NovelToon NovelToon
"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: PrinsesAna

Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.

Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.

Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Pagi itu, Ara pergi ke sekolah seperti biasanya. Ia hanya berpamitan kepada Bi Ina, bahkan mengabaikan keluarganya yang menurutnya mengesalkan.

Sesampainya di sekolah, Ara tetap menjadi pusat perhatian seperti biasa.

“Yuk, ke kelas, Ra,” ajak Jessika.

“Hm,” balas Ara singkat sambil mengangguk kecil.

Ara dan para sahabatnya berjalan menuju kelas. Darren dan Kenzo tidak masuk sekolah hari itu karena sedang sibuk dengan tugas penting di perusahaan ADW, perusahaan keluarga Ara sebelum ia mengubah identitas menjadi Alea.

Begitu tiba di kelas, Ara langsung merebahkan kepala di meja. Sementara itu, Jessika, Nabila, dan Manda sudah asyik dengan obrolan khas mereka. Hanya Ara dan Risa yang memilih untuk beristirahat hingga guru tiba di kelas.

“Pagi, anak-anak,” sapa guru yang baru masuk ke kelas.

“Pagi, Bu,” jawab seluruh kelas serentak.

“Kalian berdua di belakang, kalau mau tidur lebih baik keluar dari kelas,” ujar guru tersebut sambil menunjuk Ara dan Risa.

Manda segera membangunkan Ara. “Ra, bangun! Guru sudah masuk.”

Ara pun terbangun dan menatap ke depan dengan malas. Jessika juga membangunkan Risa agar segera mengikuti arahan guru.

“Baiklah, anak-anak. Mengingat sebentar lagi kita akan merayakan ulang tahun sekolah, semua siswa diharapkan ikut berpartisipasi. Perayaan kali ini akan sedikit berbeda karena pemilik sekolah akan mengungkap identitasnya saat acara nanti. Jadi, sekarang kalian bisa mulai membuat rencana acara apa yang ingin ditampilkan dari kelas masing-masing,” jelas guru panjang lebar.

“Baik, Bu,” jawab mereka serempak.

“Hari ini jam pelajaran kosong untuk semua kelas karena para guru akan rapat. Manfaatkan waktu ini untuk berdiskusi tentang acara kalian,” lanjut guru tersebut. Mendengar itu, seluruh kelas bersorak senang.

“Baiklah, Ibu pamit dulu,” ucap sang guru sebelum meninggalkan ruangan.

“Oh iya, Ra. Jadi kan rencana yang tadi kita omongin?” tanya Jessika, dibarengi anggukan persetujuan dari Manda.

“Jadi,” jawab Ara santai sambil tetap asyik bermain dengan ponselnya.

“Terus bukti-buktinya gimana, Ra?” tanya Manda penasaran.

“Nanti malam kita ke Club Starlight. Gue dapat info kalau si jalang itu bakal ada di sana malam nanti,” jawab Ara dengan nada datar.

“Oke,” sahut Jessika dan Manda sambil mengangguk puas.

“Ngomong-ngomong, gimana kalau lo sama Risa tampil pas acara ulang tahun sekolah? Lo kan bisa nyanyi dan Risa mah jago main gitar. Setuju nggak, Ris?” usul Jessika sambil melirik Risa.

“Gimana menurut lo, Ra?” tanya Manda penasaran.

“Oke juga, tapi gue mau tampil sebelum pengumuman pemilik sekolah,” jawab Ara penuh percaya diri.

“Oke, biar nanti gue atur jadwalnya buat lo tampil. Eh, Ris, lo gimana? Jangan cuma diem aja kayak patung!” ujar Jessika sambil bersungut-sungut melihat Risa yang tidak memberikan tanggapan apa pun.

"Hmmm," jawab Risa.

"Hmmm, gimana nih, Ris? Iya apa enggak? Kagak ngerti gue, Ris," ucap Manda sambil menggaruk kepalanya.

"Iya, gue ikut," jawab Risa akhirnya.

"Udah fix kan kalian berdua tampil? Tunggu di sini, biar gue lapor sama ketua kelas," ucap Jessika, lalu ia langsung menuju meja ketua kelas, diikuti Manda dan Nabila.

Sementara itu, Gio juga dipaksa ikut tampil di acara ulang tahun sekolah oleh geng Bruiser.

"Ikut aja deh, Bos. Kan suara lo bagus tuh," ucap Lucas yang duduk di belakang Gio.

"Iya, Bos, mending ikut aja, kan," timpal Alvin yang turut membujuk Gio.

"Serah lo deh. Gue keluar dulu, lo atur aja semua," jawab Gio sebelum keluar kelas.

"Yes! Akhirnya si Bos mau juga," seru Lucas sambil tos dengan Alvin dan Ryan.

