Di Talak Setelah Ijab Kabul

Pagi sekali Dea sudah meletakkan koper dan tas Bu Ratmi di teras rumah. Menunggu orang suruhan Biyu menjemput mereka berdua. Bu Ratmi juga sudah membuat sarapan untuk anak dan suaminya. Meski marah dan sakit hati, kewajibannya sebagai istri tetap di lakukan. Mungkin terakhir kalinya Dirinya memasak untuk Romo. Setelah ini dirinya tidak tau apa ujung dari pernikahannya.

Sedangkan Biyu, pria itu tadi malam menginap di villa di kebun teh milik Opa Mahendra nya. Villa itu tidak pernah di sentuh oleh keluarga Juragan dan Ndoro Ajeng. Karena di jaga ketat oleh orang-orang Abiyu. Meski begitu mereka masih bisa memakan hasil kebun teh. Karena surat-surat tanah atas nama Juragan Sunoto. Abiyu bukannya tidak tau jika surat itu adalah surat palsu. Selama ini dirinya pura-pura tidak tahu dan masih membiarkan mereka berbuat semaunya. Selagi kebun masih berjalan normal dan keuangan tetap lancar Abiyu masih bersabar.

Pukul 9 mobil yang lebih berbentuk bus itu masuk ke halaman rumah Dea. Tak tanggung-tanggung, Biyu menyewa bus yang fasilitas di dalamnya sudah seperti hotel karena lengkap sekali. Abiyu sengaja membawa mereka menggunakan jalur darat, mereka akan melalui tol. Abiyunjuga membawa perempuan paruh baya. Dia akan bekerja di rumah Dea nantinya. Sedangkan Dea akan bersama nya di mobilnya sendiri. Biyu akan menyetir sendiri.

Abiyu datang lalu membawa Dea ke mobilnya.

“Apa-apaan kamu! Masa Ibuku sendirian di mobil itu?!’’ ucap Dea kesal. Mana mungkin membiarkan Ibunya sendirian.

“Ibu sudah ada yang menemani. Ibuk juga sudah setuju kamu bersamaku. Masuk!’’ balas Biyu tak ingin di bantah.

“Dea beralih menatap tajam Ibu dan adiknya. Keduanya hanya menahan tawa melihat ekspresi Dea. Wanita itu mana pernah tunduk pada lelaki. Baru kali ini Dea di buat mati kutu.

Setelah Dea masuk ke mobil, Abiyu menjalankan mobilnya.

.

Orang suruhan Biyu mulai memasukkan koper dan tas beserta keperluan lain di dalam Bus. Romo yang baru pulang sebentar untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan, bukan main terkejutnya melihat tas istrinya di bawa masuk ke bus.

“Hei, mau di bawa kemana tas istri saya?!’’ banyak Romo.

“Maaf Tuan. Ini perintah dari Tuan muda Abiyu.’’ jawab pria itu sambil membungkukkan badan.

“Siapa Dia seenaknya mengatur keluarga ku! Sekarang pergi kamu dari sini!’’ ujar Romo marah.

Bu Ratmi berjalan menuju bus.

“Ratmi! Mau kemana kamu?! Selangkah saja kau keluar dari rumah ini, ku pasti kan kau tidak akan bisa bertemu Tama lagi!’’ bentak Romo mengancam.

Bu Ratmi menghentikan langkahnya. Agak takut juga mendengar ancaman Romo, bagaimanapun Tama putra satu-satunya. Kalau bisa wanita ini mau membawa semua harta berharga nya ini. Tapi tidak bisa, karena Romo juga berhak atas Tama. jadi Tidka bisa mau langsung di bawa. Tama juga sudah memilih tinggal untuk menemani sang Romo.

Melihat Bu Ratmi yang gamsng, orang suruhan Abiyu langsung berjalan mendekati Romo.

“Maaf Tuan. Jika anda tidak mau bekerja sama, rumah dan pekerjaan anda akan jadi tumbalnya!’’ ucapnya dingin.

