NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:130.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09 ~ Tak boleh menangis

Sabiya terdiam, mimik wajahnya yang memang sudah sendu bertambah mendung. Ingin mengatakan kalau masih ada para paman yang ia panggil Ayah bukanlah pilihan tepat, sebab orang tua ketiga sahabatnya juga akan menemani mereka bermain.

Adapun Umi dan Abi nya, tapi mereka sedang pergi mengunjungi keluarga paman Zulham yang tengah sakit dirumah sakit kota kabupaten.

Hazeera menyahut. “Aku tak ikut lomba kelereng. Bunda dan Ayah nanti yang akan menemani Sabiya.”

“Sama, akupun enggan ikut. Percuma juga ikut serta, karena ada Sabiya yang hebat dan selalu juara bila lomba kelereng,” Nia memberikan alasan lucu. Seolah dia menyerah sebelum berperang.

“Mana bisa macam itu! Semua murid kelas dua wajib ikut bersama orang tuanya,” tandas anak perempuan seumuran Sabiya.

“Orang nggak mau ikut masa dipaksa, ya mana lah boleh!” kelakar Lanira.

Sabiya melerai. “Kali ini aku tak ikut lomba apa-apa. Biar yang lainnya saja! Supaya dapat giliran merasakan jadi pemenang.”

Kemudian adiknya Intan berlari masuk ke dalam kelas. Sudah tidak lagi berminat menunggu kedatangan para orang tua.

“Kau tak sopan loh. Pertanyaanmu jahat! Sudah tahu kalau Sabiya masih bersedih karena kehilangan ayahnya. Masa kau bertanya macam tadi!” Rania menatap kesal murid perempuan satu kelas dengannya.

“Kan aku cuma bertanya, apa salahnya?!” dia tidak terima disalahkan.

“Jelas salah. Kau sengaja kan mau membuat sepupuku bersedih?” Hazeera lebih ke menuduh.

Anak perempuan yang mengenakan baju adat sama seperti sabiya, menggelengkan kepalanya.

“Kebiasaan dirimu itu! Suka mengejek orang lain, tapi tidak berani mengakuinya!” Lanira bersedekap tangan.

Ketiga sahabatnya Sabiya meninggalkan anak perempuan yang masih belum pintar membedakan hal biasa dan sensitif.

.

.

“Tak boleh nangis, nanti riasannya rusak. Kasihan Ibu telah bekerja keras membuat diriku cantik,” di dalam kelas, Sabiya menguatkan dirinya sendiri.

“Kenapa Dek?” Intan melangkah masuk kedalam ruangan sepi, dikarenakan para muridnya memadati lapangan.

Sabiya menggelengkan kepala, tapi air matanya lolos sudah. “Mata Biya tadi kemasukan debu, jadi perih Kak.”

Intan duduk di bangku kayu, memandang sayang adiknya. Ditariknya tangan kurus Sabiya, lalu dipangkunya tubuh ringkih itu. “Tak usah sedih, kakak pun tahun ini tak ikut lomba baca puisi. Sabiya … ayah kita bukan tak ada, cuma raganya saja nggak bersama kita. Namun kasih sayangnya selalu mengiringi langkah kaki kita.”

“Kakak benar. Biya pun merasakan seperti itu. Kalau lagi rindu, Sabiya tutup mata membayangkan wajah ayah. Terus, rasanya dipeluk olehnya, sama seperti dulu sewaktu ayah ada bersama kita,” suara serak, sebisa mungkin ditahan nya Isak tangis.

Intan mengedip-ngedipkan mata agar buliran bening tidak meluncur. “Ayo kita ke tanah lapang. Sebentar lagi mau nari ‘kan? Kakak temani ya. Tak mengapa Mamak nggak bisa hadir, yang penting Mamak dan adik kecil kita baik-baik saja.”

Sabiya mengangguk setuju. Sudah dua hari ibu mereka tidak enak badan, susah makan. Apapun yang masuk ke dalam mulut kembali dimuntahkan. Sampai diinfus.

Kondisi Meutia berangsur-angsur menurun bukan membaik. Efek kehamilan kali ini pun mempengaruhi, dia masih mengalaminya ngidam. Rutin muntah-muntah setiap bangun tidur, sering pusing, ditambah sekarang kondisi mentalnya tidak stabil.

.

.

Sesi pembuka pun diisi dengan pentas seni dari kelas dua SD.

Sabiya berdiri di barisan depan, menebar senyum manis meskipun tidak sampai mata. Gerakannya gemulai, seirama dengan para sahabatnya.

Tepuk tangan membahana kala gadis-gadis kecil nan cantik itu berhasil mempersembahkan tari Lilin. Semua terpukau, menurut mereka di usia masih belia … Sabiya dan lainnya sangat berbakat.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi.

Intan memandang sendu pada temannya yang sedang membaca bait-bait syahdu.