Gio berjalan menuju kelas Ara setelah bel istirahat berbunyi. Entah kenapa, ia ingin sekali makan bersama Ara.

Saat sampai di depan kelas Ara, Gio langsung disambut oleh Ara yang juga hendak menuju kantin.

"Yuk bareng aja. Aku juga udah lapar," ujar Gio sambil menggenggam tangan Ara.

Jessika, Manda, dan Nabila beserta geng Bruiser terkejut melihat tangan Gio menggenggam tangan Ara. Suara Gio juga berbeda—tidak dingin atau datar seperti biasanya.

"Hmm," sahut Ara malas, enggan berdebat karena rasa laparnya yang semakin tak tertahankan. Pagi tadi ia bahkan belum sempat sarapan.

"Itu beneran si Ara. Mereka ada hubungan apa ya?" tanya Varo penasaran.

"Nggak tau gue. Ntar aja kita tanya. Yuk susulin, gue udah lapar tahu nggak?" sahut El sambil menarik tangan Manda dan Nabila menuju kantin. Jessika hanya bisa terdiam melihat aksi El.

Akhirnya Jessika, Risa, Varo, dan Azka ikut menyusul mereka.

Sepanjang perjalanan menuju kantin, Gio dan Ara menjadi pusat perhatian banyak orang. Namun mereka cuek saja dan tetap berjalan dengan ekspresi datar seperti biasa.

Setelah sampai di kantin, Ara langsung duduk di tempat favoritnya bersama sahabat-sahabatnya.

"Kamu mau makan apa? Biar aku yang pesan," tanya Gio begitu Ara duduk.

"Nasi goreng sama jus jeruk aja," jawab Ara. Gio pun segera beranjak ke stand makanan untuk memesan.

"Eeh... Mana itu anak? Kok lo sendiri aja?" tanya Azka begitu melihat Ara sendirian di meja.

"Tuh," tunjuk Ara ke arah Gio yang sedang mengantri.

"Gila! Woi, dia rela antri demi lo, Ra," ucap Manda kagum.

"Oh iya, sampai lupa. Lo ada hubungan apa sama dia, Ra?" tanya Varo mewakili rasa penasaran mereka.

"Entahlah... Gue juga nggak tau. Bingung gue," jawab Ara sambil menatap Gio yang masih mengantri.

"Gue rasa nih ya, Ra, cowok itu suka sama lo," ucap Azka yang diamini oleh Varo.

"Iya, gue juga rasa gitu, Ra. Dia suka sama lo. Lagian dia nggak pernah tuh belain si jalang itu. Jadi nggak apa-apa deh kayaknya," imbuh Jessika, setuju jika Ara dekat dengan Gio.

"Gue setuju sama lo, Jes," timpal Manda dan Nabila serempak.

"Udah?" suara Risa tiba-tiba terdengar menembus suasana obrolan mereka.

"Udah, kan? Lo ngomongnya cukup. Sekarang mending pergi pesen," ujar Risa sambil melirik Jessika, yang langsung memanyunkan bibirnya.

"Jangan sok imut deh. Malah mirip bebek lo," balas Risa dengan nada tajam. Seperti biasa, komentarnya memang selalu pedas.

"Ya ampun! Masa gue disamain sama bebek sih?" protes Jessika sambil bersungut-sungut.

"Sudah, biar gue sama Nabila aja yang pergi pesen. Kalian mau apa?" tanya Manda, yang sudah berdiri bersama Nabila.

"Mie ayam bakso sama es teh aja. Samain semuanya biar nggak ribet. Nih, gue yang traktir," jawab Risa sambil menyerahkan lima lembar uang seratus ribu kepada mereka.

Dengan antusias, Nabila dan Manda segera mengambil uang dari Risa lalu bergegas memesan makanan. Mereka takut kalau terlalu lama, traktiran itu dibatalkan.

"Rezeki anak saleh nih. Duit gue jadi aman," celetuk Azka sambil tertawa, membuat yang lain ikut tertawa juga.

"Ini makanan kamu," ujar Gio, yang tiba-tiba datang membawa nampan berisi makanan. Di atasnya terdapat nasi goreng milik Ara.

Tawa mereka seketika berhenti begitu Gio datang.

"Makasih," jawab Ara singkat sebelum langsung menyantap nasi gorengnya, sementara Gio duduk di sebelahnya.

"Stop! Jangan pada teriak deh, kalian," interupsi Jessika, yang melihat Nabila dan Manda kembali ke meja sambil membawa makanan.

Manda dan Nabila spontan cemberut karena larangan Jessika.

"Hahaha, kocak banget muka mereka gara-gara lo, Jes," komentar Varo sambil tertawa melihat ekspresi Manda dan Nabila.

