New Happiness, Begins

David membunyikan klakson lagi dan memberi isyarat akan menemui Kendall di depan. Kendall menoleh kembali ke laptop dan berpikir bahwa naik ATV lebih menarik daripada terkurung di ruang praktik dan bekerja pada pagi musim panas yang cerah. Jadi ia menutup laptop dan menyambar ponsel, berharap David mau mengantarnya ke menara.

Kendall bergegas mengunci pintu, lalu memperlambat langkah dan berjalan ke luar.

David memberinya senyum lebar. "Kupikir mungkin kau ingin jalan-jalan melihat kota."

"Maksudmu ada tempat lain selain daripada tempat ini?" tanya Kendall, membuat isyarat ke arah dua bangunan dan gubuk P3K.

"Nantinya," jawab David sambil mengulurkan tangan untuk membantu Kendall naik.

"Kau bawa helm?"

"Kita akan ke lokasi klinik dulu, dekat saja."

Kendall duduk di bagian belakang David, memeluk longgar pinggang pria itu. David terasa begitu... akrab. Dan ia terlihat gagah bila berkaus.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kendall

"Lumayan," jawab David enteng. "Kau sendiri bagaimana?"

"Aku... baik," jawab Kendall, tiba-tiba sadar betapa sedikit orang yang menanyakan kabarnya. Ia rasa semua orang menganggap dokter baik-baik saja sepanjang waktu, nyatanya seorang dokter juga merupakan manusia seperti pada umumnya. "Tapi aku harus mandi air sedingin es tadi pagi."

"Sedang berusaha kuatasi," sahut David ringan. "Hari ini cerah, kan, Bu Dokter Kecil?" Ia menyalakan mesin dan mulai menjalankan ATV.

Semangat David menular. Pagi bulan Juli itu cerah, Kicauan burung, dengung serangga dan bunga yang bermekaran. Alam begitu hidup, memberi kesan bahwa setiap makhluk hidup sedang bercinta. Ada kesan sensual pada tanaman rimbun dan kelembapan yang membuat gerah. Terngiang komentar Cara tentang suasana pegunungan yang merayu dengan caranya, dibenak Kendall.

Tapi kawannya itu juga berkata bahwa itu rayuan gombal.

Kendall menyeringai. Memang ada rayuan jenis lain?

Seperti janji David, perjalanan ke tempat yang sudah ditetapkan sebagai lokasi klinik ternyata hanya setelah belokan, sederet dengan kantin. Terlihat para pekerja berkerumun di sana menjalankan mesin dan menggunakan sekop untuk membuat parit sebagai fondasi. Tak jauh dari sana, sekelompok pria lain sedang menambahkan air ke alat pengaduk semen yang drumnya berputar lambat.

Setelah mereka turun dari ATV, David mengambil cetak biru (desain bangunan) dari kotak penyimpanan dan membentangkannya di atas jok. "Aku tahu klinik ini kelihatan tidak begitu menarik sekarang, tapi pembangunannya akan cepat."

David menunjuk rancangan. "Akan ada ruang tunggu, ruang periksa, ruang penanganan, laboraturium, apotik, ruangan obat, kantor staf, ruang arsip, dan ruang duduk kecil. Oh, dan tentu saja ruang praktikmu."

Kendall terkesan melihat tata letak yang efisien, tetapi merasa harus menambahkan, "Bukan kantorku, Mr. Booker. Tapi tata letak ini memang bagus."

"David," koreksi David. "Ini tampak depannya," katanya sambil menunjuk gambar yang berupa bangunan jadi. Untuk ukuran gedung serbaguna, bangunan itu tampak sederhana dan nyaman.

Kendall mendongak dan membayangkan gedung itu. Klinik itu akan terletak di kelokan alami yang penuh tanaman. Di dekatnya ada pohon besar raksasa. Pasti indah... tempat kerja cantik untuk di datangi setiap hari. Kendall membandingkannya dengan klinik keluarga yang ia tinggalkan di Denville, yang terletak di ruko terlantar.

"Kami menempatkan klinik di sini karena beberapa meter di belakang ada dataran tinggi, yang akan mengakomodasi helipad untuk evakusi medis'"

Mereka berpikiran maju, Kendall mengakui. Ia terkesan oleh dedikasi para pekerja. "Kalian harus merekrut para profesional terlatih untuk bekerja di klinik, apoteker, dan setidaknya satu perawat."

"Aku dengar salah satu anggota kelompokmu perekrut?"

"Gigi Hadid," Kendall menegaskan.

"Kami akan bekerja sama dengan Ms. Hadid untuk menyebarkan berita tentang pekerjaan yang tak bisa kami penuhi dari kondisi saat ini, tapi kuharap kau bisa menolong kami memulai sertifikasi dan surat izin untuk beroperasi." David menggulung cetak biru dan mengembalikan ke kotak penyimpanan, lalu mengeluarkan map. "Aku punya panduan federal untuk memulai, dan formulirnya."

