NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH DUA : TERLALU BERLEBIHAN

“Kenapa dengan bibirmu?” tanya Wira penasaran. Ditatapnya bibir Gita, yang dihiasi polesan lipstik warna merah.

Gita menggeleng, lalu tersenyum, mengesankan bahwa dirinya baik-baik saja.

“Apa bibirmu terluka? Saya tidak merasa menggigitnya.” Wira masih menatap penasaran.

“Tidak.” Gita kembali menggeleng. “Tidak apa-apa. Aku hanya … um … sariawan.” Setelah berkata demikian, dia langsung menghadapkan tubuh ke depan. Diraihnya minuman yang Wira sajikan, lalu diteguk sampai tersisa setengah.

Melihat bahasa tubuh Gita yang dirasa aneh, membuat rasa penasaran Wira kian besar. Namun, dia tak ingin memaksa gadis itu untuk bicara jujur.

Embusan napas pelan meluncur dari bibir Wira. Pengusaha tampan 40 tahun tersebut membuka kancing kemeja di pergelangan tangan, kemudian melipatnya hingga tiga per empat. “Bagaimana jika kita bermalam bersama di sini?”

“Maksud Mas Wira?” Gita menoleh, menatap tak mengerti.

“Saya sedang tidak ingin pulang ke rumah. Selain itu, saya juga butuh teman bicara.”

“Tapi, apakah Mas Wira sudah bicara dengan Pak Rais sebelumnya?” tanya Gita memastikan.

Wira kembali mengembuskan napas pelan. Kali ini terdengar cukup berat, seakan ada ganjalan yang menghimpit dadanya. Wira menyandarkan kepala ke sandaran kursi, dengan posisi wajah menengadah ke langit-langit ruangan. “Saya menawarkan sesuatu kepada Rais,” ucapnya, tanpa mengubah sikap duduk.

“Menawarkan apa?” Gita setengah menghadapkan tubuh kepada Wira, yang kali ini menatapnya penuh arti.

Senyum kalem terlukis di paras tampan Wira. Meskipun baru tiga kali bertemu dengan Gita, tetapi mereka seperti sudah saling mengenal sejak lama. Tak ada rasa canggung atau semacamnya.

“Mas membuatku penasaran,” ucap Gita lagi, berhubung Wira tak juga memberikan penjelasan.

Tak ada maksud hendak mengajak bermain-main. Namun, Wira juga tidak menyangka bahwa Gita akan begitu penasaran dengan dirinya. Pria yang selalu tampil rapi khas para eksekutif muda tersebut mengubah sikap duduk, jadi setengah menghadap kepada Gita. “Saya menginginkanmu,” ucapnya terdengar santai, tetapi serius.

“Menginginkan?” ulang Gita pelan. “Aku minta maaf karena belum bisa …. Aku juga tidak mengerti kenapa Mas Wira masih ingin bertemu denganku\, padahal ____”

“Sudah saya katakan tadi. Saya menginginkanmu.”

“Maaf, tapi … tapi aku tidak mengerti dengan maksud dari kata ‘menginginkan’.” Gita kembali menghadapkan tubuh ke depan. Perasaannya kali ini bukan hanya resah karena Mandala dan Rais, tetapi juga oleh ucapan Wira yang dinilai terlalu berlebihan.

“Biar saya perjelas, Gita.” Nada bicara Wira terdengar sangat tenang dan penuh wibawa. Memancarkan kharisma luar biasa, yang bisa membuat wanita manapun pasti terpesona. “Saya meminta kepada Rais, agar tidak memberikanmu pada pria lain. Cukup saya, Gita. Hanya untuk saya.”

“Jangan mengada-ada, Mas.” Gita langsung berdiri, lalu menjauh dari sofa. Dia berpindah ke dekat jendela kaca, berdiri di sana sambil menatap ke luar.

“Apanya yang mengada-ada?” Wira ikut berdiri, kemudian menghampiri Gita dan berdiri di dekatnya. “Saya yakin kamu ingin hidup normal seperti wanita lain, kan?”

“Ya, tapi ….” Gita menggeleng pelan, tak tahu harus berkata apa.

“Saya akan membawamu dari Rais. Berapapun harga yang pria itu pinta, pasti akan saya penuhi,” ucap Wira yakin.

Namun, rasa percaya diri Wira justru dibalas dengan tawa pelan oleh Gita. Gadis itu kembali menggeleng, diiringi tatapan ragu.

“Saya tidak main-main. Satu keputusan akan mengubah banyak hal. Saya sudah memikirkannya dari semenjak bertemu denganmu,” ucap Wira lagi, berusaha meyakinkan Gita yang justru makin terlihat ragu.

“Tidak akan semudah itu, Mas. Pak Rais pasti menolak.”

“Ya. Dia menolak. Namun, saya tidak ingin langsung menyerah. Orang tamak seperti Rais, tak akan tahan jika dihadapkan pada uang banyak. Kita lihat saja seberapa besar keteguhannya dalam mempertahankanmu.”

Lagi-lagi, Gita hanya menggeleng. Bukan karena tak percaya atau tidak mengerti. Namun, keyakinan untuk terbebas dari Rais sangat kecil, meskipun ada seorang Wira yang siap membantunya.