“Jangan mengancam kamu! Kamu pikir saya takut sama Tuan gila mu itu. Siapa Dia beraninya membuat keputusan sendiri. Lagipula aku tidak bekerja padanya.’’ balas Romo tersenyum miring.

“Haha. Anda lucu sekali. Juragan Sunoto bukanlah pemilik sah dari perkebunan Teh tempat anda bekerja. Perkebunan itu milik mertuanya Tuan Mahendra, orang tua nya Nyonya Dian Mahendra. Tentu tuan mengenal kedua sosok itu. Nyonya Dian adalah istri pertama dari Juragan Sunoto, dan Tuan Abiyu Husein Mahendra adalah anak Dari Juragan Sunoto dan Nyonya Dian’’ pria tegas iy menjelaskan silsilah dari pemilik Kebun TEH.

“Apa?!’’ Romo dan Bu Ratmi terkejut bukan kepalang.

“Jangan berusaha menipu! Anaknya bernama Abisatya Mahendra Atmojo.’’ Romo berusaha menyangkal.

"Menurut anda, setelah apa yang di lakukan Juragan, mengambil aset dan menikah diam-diam dan punya anak pula, apakah Tuan Biyu masih mau menggunakan nama pemberian dari pria keparat seperti Juragan mu itu?!’’ jawab orang suruhan Biyu.

Romo terdiam. Begitu juga Bu Ratmi, wanita ini shock bukan main. Selama ini mengira temannya itu kembali ke Belanda, ternyata masih tinggal di Indonesia.

“Bolehkah aku bertemu Dian? Eh.. Nyonya Dian?’’ tanya Bu Ratmi.

“Nanti kita atur. Sekarang Ibuk silakan masuk mobil.’’ ucapnya. Dia segera masuk ke mobil terlebih dahulu.

Bu Ratmi menatap Tama. Air matanya tak bisa di bendung. Ini pertama kalinya meninggalkan anak bungsunya untuk pergi jauh, apalagi bukan pergi sementara tapi untuk pindah kota dan menetap di Jakarta. Pasti lah ibu mana pun akan bersedih.

“Le, baik-baik disini Yo. Belajar dengan rajin dan nurut Karo Romo. Jaga Romo mu, jika Dia berbuat khilaf di nasihati. Kamu juga Jagan tinggalkan sholat. Jika ada waktu Ibuk akan pulang!’’ bisiknya sambil memeluk sang putra.

“Iya buk. Pesan Ibuk akan Tama terapkan. Ibuk juga jaga diri ya disana. Jangan capek-capek dan sering hubungi tama’’ balas pria ini menahan tangis.

Setelahnya, Bu Ratmi menatap sebentar Romo lalu melangkah masuk mobil. Romo hanya terpaku, tak bisa lagi menghalangi kepergian istrinya. Dirinya juga masih kaget mendengar kenyataan tentang Abiyu, pria yang sudah di hina nya. Romo menatap bus yang sudah menjauh dari rumahnya. Dirinya Lo terduduk di kursi teras. Angin semilir siang itu menghembuskan wajah Romo yang tadinya panas karena marah, manjadi dingin. Menyisakan rasa sepi yang mulai merasuki hati.

“Romo, ayo kita masuk!’’ setelah mengatakan itu Tama langsung masuk rumah. Dia juga mau menyiapkan peralatan untuk ke kebun.

.

🩵

Abiyu dan Dea berhenti di halaman rumah Juragan Sunoto. Para warga yang rumah nya berdekatan berkumpul di sekitarnya. Mereka ingin melihat siapa yang datang. Karena mobil bagus jarang sekali masuk ke Desa mereka.

Biyu membuka pintu mobil dan keluar. Sukartini dan teman-temannya melongo melihat ketampanan Biyu.

.

“Jangan jadi anak durhaka kamu Satya!’’ bentak Juragan Sunoto

.

.

Jangan lupa like dan komentarnya🫰🙏🙏