“Harusnya kau tetap ikut, Tan. Bila nanti ada yang mengejekmu, kami langsung turun tangan!” Kamal menyenggol lengan sahabatnya. Mereka duduk di atas rumput, lelah berdiri terus.

“Cuma kami yang boleh mengejekmu, Tan Tin!” Didorongnya lembut pundak sepupunya. “Sana daftarkan lagi namamu! Lumayan kalau menang, tak perlu lagi membeli buku dan alat tulis.”

“Kali ini hadiah lebih besar bagi pemenang lomba juara satu sampai tiga. Katanya ada uangnya juga,” beritahu Zain.

Kamal dan Zeeshan langsung beranjak, berlari ke bagian panitia yang tidak lain para guru sekolah mereka.

“Mampus kau, Tan. Ditumbulkan sama mereka!” Zain bergidik. “Padahal kita orang kaya ya, Tan. Akan tetapi kalau mendengar ada lomba hadiahnya uang maupun mainan mahal, langsung rebutan mau ikutan. Mengapa bisa seperti itu ya?”

“Tak tahu!” jawab Intan sekenanya.

Anggota keluarga Meutia – duduk rapi di barisan bangku plastik di bawah tenda.

“Loh, Intan tak ikut lomba baca puisi?” Nirma bertanya ke kakak dan sahabatnya.

"Sepertinya tidak. Apa kita susul saja dia, tanyai tentang alasannya?” usul Wahyuni.

Amala melarang. “Jangan! Nanti takutnya dia malu kalau tak bisa menahan laju air matanya. Biarkan dia berproses secara perlahan menerima takdir ini. Intan pasti memiliki alasan tersendiri. Kita pun harus belajar menerima keputusannya, dan mempercayai pilihannya.”

Dibagian tempat duduk pria pun tengah terdengar bisik-bisik anggota keluarga Meutia.

“Anak gadisku yang paling banyak maunya, tapi sekarang membuatku nelangsa karena merasa tak dibutuhkan lagi – mengapa tak naik pentas?” pria paruh baya, memakai topi bulat, berpenampilan semi formal memandang pada pentas tidak seberapa tinggi tapi luas.

Hasan menjawab pertanyaan juragan Byakta, ayahnya Rania dan Kamal. “Sepertinya dia masih tak enak hati, takut gagal menahan diri seandainya puisinya tema sedih.”

“Ya sudah, kalau nanti Intan tambah sedih karena biasanya dia juara lomba baca puisi, tapi terpaksa tak ikut dikarenakan belum bisa menyesuaikan diri. Kita buat saja acara yang mirip macam ini di kampung Jamur Luobok – penduduknya kan sudah paham tentang keluarga kita, bila ada yang enggan mengerti … keluarkan saja dari kampung!” ucapnya ringan sekali.

Agam Siddiq menggeleng samar. Adik iparnya ini memang terkenal dengan sipaling menggampangkan masalah selagi masih bisa diselesaikan dengan uang.

Tujuh belas murid dari kelas tiga sampai enam, telah tampil membaca puisi karangan mereka sendiri. Seharusnya lomba itu telah usai diganti dengan lomba lainnya dikarenakan para peserta telah unjuk kepiawaian.

Namun, panitia memanggil satu nama terakhir yang memang sebelumnya sudah mendaftarkan diri.

“Intan Rasyid, dipersilahkan untuk menunjukkan bakatnya, dan sekaligus menjadi penutup lomba baca puisi!”

Tepuk tangan terdengar riuh, bahkan suara suitan bersahutan-sahutan.

Sabiya berlari ke lapangan. Ingin memberikan dukungan lebih dekat lagi. Tadi dia berteduh di teras bangunan sekolah. Kedua telapak tangannya membentuk huruf O di depan mulut. “Semangat kak Intan! Kak Intan hebat!”

Gadis kecil berusia sepuluh tahun lebih itu mengangguk sebagai tanda hormat kepada para juri dan orang tua yang hadir. Dia menggenggam mic berkabel hitam, memandang sekilas sang adik yang masih berteriak - teriak seraya mengepalkan tangan menyemangati.

“Teruntukmu wahai pahlawanku yang bergelar Ayah ….”

.

.

Bersambung.

1
Wedangan andini Aworkonco
ya Allah Thor....baru baca judulnya langsung berkaca" mataku Thor....😭😭
FiaNasa
hayo.lo.arinta mati kutu kau,,mana bukti klau Yunus suamimu,,kau tak kan bisa merebut ikram lagi,,semua keluarga tak kan membiarkanmu menjerat Yunus alias ikram..Denis bisa merasakan kasih sayang Yunus tp lihatlah anak Meutia,,bahkan gauzhan belum pernah tersentuh ayahnya sendiri,ikram Rasyid alias Yunus ini arinta,,
Sumi yati69
makin seru
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
Larasati
kayaknya arnita tau siapa Yunus sebenarnya karena takut Yunus ketemu keluarga nya lagi
Defvi Vlog
hayolah kita labrak rame rame c gurita🤭
Ruwi Yah
tunjukkan pesonamu dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!