ikuti Ig aa_zigant
FB Zigant
Zara begitu kecewa karena Mike membatalkan pernikahannya saat janji suci kurang satu jam lagi. Ketegangan terjadi disalah satu ruang yang disewa khusus untuk menunggu acara ijab kabul. Hingga kedatangan Nathan Wijaya yang seharusnya menjadi saksi atas pernikah kman putri dari rekan kerjanya itu harus diminta menjadi mempelai prianya.
Zara terpaksa mengikuti permintaan Ayahnya. Gadis berumur 22 tahun itu tidak pernah menyangka akan ditinggal begitu saja oleh Mike dan kini menjadi istri dari Pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Nathan Wijaya, Seorang pria yang memiliki sikap dingin dan sombong terpaksa menikahi Zara karena balas budi kepada keluarga Pratama. Nathan meminta pernikahannya untuk dirahasiakan karena alasan bisnis.
Kenyataan pahitnya, walaupun Nathan menikah dengan Zara. Pria itu tidak mau melepaskan kekasihnya. Bagaimana nasip rumah tangga Zara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghilangkan jejak
Zara keluar dari apartemennya, wanita itu segera mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju ke mansion Nathan.
Pada hal Zara rencana malam ini tidak akan pulang, tapi wanita itu sadar bagaimanapun masih istri dari pria tua itu.
Setelah empat puluh menit mobil yang dikemudikan oleh Zara sampai di mansion suaminya.
Meli yang sudah menunggu Nonanya itu langsung menghampiri mobil Zara." Kenapa Anda lama membuat saya Was-was."
Zara tersenyum tipis, wanita anggun itu memeluk tangan Meli untuk masuk bersama ke mansion. Zara merasa ada yang memperhatikan, ia melihat ke atas di mana suaminya sedang menatapnya.
Zara hanya menatap wajah dingin itu, setelah itu masuk dan segera menuju kamarnya. Wanita itu ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum bicara dengan suami tuanya.
Setelah lima belas menit, Zara keluar dari kamar mandi, wanita itu hanya mengenakan handuk yang dililitkan di dadanya. Paha mulus wanita itu terekspos begitu saja di mata Nathan.
Nathan dengan susah payah menelan salvianya, bagaimanapun ia pria normal.
Zara belum menyadari jika suaminya duduk di tepi ranjang. Setelah memakai pakaian dan jilbabnya, wanita itu menoleh ke arah ranjang.
Tubuh Zara membeku, wanita itu malu, marah semua menjadi satu. Sejak kapan suaminya ada di sana.
Kedua netra itu saling bertemu, hanya ada keheningan antara suami istri itu.
Zara ingin menegur suaminya lebih dulu, tapi lidahnya terasa kelu.
Nathan beranjak dari duduknya, pria itu berjalan menghampiri sang istri yang masih berdiri menatapnya.
"Kenapa tidak buka hijab saja, bukannya rambutmu masih basah."
Zara begitu terkejut, tapi wanita itu tidak mencegah saat tangan suaminya melepaskan hijabnya.
Nathan mendudukkan Zara di kursi meja rias, mata keduanya beradu melalui pantulan cermin.
Senyum tipis terukir di bibir Nathan, Hal itu membuat Zara bingung akan apa yang akan dilakukan suaminya.
"Apa yang dilakukannya," batin Zara.
Nathan mengambil hair dryer, pria itu segera mengeringkan rambut istrinya.
Zara hanya diam, wanita itu menatap wajah tampan suaminya itu. Walaupun umur suaminya jauh lebih tua darinya. Namun, pria itu terlihat begitu muda dari umur yang sebenarnya.
"Selesai, jangan biasakan rambut basah ditutup hijab." Nathan kembali menyimpan hairdryer ke tempat semula.
Zara terkejut saat tangan suaminya menyelipkan anak rambut di telinganya.
Hening, hanya netra keduanya saling beradu. Hingga Zara lebih dulu memalingkan wajahnya.
Dada Zara berdegup kencang, ia berharap suaminya tidak mendengarnya.
"Paman, kata Meli ingin bicara denganku." Zara beranjak dari duduknya.
Kini baik Zara dan Nathan saling berhadapan.
Nathan mengangguk, pria itu menatap Zara dengan lekat.
"Aku hanya ingin ini." Nathan mencium bibir Zara dengan lembut.
Ciuman itu hanya sebentar, tapi mampu membuat hati keduanya berdesir.
Setelah itu Nathan mengusap bibi istrinya dengan ibu jarinya." Aku ingin menghapus jejak bibir Jhon."
Mendengar itu Zara terkejut, wanita itu memukul dada suaminya." Aku hanya mencium pipi bukan bibir, Paman."
"Sama saja, kamu mencium dengan bibir ini." Nathan kembali mencium bibir ranum sang istri.
