. Yang pasti, Roland menangkap ada kekhawatiran di mata Farez.
Roland menganggukkan kepalanya, ia paham dengan kekhawatiran Farez. Karena sebenarnya ia pun merasakan hal yang sama. Namun, Roland juga paham apa yang dilakukan Rigel dulu adalah buntut dari sebuah kesalah-pahaman.
Dan lagi Rigel sudah meminta maaf dan membuktikan keseriusannya, bahkan selama tiga tahun ini ia terus mendatangi Roland setiap harinya hanya untuk meminta maaf dan mencari keberadaan Kalea.
"Aku paham kekhawatiran mu, Rez. Tapi, setiap manusia itu punya kesempatan kedua dalam hidupnya. Aku yakin, dia sudah menyesal."
Seolah tidak puas dengan jawaban Roland, Farez lagi-lagi mencari cara untuk menggoyahkan keputusan Roland.
"Dari mana Anda bisa yakin kalau dia sudah menyesal? Bisa saja kan, dia pura-pura menyesal?"
"Apa Kamu meragukan insting ku?" Tanya Roland. Tatapannya yang tajam dan mengintimidasi membuat nyali Farez sedikit menciut.
"Bu--bukan begitu, Bos. Aku---"
"Aku tahu, sebenarnya Kamu takut kan, kalau Kalea lebih memilih Rigel daripada Kamu?"
"𝘚𝘪𝘢𝘭!"
Roland tersenyum tipis, tanpa mendengar jawaban dari Farez, ia sangat yakin jika tebakannya itu tepat. Apalagi melihat reaksi Farez yang diam saja, namun tangannya terlihat mengepal di sana.
"Apa Kamu tahu kenapa Abel sebegitunya membenci Rigel?" Tanya Roland.
Farez tidak menjawab, namun diamnya menunjukkan jika dia menunggu perkataan Roland selanjutnya.
"Karena cinta Abel pada Rigel sama besarnya dengan kebenciannya. Kamu juga sebenarnya pasti tahu, tapi Kamu mengelaknya. Mungkin itu yang menyebabkan Kamu khawatir Abel lebih memilih Rigel daripada Kamu."
Farez akhirnya mengangguk. Apa yang Roland katakan semuanya benar. Ketakutannya adalah Kalea lebih memilih Rigel daripada dirinya. Tapi Farez tidak mau mengalah, sampai detik ini ia yakin bisa mengambil hati Kalea dan membuatnya melupakan Rigel.
"Tapi aku tidak akan menyerah, aku yakin bisa membuat Abel memilihku," ucapnya penuh percaya diri. Lebih tepatnya mencoba meyakinkan hatinya sendiri.
Roland menghembuskan napasnya berat, sebenarnya secara tidak langsung ia ingin meminta Farez menyerah, tapi asistennya itu terlalu keras kepala.
"Terserah Kamu. Tapi Kamu harus ingat, jangan pernah memaksa Abel, biarkan dia yang memilih sendiri pilihannya."
"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘥𝘶𝘭𝘪, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘢𝘭𝘦𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘬𝘶. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘱𝘢𝘬𝘴𝘢𝘢𝘯."
...----------------...
"Abel!"
"Stop memanggilku begitu!"
Kalea mendelik tajam saat Rigel terus memanggilnya dengan panggilan Abel. Sementara Rigel justru tersenyum melihat wajah marah Kalea yang terlihat semakin menggemaskan.
Kalea baru saja keluar dari lift. Ia ingin secepatnya pergi dari kantor itu, namun lagi-lagi Rigel menghalanginya. Entah bagaimana caranya tiba-tiba saja Rigel sudah berada di belakangnya.
"Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu. Saya bawa mobil sendiri," jawab Kalea dengan cepat. "Satu hal lagi, kita tidak sedekat itu, jadi jangan sok akrab. Bersikaplah seperti rekan kerja pada umumnya."
Kalea berbalik, ia meninggalkan Rigel yang mematung di tempatnya. Namun, baru beberapa langkah saja Rigel berhasil mencekal tangan Kalea. Pria itu menarik pelan tangan Kalea dan sedikit mendorong tubuh wanitanya.
"Apa yang Anda lakukan?" Kalea melotot saat tubuh Rigel menghimpit nya ke dinding dan kedua tangan pria itu mengungkungnya posesif.
"Apa segini masih belum cukup dekat?"
"Lepasin, nanti ada yang lihat!"
Rigel tetap bergeming, justru ia semakin mengunci pergerakan Kalea. Rigel benar-benar menikmati wajah panik wanitanya itu.
Tatapan keduanya saling bertemu, jarak mereka yang hanya beberapa senti saja membuat Kalea bisa merasakan hembusan napas Rigel yang menerpa wajahnya. Untuk beberapa saat saja, waktu seolah berhenti berputar, namun tiba-tiba...
"Arrggghhhttt shitt!"
Rigel meringis sambil memegang anaconda-nya. Rasanya ngilu karena Kalea menendang anaconda-nya dengan lututnya.
"Rasakan!" Kalea menjulurkan lidahnya mengejek Rigel sebelum akhirnya kabur dari tempat itu.
"Kenapa dia suka sekali menendang anaconda-ku? Dia sendiri yang rugi kalau anaconda-ku kenapa-kenapa," gerutu Rigel.
Rigel tidak sempat mengejar Kalea karena rasa ngilu pada bagian bawahnya.
"Kali ini aku membiarkanmu lolos, gadis nakal! Tapi tidak lain kali."
Tidak lama setelah kepergian Kalea, sebuah mobil berhenti tepat di depan kantor Alaska Company. Rigel yang hendak kembali ke ruangannya, tiba-tiba menghentikan langkahnya saat seseorang yang ia kenal keluar dari mobil itu dan memanggilnya.
"Om Rigel!"
Pria itu berjalan ke arah Rigel yang berdiri tak jauh darinya. Tatapan datarnya tidak membuat senyum pria itu memudar.
"Apa kabar, Om? Waahhh ... kantor Om besar sekali."
Pria itu menatap takjub sekeliling kantor Rigel. Sempurna, itulah kesan pertama pria yang memanggil Rigel om itu saat melihat bangunan mewah Alaska Company.
"Apa ibumu yang menyuruhmu datang ke sini? Apa dia juga ingin merampas perusahaanku?" Rigel mengepalkan tangannya. "Tidak cukupkah kalian merampas Kanaga Corp? Bilang pada ibumu, kali ini aku tidak akan mengalah!"
Rigel meninggalkan pria yang kini mematung di tempatnya. Otaknya mencoba mencerna apa maksud dari ucapan om-nya itu.
"Apa maksud ucapan Om Rigel?"
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
rigel udh lega setelah meluapkan emosinya dan akupun jg ikutan lega krn semuanya telah terbongkar.., 😇
🤭👍❤🌹
Lalu ... awas aja kalau Gema berusaha untuk ngerebut Kalea dari Om Rigel/Curse/
Biar dia menua di penjara
om oland jodohmu datang itu 🤣🤣