NovelToon NovelToon
Sumpah Raja Duri

Sumpah Raja Duri

Status: tamat
Genre:Fantasi Isekai / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

Elara, seorang ahli herbal desa dengan sihir kehidupan yang sederhana, tidak pernah menyangka takdirnya akan berakhir di Shadowfall—kerajaan kelabu yang dipimpin oleh raja monster. Sebagai "upeti" terakhir, Elara memiliki satu tugas mustahil: menyembuhkan Raja Kaelen dalam waktu satu bulan, atau mati di tangan sang raja sendiri.
​Kaelen bukan sekadar raja yang dingin; ia adalah tawanan dari kutukan yang perlahan mengubah tubuhnya menjadi batu obsidian dan duri mematikan. Ia telah menutup hatinya, yakin bahwa sentuhannya hanya membawa kematian. Namun, kehadiran Elara yang keras kepala dan penuh cahaya mulai meretakkan dinding pertahanan Kaelen, mengungkap sisi heroik di balik wujud monsternya.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Infiltrasi

​Shadowfall di bawah kekuasaan Duke Vane adalah tempat yang berbeda.

​Elara tiba di batas luar kota pada malam hari, setelah perjalanan panjang dan melelahkan dari Silverwood. Dari kejauhan, kastil itu tampak lebih gelap dan lebih menakutkan dari sebelumnya. Obor-obor di menara tidak lagi menyala dengan api biru sihir khas Kaelen, melainkan dengan api kuning biasa yang mengepulkan asap. Di gerbang utama, lambang mawar berduri Kaelen telah dicopot, digantikan oleh lambang Vane: ular emas melilit belati di atas mawar layu.

​Dia merasakan penindasan di udara. Mageia Vitae dalam dirinya menolak energi negatif yang dilepaskan Vane.

​Elara tidak mencari jalan masuk utama. Dia tahu Vane akan memperkuat pos-pos terdepan. Dia mencari kelemahan di tepi, tempat yang tidak dihargai oleh para tiran: sistem drainase dan kebun tua.

​Dia menuntun kudanya ke jalur sempit, lalu berjalan kaki. Tubuhnya yang terlatih kini bergerak dengan ketenangan yang tidak dia miliki dua bulan lalu. Kalung Sun-Stone di lehernya memancarkan cahaya redup, mengisi daya dirinya. Tongkat kayu perak di tangannya kini terasa seperti ekstensi alami dari lengannya.

​Elara berhasil menyelinap ke halaman belakang yang berantakan, di mana dia dan Kaelen pernah berdebat di tengah puing-puing.

​Dia langsung menuju rumah kaca.

​Pemandangan di rumah kaca membuatnya sakit hati.

​Kaca-kaca kristal yang baru dipasang Kaelen pecah berantakan. Bangku-bangku kayu terbalik. Dan yang paling buruk: tanaman-tanaman langka yang dikumpulkan Kaelen telah dicabut paksa dari potnya, daunnya dicincang, akarnya ditarik, lalu dibiarkan membusuk di lantai.

​Di tengah kekacauan itu, Elara melihat tanaman Moondrop miliknya—bunga pertama yang mekar di Shadowfall. Tanaman itu telah dihancurkan, kelopaknya yang putih digerus menjadi bubuk di lantai batu.

​Ini adalah perusakan yang dilakukan dengan kebencian, bukan sekadar vandalisme biasa.

​"Vane," geram Elara, tangannya mengepal erat. "Dia menghancurkan semua yang melambangkan harapan."

​Air mata Elara menetes, tapi dia tidak tenggelam dalam kesedihan. Dia menyalurkan energi ke tongkat peraknya, menumbuhkan bunga Moondrop baru di dalam hatinya—simbol bahwa harapan tidak bisa dibunuh semudah itu.

​Dia menyapu tangannya di sepanjang rak kayu, mencari tanda. Dia tahu Kaelen tidak akan pergi tanpa meninggalkan sinyal rahasia untuk para loyalis.

​Tepat di bawah meja kerja, di dalam lubang tempat cangkul biasanya disimpan, Elara menemukan sesuatu. Bukan sebuah gulungan, melainkan sebuah pola lumut yang tumbuh dengan aneh. Empat titik teratur.

​Elara menyentuh pola itu, lalu menyalurkan sihirnya.

​Lumut itu menyala hijau sekilas, lalu menghilang, memperlihatkan ukiran kecil: Terkunci di Utara. Jaga rumah kaca.

​Pesan itu jelas ditinggalkan Vorian, merujuk pada upaya Kaelen mencari penawar di Utara. Pesan itu juga merupakan alamat.

​Empat titik teratur itu adalah koordinat kuno untuk The Catacombs.

​Elara menemukan pintu masuk ke Katakomba—terowongan rahasia di bawah bagian lama kastil. Dia harus merangkak melewati lorong-lorong sempit dan gelap, berbau tanah dan kelembapan.

​"Jangan gunakan sihirmu untuk cahaya," bisik Elara pada dirinya sendiri. "Vane mungkin punya penyihir pelacak."

​Dia mengandalkan instingnya dan kalung Sun-Stone yang memandu jalannya.

