Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
Jika nanti tak bersama dengannya...
Bagaimana rasanya mencintai seseorang sedalam samudera, tetapi sama sekali tak bisa tuk menyentuh dermaga?
Mungkinkah seperti berlayar tanpa peta dan hanya mempercayai cahaya di dalam hati. Jika nanti tak bisa bersamanya dan kau menemukan dirimu sedang duduk di ujung senja memeluk angin layaknya sahabat ataupun teman. Jangan merasa tergesa tuk menghapus air mata, mungkin saja itu bukanlah suka melainkan sebuah cara untuk melatih dirimu lebih kuat.
Pernah ada sebuah nama yang selalu di bisikkan di setiap sujud dan juga doa mu. Kau selipkan sebuah hadapan dan keinginan. seolah Tuhan tahu betapa tulus dan besarnya cinta, akan tetapi nyatanya tulus dan cinta itu tak selalu tinggal atau terjadi dengan sesuai keinginan dan juga harapan. Kadang ia menjelma sebuah luka yang tak dapat di hapus oleh waktu dan juga Do'a, dan hanya dapat di Terima oleh garis takdir semesta.
Dirinya yang di cintai dalam diam dan juga derita, mungkin memang buka takdir untuk bersama atau bukan takdir untuk bisa saling melengkapi.
Akan tetapi bukankah Tuhan itu maha indah dalam setiap rahasia.?
Ia titipkan rasa bukan untuk menyesakkan dada melainkan untuk mengajarkan makna, Bahwa sesuatu yang tak sesuai harapan bukan karna dirimu tak mampu melainkan mengajarkan sesuatu yang membuat kamu lebih dari sebelumnya.
Seandainya tak dapat untuk bersamanya, bukan berarti semesta mengejek do'a yang kau panjatkan, bisa jadi namanya di tulis untuk menuntun langkahmu ke arah yang lebih baik dan juga mulia.
Dan saat dirimu mulai pasrah akan apa yang kau lalui dirinya akan di pertemukan, kau akan tahu dan juga menyadari bahwa tak apa dengan apa yang terjadi, karna semua bukanlah akhir dari sebuah cerita...
...˚˙༓࿇༓˙˚˙༓࿇༓˙˚˙༓࿇༓˙˚...
Bandara menjadi saksi di mana Emily yang saat ini telah memilih jalan untuk dirinya sendiri. Melangkah tanpa harus memperdulikan bagaimana orang yang selama ini ingin ia bahagiakan dengan mengabaikan dirinya sendiri.
Ia bahagia bisa melepaskan semua itu, ia bahagia akhirnya ia bisa terbebas dari belenggu yang selalu membuat batinnya terasa sedih.
Rehan menatap Emily yang saat ini telah melangkah menjauh dari dirinya.
Ada rasa takut dan juga bahagia saat menatap wanita yang saat ini telah terbebas dari kesan kesedihan. Ketakutan karna akan ada banyak orang yang mendekati wanita yang selama ini mengabaikan dirinya akan tetapi saat ini wanita yang melambaikan tangan padanya telah berubah, kini telah menjadi dirinya sendiri. Kecantikan dan juga sikap yang ada pada Emily membuat siapa pun akan menyukai tanpa harus melihat siapa wanita yang ada di hadapan mereka. Akan banyak pesaing yang tentunya akan ia dapatkan, Akan tetapi bagi dirinya melihat Emily terbebas pun ia merasa lega dan juga bahagia. Kesunyian dan kesedihan yang di alami oleh Emily kini telah terbayarkan dengan menatap Emily yang mau melepaskan beban yang ada di hatinya.
"Emily, semoga apa yang kamu inginkan akan menjadi kenyataan. " gumam Rehan yang saat ini menatap Emily dengan senyuman di sudut bibirnya.
setelah melihat Emily yang hilang dari pandangan kini Rehan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat di mana dirinya berada.
Berbeda dengan Rehan yang merasa lega dengan perginya Emily, kini Aidan terlihat benar-benar merasa khawatir dengan apa yang saat ini ada di hadapannya.
Sebuah gambar dirinya bersama anak dan juga istrinya yang tertutup, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar. Akan tetapi yang ia lihat adalah kamar yang nampak kosong.
"Emily... " panggilnya dengan nada cemas dan berjalan menuju ke kamar mandi mencari keberadaan Emily.
Aidan berteriak mencari keberadaan Emily akan tetapi tak ada jawaban dari wanita yang ia cari saat ini.
"Mungkin saja di kamar Berlian... "gumam Aidan dengan melangkahkan kakinya menuju kamar sangat putra.
Aidan berjalan menuju kamar Berlian yang masih tertutup, tangannya memutar knop pintu.
bukan Emily yang di lihat, akan tetapi terlihat Berlian yang saat ini masih tertidur dengan nyenyaknya dengan selimut tebal di tubuhnya.
"Berlian... " panggil Aidan yang saat ini menatap sang putra yang masih terlelap dengan nyenyaknya.
"Hm, ada apa Pa.? " ucap Berlian yang saat ini menarik selimutnya.
"Sudah siang, kamu harus pergi sekolah. " ucap Aidan dengan menatap Berlian yang masih begitu nyenyaknya tertidur.
"Nanti aja Pa, masih pagi. " jawab Berlian dengan membalikkan tubuhnya membelakangi Aidan.
Aidan menggelengkan kepalanya menatap sang putra yang enggan untuk bangun, bel rumah pun berbunyi.
Aidan terburu-buru membuka pintu rumah.
"Emily dari mana saja kamu.? " ucap Aidan dengan nada yang terlihat kesal.