(Novel ini adalah Novel pertama ku, jadi mohon maaf jika penulisnya masih sangat berantakan. tapi Author akan menyempatkan waktu untuk merevisi total hampir keseluruhan dari isinya, walaupun bertahap.)
"Jadilah Istri ku selama satu tahun Naya, semua pengobatan nenek mu akan ku tanggung, dan kau juga bisa menikmati uang ku selama itu" ucap Arjuna sembari mengulurkan tangannya kepada Naya.
air mata Naya menetes sembari menoleh ke dalam ruangan ICU tersebut, dalam hatinya ia sangat ingin menampar pria di hadapannya itu karena telah merendahkannya dengan menawarkan Nikah kontrak, namun di sisi lain ia juga tidak bisa munafik bahwa ia benar-benar tengah membutuhkan uang untuk pengobatan Neneknya. Naya menoleh kearah Juna.
"baik lah tuan aku bersedia" ucap Naya membuat bibir Juna tersungging.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cerita masa lalu
Setelah meeting selesai, Arjuna kembali ke kantornya, ia telah menemui beberapa rekan bisnisnya dan menjalin kerja sama antar perusahaan itu.
Dengan rasa penat yang teramat Arjuna duduk di bangkunya sembari menyandar, ia mulai mengingat Kinara yang ia temui di Restoran bintang lima tadi, ia pun mengingat sesuatu tentang masa lalunya.
(Flasback is on)
Saat itu adalah momen kelulusan Kirana yang masih duduk di bangku SMA, Arjuna dan kirana dulunya satu sekolahan di IKTA internasional school,
Kiran adalah adik kelas Juna dulunya, mereka menjalin hubungan dengan Arjuna sudah lebih dari dua Tahun walau Arjuna tengah lulus lebih dulu darinya mereka masih tetap berhubungan baik.
Arjuna berlari cepat memasuki ruang multimedia, disana ruangan telah sepi, nafas Arjuna tersengal-sengal mencari sosok Kirana disana.
"Sial, aku terlambat Kiran pasti sudah pulang." Gumamnya, seketika seseorang menutup mata Arjuna dari belakang, Arjuna tersenyum ia sangat kenal aroma body parfum ini milik siapa.
"Dear, aku tau itu kamu" Ucapnya
"Aahhh kau curang, harusnya kau pura-pura tidak tau" Kirana, melepaskan tangannya kesal sembari melipat kedua tangannya,Arjuna pun terkekeh.
"Aku gemas jika melihat mu marah seperti ini Dear" Ucap Arjuna yang lantas menyerahkan buket bunga yang sangat besar itu,
"Selamat atas kelulusan mu, Maaf ya? Aku terlambat hari ini om ku mengajak ku ke koleganya, kau jangan marah ya?" Ucap Arjuna, Kinara pun tersenyum dan meraih bunga itu.
"Terimakasih Juna" Ucapnya senang sembari memeluk tubuh Arjuna.
"Kau senang?" Tanya Arjuna, kirana pun mengangguk.
"Sekarang aku akan mengajak mu makan malam, kau mau?" tanya Arjuna
"Tentu saja" Jawabnya penuh semangat.
Mereka pun saling mengatupkan tangannya dan berjalan bersama, menuju sebuah kafe, Arjuna terus menatap kearah Kinara, membuat Kiran merasa canggung.
"Dear, jangan melihatku seperti itu kau membuat ku gugup."
"Kenapa aku betah melihat wajah mu yang teduh itu Dear, semua karena aku sangat menyayangi mu." Ucap Arjuna.
"Kau ini" Kiran menunduk, raut wajahnya berubah sendu.
"Dear, ada apa?" Tanya Arjuna
"Hmm tidak ada apa-apa kok" Jawabnya asal.
"Katakan saja, aku takut kau sedang ada yang difikirkan." Ucap Arjuna.