​Setelah berjalan melalui jaringan terowongan yang terasa tak berujung, dia sampai di sebuah ruang batu kecil. Tiga sosok sedang menunggu.

​"Siapa di sana?" suara itu serak dan waspada.

​"Gadis Herbal," jawab Elara. "Aku datang untuk mencari sekopku."

​Ketiga sosok itu melangkah maju. Salah satunya adalah Vorian. Dua lainnya adalah Brann dan Brom—si kembar raksasa yang membantunya di rumah kaca.

​"Nona Elara!" seru Brann, wajahnya yang besar menunjukkan kelegaan yang luar biasa.

​"Kami tidak berani percaya," kata Brom. "Vorian bilang kau lari ke Silverwood."

​Vorian, yang mengenakan pakaian compang-camping khas pengemis untuk menyembunyikan zirah peraknya, maju dan memeluk Elara dengan canggung.

​"Kau bodoh," kata Vorian, melepaskan pelukan itu. "Kau seharusnya tetap di sana sampai Vane jatuh."

​"Dan membiarkan Vane membunuh Kaelen sementara aku menumbuhkan bunga?" Elara menggeleng tegas. "Aku datang untuk bertarung, Vorian. Aku datang untuk mencari tahu di mana Kaelen berada."

​"Aku sudah tahu di mana dia," kata Vorian, suaranya dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. "Dia pergi ke Kuil Utara, mencari penawar. Tapi itu dua minggu yang lalu. Dia tidak mengirim kabar apa pun sejak hari itu. Dia pasti dalam masalah besar. Dan Baron Thorne sekarang sedang memburunya."

​"Kaelen tidak akan mati semudah itu," kata Elara yakin. Dia merasakan denyutan Sun-Stone-nya. Jika Kaelen mati, ikatan sihir mereka mungkin akan terasa, atau Vane sudah mengklaim tubuhnya.

​"Aku butuh bantuan kalian," kata Elara, menatap Vorian, Brann, dan Brom. "Kita harus beraksi."

​"Apa rencanamu?" tanya Vorian, alisnya terangkat.

​"Vane mengira Kaelen sudah gila dan kabur," jelas Elara. "Dia tidak tahu kalau Kaelen sedang mencari penawar. Dan dia tidak tahu kalau Kaelen tahu Vane yang meracuninya."

​Elara mengambil tongkat peraknya. "Kita akan menyerang. Tapi bukan dengan pedang. Kita akan menyerang fondasi kekuasaan Vane."

​"Bagaimana?"

​"Vane menguasai istana, tapi dia belum menguasai kota. Rakyat masih setia pada Kaelen, meski mereka takut. Kita akan menyebarkan kebenaran. Kita akan menunjukkan kepada rakyat bahwa Raja Kaelen masih hidup dan Raja Vane adalah pengkhianat," Elara menjelaskan.

​"Kami bisa menyabotase gudang makanan atau persenjataan Vane," kata Brann bersemangat.

​"Ide yang bagus," kata Elara. "Tapi sebelum itu, ada yang lebih penting."

​Elara menatap Vorian. "Vorian, kau adalah tangan kanan Kaelen. Kau tahu setiap sudut istana, termasuk ruangan pribadi Vane."

​"Tentu."

​"Apa yang paling ditakuti Duke Vane?"

​Vorian berpikir sejenak. "Bukan kematian. Dia takut ketahuan. Dia takut kehilangan tahtanya dan kehilangan sumber kekuatannya: ritual gelap yang memberinya pengaruh sihir."

​"Tepat," kata Elara. "Kita tidak menyerang Vane. Kita serang kelemahannya. Kita akan mencari buku atau artefak yang dia gunakan untuk menyihir para bangsawan dan memperkuat dirinya. Begitu sumber kekuatannya hilang, istana ini akan kembali ke tangan Kaelen."

​Elara melihat ke sekeliling ruangan yang gelap itu, lalu tersenyum tipis.

​"Sekarang, ceritakan semua yang kalian ketahui tentang kebiasaan Vane, di mana dia tidur, dan siapa yang menjaga Perpustakaan Terlarang. Saya akan masuk ke sana."

​Vorian menghela napas. Dia melihat tekad membara di mata Elara, tekad yang identik dengan Raja yang dia layani.

​"Baiklah, Nona Elara," kata Vorian, menarik kursi batu kecil. "Kita mulai dari awal. Dan kita harus bergerak besok malam. Vane mengadakan perjamuan untuk merayakan kemenangannya."

​"Sempurna," kata Elara. "Kita akan menjadi kejutan di perjamuan itu."

BERSAMBUNG.....

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
Alona Luna
wahhh akhirnya happy ending ☺️
Alona Luna: wahhhh ok. baik
total 2 replies
Alona Luna
semangat next kak☺️
Alona Luna: sama-sama kak.☺️
total 2 replies
Alona Luna
next kak.. makin seru ceritanya
Ara putri
semangat kak, jgn lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
tanty rahayu: semangat juga ya ka.... wah kayanya seru tuh 😍nanti aku mampir baca ya
total 1 replies
Alona Luna
ceritanya bagus kak. next
Alona Luna: aku tunggu kak☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!