Kendall mengerjap-ngerjap. Rupanya ia sudah meremehkan Booker bersaudara. Dan bagaimana mereka bisa tahu bahwa ia bermimpi menjadi bagian dari jenis rumah sakit jenis ini sejak lulus kuliah kedokteran? "Aku akan melakukan yang aku bisa selagi ada di sini."

Senyum lebar David membuat Kendall merasakan sensasi yang sulit di jelaskan. Sensasi itu mengguncangnya, seperti jalan menuju Happiness, yang berakhir tiba-tiba.

"Siap berkeliling?" tanya David

"Apa kau bisa membawaku ke menara dulu agar aku bisa menelepon?"

"Ayo," ajak David sambil menyimpan map dan mengambil helm.

Perjalanan ke puncak gunung itu benar-benar menyegarkan. Kendall memejamkan mata dan menghirup aroma laurel gunung yang David tunjukkan kemarin. Dua kelinci melompat ke jalur mereka dan terus melompat maju, sebelum menghilang ke semak-semak.

Setelah tiba di kaki menara, Kendall turun dari ATV, memberikan kruk kepada David, dan berjalan menuju tangga. Ia melompat untuk menggapai anak tangga pertama, membatin bahwa ia tidak menikmati didorong oleh David dari bawah.

Tapi sesungguhnya ia menikmatinya, sialan. Dan rasanya konyol, mengingat pria itu mungkin melakukannya tanpa berpikir dua kali.

Perjalanan ke puncak lebih menyenangkan daripada kemarin, karena Kendall lebih santai, punya lebih banyak waktu untuk menikmati pemandangan. Saat tiba di pelataran, ia menikmati pemandangan yang menakjubkan berwarna zamrud dan ungu sebelum mengeluarkan ponsel untuk memeriksa e-mail dan pesan suara. Ternyata tidak ada, kenyataan yang diterimanya dengan sengatan rasa sepi. Lalu ia menghubungi kantor Dokter Amanda, lega saat pembimbingnya itu menjawab, dan senang karena wanita itu tampaknya gembira menerima teleponnya.

"Bagaimana keadaan di perdesaan, sayang?"

"Hmm.. berbeda," kata Kendall, berusaha terdengar riang.

"Apa katamu nama tempat itu?"

"Happiness. Happiness, Carolina."

"Kedengaran kuno sekaligus indah."

"Memang begitu," Kendall menyetujui.

"Kami merindukanmu di sini."

*Kendall mencari ide untuk memberitahu Dokter Amanda bahwa ia akan kembali ke Denville, tapi lalu memutuskan untuk tidak memberitahu. Pasti akan sulit menarik profesional medis lain ke Happiness kalau ia sendiri mengaku akan pergi. "Aku rindu suasana di sana." ucap Kendall akhirnya. " Di sini tidak banyak 'tindakan*' (penanganan pasien)."

"Kedengarannya seperti liburan. Aku iri."

"Omong-omong, apakah kau kenal dokter yang mungkin bersedia datang ke sini dan membantu menjalankan klinik yang baru akan di bangun? Mereka membutuhkan asisten dokter, perawat, dan bidan bersertifikasi."

"Aku akan memasang pengumuman," kata Dokter Amanda. "Kau punya alamat tempat itu?"

"Tidak ada padaku," kata Kendall ragu-ragu. Rasanya payah mengatakan bahwa kota itu belum memiliki kode pos, jadi ia memberi Dokter Amanda petunjuk dasar dari jalan utama antarnegara bagian terdekat dan memberitahu kalau wanita itu menemukan orang yang tertarik pada posisi-posisi tadi, supaya meneleponnya.

"Bagaimana pemandangannya?" tanya Dokter Amanda dengan suara mendayu.

"Indah," jawab Kendall sambil mengernyit sedikit.

"Maksudku para pria di sana. Aku juga membaca iklan di koran itu."

Wajah Kendall memerah. Dokter Amanda mengenal mantan tunangannya sejak pria itu sering mampir di tempat praktik untuk menjemput Kendall makan siang atau membawakan bunga.

"Aku belum sempat memperhatikan," sahut Kendall riang.

"Tadi mantan tunanganmu ke sini," ucap Dokter Amanda, suaranya lirih.

Kendall berdebar-debar. "Oh?"

"Ia dan pacar barunya datang untuk periksa darah."

Untuk surat nikah mereka... di tempat semua orang mengenalnya. Dada Kendall terasa sesak dan matanya berkaca-kaca.

"Aku turut sedih, Kendall. Dulu aku selalu mengira dia pria baik-baik, tapi sekarang jelas ia sudah kehilangan akal sehat."

Kendall tak sanggup bicara. Berapa pukulan lagi yang mampu ia tahan?

...****************...