Kevin Xander AdiJaya adalah cowok yang sangat susah mendapatkan kebahagiaan yang tulus dalam hidupnya. Kevin selalu di setir oleh papah angkatnya sehingga membuatnya menjadi sangat muak dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
Namun Kevin masih bertahan sejauh ini karena ada satu wanita di hidupnya, yaitu Adara Syila Alterina. Namun Kevin selalu gengsi menunjukan perasaannya kepada Dara, jadi ia selalu mencari cara agar bisa ribut dengan Dara.
Sampai suatu hari ada sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tua kandung Kevin, siapakah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat Dari Segala Lelah adalah Pelukan
Dalam perjalanan pulang dari apotek, Vellos berpapasan dengan Dara di ujung gang. Dara tampak membawa beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya.
“Eh, Los! Baru pulang dari mana?” tanya Dara heran.
“Dari apotek. Kevin sakit, demam tinggi.”
Seketika ekspresi wajah Dara berubah panik. “Hah?! Kevin sakit?!”
“Iya. Pagi-pagi gue liat dia masih tidur, ternyata panas banget. Gue panik juga, soalnya di rumah cuma gue sama dia, Ibu lagi belanja ke pasar.”
“Astaga… gue ke sana, ya!”
“Eh, tunggu, Dar!” Vellos buru-buru menahan lengannya. “Lo taro dulu tuh belanjaan. Nanti Bunda lo bingung nyariin.”
Dara mengangguk cepat. “Oke, oke. Lo tunggu gue di depan gang, ya!”
Tanpa menunggu jawaban, Dara segera mengayuh sepedanya menuju rumahnya. Sesampainya di depan pintu, ia membuka dengan cepat dan langsung menghampiri Bundanya yang sedang menyusun sayuran di meja dapur.
“Bun, Dara ke rumah Vellos dulu, ya. Kevin sakit, demam tinggi!” ucapnya tergesa.
Bu Maya mengangkat wajah, mencoba mengingat. “Kevin… Kevin yang dulu sering kerja kelompok di rumah kita itu?”
“Iya, Bun. Dia sekarang tinggal di rumah Vellos.”
Bu Maya mengangguk pelan. “Ya sudah, temui dia. Kasihan. Tapi hati-hati ya, Nak.”
Dara mencium tangan Bundanya sebelum kembali berlari keluar rumah. Di depan gang, Vellos sudah menunggunya sambil memegang plastik obat.
“Makasih udah nunggu,” kata Dara. “Ayo cepat!”
Sesampainya di rumah, Dara langsung masuk ke kamar tempat Kevin terbaring. Nafasnya tercekat melihat Kevin yang masih tampak menggigil di balik selimut.
“Kevin…” gumam Dara lirih, lalu ia duduk di sisi sofa, menyentuh dahi Kevin dengan tangannya. “Ya Tuhan… panas banget…”
Kevin membuka matanya perlahan. “Dar…”
“Iya, ini gue, Dara.” Dara menatapnya penuh khawatir. “Sakitnya apa aja? Kepala? Badan? Perut?”
Kevin menelan ludah. Suaranya nyaris tak terdengar. “Badan semua sakit… lemes banget…”
Vellos yang berdiri di belakang Dara menimpali, “Kemarin dia berlarian pulang ke rumah, pas di tempat kerja juga gak berhenti lagi, karena rame banget. Dari pagi sampai malem, nggak makan, nggak istirahat.”
Dara menghela napas, lalu bangkit. “Dia belum sarapan, kan?”
“Belum,” jawab Vellos.
“Oke. Gue ke dapur ya, bikin bubur dulu.”
Tak lama, Dara kembali dengan semangkuk bubur hangat. Ia duduk dan mulai menyuapi Kevin perlahan. Setiap sendok yang masuk ke mulut Kevin diiringi tatapan khawatir dari Dara yang tak kunjung reda.
“Habisin ya, biar cepet sembuh,” ucap Dara lembut.
Kevin tersenyum samar. “Makasi, Dar… Gue seneng lo di sini…”
Dara menunduk, menahan gemetar di dadanya. “Jangan ngomong gitu. Yang penting kamu cepet pulih.”
Setelah makan dan minum obat, Kevin terlihat sedikit lebih baik. Ia bersandar di sofa, menatap Dara dan Vellos bergantian.
“Dar… Gue pengin ke taman. Sebentar aja.” ucapnya dengan lirih
“Hah? Lo masih lemes, Kev. Nggak usah maksa dulu,” kata Dara khawatir.
“Tolong… cuma sebentar aja. Gue pengin hirup udara segar,” pintanya lirih.
Vellos menepuk bahu Dara. “Temenin aja, Dar. Gue jagain rumah. Tapi jangan lama-lama, ya.”
Dara mengangguk pelan. “Oke. Tapi lo janji, kalau udah mulai pusing, kita langsung pulang.”
Kevin tersenyum tipis. “Janji.”
Taman kecil tak jauh dari rumah Vellos itu sepi. Hanya ada bangku tua di bawah pohon rindang dan suara angin yang berbisik pelan. Kevin duduk pelan di bangku, lalu menatap Dara yang berdiri di sampingnya.
Kevin menahan Dara pelan. “Jangan duduk dulu… Berdiri di sini aja… di depan gue.”
Dara mengerutkan dahi. “Kenapa?”
Kevin menatap Dara dengan mata yang sayu, namun dalam. Lalu tiba-tiba, ia menarik tangan Dara dan memeluknya erat.
“Sebentar aja… Gue capek banget. Gue butuh pelukan Lo…”
Dara terkejut, refleks menatap sekeliling. “Kev… nanti dikira orang macam-macam…”
“Nggak apa-apa… cuma sebentar…” bisiknya lemah.
Pelan-pelan, Dara mulai merilekskan tubuhnya. Ia mengusap kepala Kevin yang menyandar di dadanya. Hatinya ikut perih melihat Kevin yang selama ini selalu kuat, kini begitu rapuh.
“Gue ada di sini, Kev…” bisik Dara sambil memejamkan mata. “Peluk aja… sampai lo tenang…”
Entah bagaimana, di pelukan itu, Dara juga merasakan lelah yang sama. Lelah yang tak bisa dijelaskan, tapi bisa ditenangkan… hanya dengan sebuah pelukan.