"Nanti saja Juna, kita makan dulu saja" Ucap Kirana sembari tersenyum, Juna pun mengiyakan, mereka melahap pasta yang terhidang di depan mereka, Lagi-lagi Juna menangkap raut wajah kesedihan dari kekasihnya itu, biasanya Kirana akan banyak bicara saat makan bersamanya, ataupun sedang berdua dengannya di momen apapun. namun tidak kali ini wajah Kiran sangat terlihat muram. Arjuna pun meraih tangan kekasihnya itu.
"Kiran, Ada apa? Ceritakan pada ku." Ucap Arjuna, sudut mata Kirana mulai basah.
"Aku? Aku tidak yakin mengatakannya." Ucap Kirana.
"Hey, katakan saja? Aku ini kekasih mu." Ucap Arjuna yang mulai mengusap air mata Kiran.
"Dear?" Panggil kirana, lirih.
"Ya?" Jawab Arjuna.
"Kita putus saja ya?" Ucapan itu keluar begitu saja, yang seketika itu membuat Arjuna membulatkan bola matanya.
"Dear, Kau ini bercanda ya?" Tanya Arjuna masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Aku harus ke Amsterdam."
"Astaga, Kau ini. Mau berapa lama? Kita tidak harus putus kan? Kau biasa ke sana Dear,aku tau nenek mu di sana."
"Kali ini lain, aku harus menetap di sana dan tidak tau kapan akan kembali, bisa jadi tidak akan pernah" Ucap Kiran, dengan air mata yang mulai mengalir deras.
"Dear, aku bisa menyusul mu setiap bulan saat liburan semester, kita tidak perlu mengakhiri hubungan ini, aku sangat menyayangi mu Kiran." Ucap Arjuna matanya mulai memerah, ia benar-benar ingin menangis.
"Juna? Aku tidak bisa LDR, aku tidak mampu jika harus melakukan hubungan jarak jauh."
"Kenapa tidak bisa? Kita sudah berjalan dua tahun, kau tidak bisa memutuskan hubungan kita begitu saja." Arjuna menitikkan air matanya.
"Tidak bisa Juna kita harus putus."
"Kiran? Aku sampai menolak kuliah di Harvard untuk siapa? Semua karena aku ingin tetap dengan mu disini, sekarang kau malah ingin meninggalkan ku begitu saja?"
"Maafkan aku Arjuna, besok pagi pesawat ku take off, aku berharap kau bisa menemukan wanita yang lebih baik dari pada aku." Ucapnya.
"Tidak akan pernah Kiran! Aku tidak akan pernah menemukan wanita sehalus dirimu, tolong jangan tinggalkan aku Kiran, aku mencintaimu." Ucap Arjuna namun kirana tetap pergi ia melepaskan tangan Arjuna yang masih memeganginya.
"Maafkan aku Arjuna." Ucapnya sembari terisak, ia pun melenggang pergi meninggalkan Arjuna.
"Tidak kiran tunggu–, Kirana!" Ia pun berusaha mengejar Kirana, namun ia sudah di jemput oleh supirnya dan masuk kedalam mobilnya.
"Kiran, Tolong dengarkan aku. Pikirkan semuanya baik-baik Kiran? Jangan seperti ini." Ucap Arjuna sembari menahan pintu mobil Kirana.
"Maaf Juna, tapi aku sudah memikirkannya matang-matang, maafkan aku, ku mohon jangan cegah aku Arjuna." Ucapnya
"Permisi Tuan Arjuna." Ucap Sopirnya itu yang lantas menutup pintu mobilnya dan berlari menuju kursi kemudinya.
"Kiran?" Arjuna meremas kepalanya, ia tidak tau harus melakukan apa saat kirana benar-benar meninggalkannya pergi, bahkan sampai kirana di bandara ia masih terus membujuknya untuk tidak pergi, namun karena keputusan Kirana sudah bulat ia tetap pergi dan mengakhiri hubungannya dengan Arjuna.
Saat itu juga hidup Arjuna benar-benar hancur, Sampai-sampai ia tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun hatinya masih kekeh pada Kinara dan berharap kirana akan kembali kepadanya.
(Flashback is off)
Arjuna membuka laci kerjanya dan mencari foto Kirana yang ia simpan itu, matanya terus berburu namun ia tidak menemukannya.