"Mesum!" seru Zara dengan mendelikkan matanya.
Nathan hanya terkekeh, pria itu tiba-tiba memeluk pinggang Zara. Hal itu membuat gadis itu tersentak karena terkejut.
"Paman."
"Kenapa tidak bilang kalau Mike itu pria brengsek itu!"
"Untuk apa?"
"Setidaknya aku akan memberikan pelajaran pada pria seperti itu, Zara."
Zara menarik napas, wanita itu melepaskan tangan Nathan dari pinggangnya." Aku sudah tidak memikirkan itu lagi, Paman. Sebaiknya Anda yang harus berhati-hati, Tuan Nathan."
"Aku." Nathan menunjuk ke dadanya sendiri.
Zara melihat itu tersenyum, hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.
'Paman tahu, kadang musuh kita itu orang terdekat kita." Zara berharap suaminya peka.
Nathan mengangguk, pria itu kembali menatap sang istri." Kenapa harus mencium Jhon."
Wajah Nathan terlihat masam setelah mengatakan hal itu. Walaupun Jhon sudah menjelaskan padanya, tapi Pria itu ingin mendengar langsung wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
Zara terkekeh, wanita itu menaikkan kedua alisnya." Apa Paman cemburu pada Jhon? Aku harap jangan menyalakannya."
"Kenapa?" Nathan menatap tidak suka akan jawaban dari istrinya itu.
Zara akhirnya menceritakan apa alasannya, hingga Nathan merasa lega karena apa yang dikatakan Jhon dengan istrinya sama.
"Zara apa kamu sudah makan?" tanya Nathan.
"Belum."
"Ayo kita makan," ajak Nathan sambil keluar dari kamar lebih dulu.
Zara hanya diam, tapi wanita itu segera mengambil jilbab instan yang diletakkan suaminya di atas kasur.
Zara segera keluar dari kamar, wanita itu melihat Nathan sedang memperhatikan isi kulkas.
"Mau makan apa?" Nathan menatap Zara yang berjalan menghampirinya.
Zara bukan menjawab, gadis itu menyentuh dahi Nathan." Enggak panas, apa Paman tadi kepentok benda keras, sampai hilang ingatan?"
Mendengar apa kata istrinya, Nathan langsung menyentil dahi Zara, hingga sang istri berteriak," Paman Sakit!"
"Kamu itu mendoakan suami hilang ingatan!" kata Nathan kesal.
Zara tersenyum, wanita itu segera melihat ada bahan apa saja di kulkas.
"Mau nasi goreng?" tanya Zara.
Nathan mengelengkan kepalanya, Zara hanya diam. Namun, melihat stok bahan hanya ada telur. Gadis itu tanpa persetujuan suaminya membuat nasi goreng.
Aroma nasi goreng membuat cacing di perut Nathan seakan berdemo, pria itu sudah tidak sabar akan apa yang dimasak oleh Zara.
Setelah dua puluh menit dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya membuat Nathan menaikkan kedua alisnya.
"No comen, Paman. Rasakan dulu, kalau tidak enak jangan dimakan."
Nathan akhirnya mencicipi hasil masakan Zara, satu suap pria itu masih mengunyah dengan merasakan rasanya. Dua suap belum ada komentar sama sekali, setelah habis lima suap, pria itu akhirnya mengangguk.
Zara akhirnya menarik napas lega, keduanya makan dalam diam. Setelah selesai makan Zara membuat jus mangga dan memberikan pada suaminya.
"Zara kopinya mana?"
"Ini sudah malam, minum jus aja."
Mendengar itu Nathan mendengus, tapi akhirnya pria itu meminum jus buatan Zara.
Keduanya duduk di ruang keluarga, hingga Nathan berkata," mulai besok pelayan pria dilarang masuk ke mansion, agar kamu bisa bebas tanpa hijab."
"Eh, enggak usah," tolak Zara.
Mendengar penolakan sang istri membuat Nathan menautkan kedua alisnya.
Zara menatap wajah suaminya yang terlihat tidak suka karena ia menolaknya.
"Zara kenapa enggak boleh?"
"Paman, biarkan semua seperti ini. Jangan sampai keberadaanku di sini menjadi beban untuk semua."
"Aku yakin tidak akan ada yang keberatan," ucap Nathan.
"Buat aja peraturan setelah Paman menikah dengan Maryam, kalau aku sudah nyaman seperti ini."
Wajah Nathan seketika berubah dingin, hal itu tidak lepas dari perhatian Zara.
"Apa ada yang salah dengan apa aku ucapkan, Paman?"
Nathan mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Zara." Kenapa saat berdua kamu membahas tentang Maryam, Zara?"
meski keadaan kepepet gt cari cara lainlah buat menghadapi mike
bukan malah mencium orang yg bukan mahramnya