"Bodo amat. Daripada dua curut itu teriak-teriak," ucap Jessika tak peduli.

Varo, Azka, dan El tertawa menyaksikan ekspresi kesal Jessika.

Mereka semua mulai makan dalam suasana hening, namun tetap nyaman. Di meja yang tak jauh dari mereka, geng Bruiser memandangi Gio, yang sedang duduk dekat dengan Ara.

Rasa penasaran mereka memuncak, bertanya-tanya kenapa Gio bisa sedekat itu dengan Ara.

Vania menatap Ara dengan pandangan penuh kebencian. Baginya, Ara terlalu sering membuat masalah. Dulu Ara sempat dekat dengan Gavin, dan Vania merasa dipermalukan karena harus bersaing memperebutkan Gavin kala itu. Sekarang, ia merasa Ara kembali mengancamnya lantaran kedekatannya dengan Gio. Namun Vania bertekad untuk merebut Gio dari Ara bagaimanapun caranya.

"Gue liat-liat, Gio sama Ara cocok juga ya," celutuk Lucas sambil mengamati pasangan itu dari kejauhan.

"Gue sependapat sama lo. Ara sekarang udah lumayan cantik dan kelihatan gemesin juga," timpal Ryan, setuju dengan komentar Lucas.

Lucas mengingatkan Arga dengan nada kesal agar tidak asal berbicara karena bisa berujung fitnah. Namun, Vania segera membela Arga dengan wajah berpura-pura polos.

"Tapi kan Kak Ara sering keluar malam, terus nggak tahu pergi ke mana. Ditambah, dia punya motor bagus," ucap Vania, mencoba memberi alasan.

Lucas merespons dengan nada menyindir, "Bukannya keluarga kalian kaya? Mungkin saja ayah kalian yang belikan motor itu. Atau mungkin benar si Ara nggak dinafkahi sama orang tua kalian?" Komentar Lucas semakin membuat suasana memanas. Ia merasa tidak suka dengan cara Vania menyudutkan Ara tanpa bukti.

Keramaian di kantin mulai menaruh perhatian pada Arga dan Vania. Banyak yang menatap mereka dengan ketidaksukaan sehingga Arga dan Vania merasa malu.

"Gue yakin bokap sama nyokap punya alasan kenapa begitu sama Ara," Arga mencoba membela diri.

Namun, Lucas kembali menyuarakan pendapatnya dengan nada tajam, "Nggak penting alasannya apa! Ara itu darah daging orang tua kalian. Wajar dong mereka bertanggung jawab penuh pada Ara. Kecuali, maaf ya, kayak Vania yang bukan darah daging mereka, jadi kemungkinan besar nggak dinafkahi." Ucapan Lucas membuat beberapa teman Ara terkekeh kecil sambil memerhatikan perubahan wajah Arga dan Vania.

Kesal dengan pembelaan Lucas, Arga memandang sinis ke arah Ara yang sedang makan dengan tenang dan mengatakan, "Serah lo! Yang jelas, menurut gue dia tetap jalang."

Gio, yang sudah muak mendengar ucapan Arga, langsung berjalan ke arahnya. Dengan penuh emosi, Gio melayangkan pukulan ke wajah Arga hingga semua orang di kantin terlihat kaget.

"UDAH GUE BILANG DIA ADEK LO, DARAH SAMA LO! JANGAN CUMA GARA-GARA DENGER CERITA ORANG ASING LO MALAH BENCI ADEK LO SENDIRI TANPA LO CARI BUKTI! GUE UDAH BILANG STOP! GUE NGGAK MAU LO NYESEL!

TERUS BUAT LO JUGA, JANGAN PERNAH JELEKIN ARA DI DEPAN SEMUA ORANG! GUE NGGAK TERIMA CEWEK GUE DIJELEKIN SAMA SIAPA PUN! SEKALI LAGI, KALAU LO CARI MASALAH SAMA ARA ATAU CEWEK GUE, GUE NGGAK AKAN SEGAN-SEGAN BUAT HANCURIN LO! GUE NGGAK PEDULI MAU LO TEMEN GUE ATAU SIAPAPUN!" Gio berteriak marah sambil menatap tajam ke arah Arga dan Vania.

Setelah itu, Gio segera berjalan menuju tempat Ara bersama teman-temannya.

"Cabut," ucap Gio sambil menggenggam tangan Ara. Mereka keluar dari kantin, diikuti oleh teman-teman Ara, termasuk Lucas yang ikut bergabung meninggalkan kantin bersama mereka.

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Deyana: Makasih ya kak..
total 1 replies
♥Kat-Kit♥
Ceritanya dapet banget.
Deyana: thanks banget kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!