"Dimana foto kiran?" Gumamnya ia pun menutup laci itu kembali dan menyender lagi di kursinya.
"Kirana? Kenapa kau baru datang sekarang saat aku sudah menjalani pernikahan kontrak ini?" Gumamnya, ia pun menggeleng cepat dan kembali membuka laptopnya mulai kembali bekerja.
****
Pukul satu dini hari, Arjuna membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampunya membuat Naya terjaga.
"Tuan, Kau baru pulang?" tanya Naya namun Arjuna tidak menjawabnya, ia hanya merebahkan tubuhnya di atas ranjang nya, Naya pun mendekati Arjuna dan bersimpuh di dekat kaki Arjuna yang tergantung itu, seperti biasa ia melepaskan sepatu Arjuna tanpa di suruh sesuai ke inginan Arjuna, merasakan kakinya di sentuh Arjuna pun beranjak duduk.
"Sedang apa kau?" Tanyanya dingin.
"Melepaskan sepatumu Tuan, seperti biasa." Ucap Naya.
"Tidak perlu! Enyah kau." Ucap Arjuna kasar. Naya pun beranjak bangun, Arjuna melepas sepatunya itu sendiri dan melemparkannya kesamping Naya membuat Naya terkesiyap kaget.
"Senang kan kau bertemu dengannya?" Ucap Arjuna sembari menatapnya kesal.
"Maksud mu?"
"Dasar wanita jal*ng! Kau pura-pura bodoh ya? Kau sengaja memanfaatkan kesempatan tadi untuk bertemu Raihan kan?" Bidik Arjuna membuat Naya tercengang.
"Tidak Tuan sungguh, aku benar-benar tidak ada pemikiran seperti itu" Ucap Naya.
"Kau benar-benar tidak punya harga diri ya, kau tidak berkaca dengan statusmu itu! Bisa-bisanya kau senyum-senyum mengobrol dengan Raihan di kantor ku!"
"Tuan, itu hanya obrolan biasa, tidak lebih." bantah Naya, Arjuna pun beranjak.
"Mengobrol biasa?? Tapi kau menatapnya penuh cinta kan??" Cetusnya membuat Naya menggeleng tak mengerti. Ia pun mencengkam pakaian Naya dan mendekatkan nya kearahnya membuat Naya merasa gemetaran.
"Apa kau selalu seperti itu, mengumbar senyum pada setiap pria lalu menerima bayaran darinya?" Mata Naya melebar, kala mendengar tudingan yang menyesakan itu.
"Tuan hentikan, aku tidak pernah seperti itu, kenapa kau tiba-tiba marah pada ku hanya karena masalah sepele seperti ini, apa kau maaf? Cemburu karena itu?" tanya Naya tiba-tiba.
"Apa? Cemburu?" Arjuna mendesah ia lantas berkacak pinggang dengan satu jarinya menekan-nekan kening Naya berkali-kali.
"Otak mu itu ya? Benar-benar, hey Naya? Kau itu sedang bermimpi atau bagaimana? Sadar tidak kau mengatakan hal yang tidak akan pernah terjadi!! Semua bukan perkara cemburu kau tidak usah geer!" Seru Arjuna, membuat Naya menunduk dan menyalahkan dirinya kenapa bisa ia berfikir kalau Arjuna cemburu padanya dan Raihan.
"Maafkan aku Tuan, aku salah bicara."
"Sudah lebih baik kau enyah dari pandanganku! Ahhhh menunggu satu tahun rasanya lama sekali aku sudah tidak betah berada satu ruangan dengan budak rendahan seperti mu." Ujar Arjuna yang lantas keluar dari kamar itu.
Entah mengapa kata-kata Arjuna semakin membuatnya merasa sakit hati. Naya mengusap sudut matanya yang basah dan menepuk-nepuk dadanya.
"Tidak apa-apa Naya, delapan bulan lagi, kau pasti bisa." Ucap Naya berusaha menguatkan hatinya, dan berusaha tersenyum.