“Mas Wira tidak perlu melakukan apa pun demi wanita murahan sepertiku. Apa yang Mas harapkan? Aku sudah dinikmati banyak pria. Tak ada yang tersisa, bahkan untuk secuil harga diri. Aku hanya akan memberikan rasa malu dan penghinaan besar. Jadi, sebaiknya lupakan niat itu.”

“Bagaimana jika saya tidak mau?” tolak Wira.

“Mas belum mengenalku dengan baik,” ujar Gita, seraya menghadapkan tubuh kepada Wira.

“Kamu juga belum mengenal saya dengan baik,” balas Wira. Diraihnya tangan Gita, lalu digenggam erat. “Sudah lama saya tidak merasakan kenyamanan saat berdekatan dengan seorang wanita. Saya menikmati kebersamaan seperti ini dan berharap kamu selalu ada di kala saya membutuhkan seseorang untuk bicara.”

“Mas pikir aku dapat diandalkan? Aku tidak yakin bisa mengimbangimu. Aku bukan pengusaha, bukan orang terpelajar, bukan berasal dari kalangan atas.”

“Tapi, kamu mampu memberikan kenyamanan tersendiri bagi saya. Itu yang terpenting dari semua yang kamu katakan tadi.”

Gita tidak langsung menanggapi. Dia hanya menatap Wira dengan sorot tak dapat diartikan. Ada banyak pertanyaan yang berputar di benaknya. Namun, Gita sendiri tak bisa memahami apa yang jadi beban pikirannya saat ini.

Mandala? Ah, tidak. Dia tak memiliki hubungan apa-apa dengan pria itu. Cinta semalam yang pernah terjadi di antara keduanya, hanya merupakan selingan dari sekian banyak ketegangan dalam hidup gadis 23 tahun tersebut. Namun, apakah itu akan sangat berpengaruh?

Wira? Dia hanya pria kaya yang terlalu berlebihan. Mungkin karena bingung dalam menghabiskan uang atau apalah namanya. Namun, tak pantas juga dijadikan sebagai acuan perubahan masa depan yang lebih baik.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Wira pelan, seraya mendekap erat Gita yang malam itu menemaninya tidur seranjang. “Saya kira kamu sudah tidur?”

Gita tersenyum kecil. “Aku seperti ingin ke kamar mandi, tapi tidak jadi,” jawabnya pelan. “Ini masih jam dua pagi. Sebaiknya, kita tidur lagi.”

“Ya. Terima kasih sudah bersedia menemani saya. Rasanya nyaman sekali bisa memelukmu seperti ini.” Wira mengeratkan dekapan, lalu kembali memejamkan mata.

Gita hanya menggumam pelan. Ini adalah pertama kali baginya, menemani seorang pria tanpa melakukan hubungan intim. Entah karena Wira bodoh, atau memang sepenuhnya mendapatkan kenyamanan bukan hanya dari aktivitas panas di ranjang.

Langit gelap telah sirna, berganti terang dengan cahaya mentari yang terasa hangat. Gita termenung sambil duduk di closet, memandangi sebungkus pembalut yang sengaja Wira belikan untuknya. Mau tak mau, dia tetap memasangkannya di pakaian dalam.

“Lama sekali,” ujar Wira, yang sabar menunggu sambil memainkan telepon genggam di kasur.

“Maaf.” Gita tersenyum, lalu merapikan diri di depan cermin.

“Saya pastikan kamu akan secepatnya pindah kemari,” ucap Wira, seraya memeluk mesra Gita dari belakang.

1
Titik pujiningdyah
aku curiga si wira ini mucikari jg deh
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Minat jadi anak buahnya ga?
total 1 replies
Dwisya Aurizra
Maman nyaranin Gita untuk tidak dekat" dgn wirwir, eh sekarang wirwir yg berkata gitu...
woy kalian berdua tuh ada apa sebenernya
Gita kan Lom tahu sipat asli kalian berdua
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mentang² Maman berambut panjang
total 3 replies
Najwa Aini
jadi semacam kompetisi terselubung ini ..😆😆
Najwa Aini
uiiyy..tepat..
Najwa Aini
Gita juga belum tau siapa kamu sebenarnya, Wira...
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Kasih paham, Kak
total 1 replies
Rahmawati
penasaran hubungi wira dan mandala, sepertinya mereka memang saling mengenal
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ikuti terus ya, Kak
total 1 replies
Titik pujiningdyah
plng rais dibebasin wira jumbo
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ga pernah nemu nama jajanan gt ah
total 3 replies
Rahmawati
paling cuma sebentar pak rais di tahan
Siti Dede
Aku kok nggak rela kalau Gita sama Mandala
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Realistis ya, Kak🤭
total 3 replies
Lusy Purnaningtyas
maman g punya apa² toh?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Dia punya hasrat, Kak😄
total 1 replies
Dwisya Aurizra
padahal udah antepkeun aja biar Mandala menghabisi Rais kalo metong itu jasadnya kubur aja di bangunan yg balon jadi, itung" tumbal🤭
Rahmawati
lanjuttt
Najwa Aini
Wuihh Mandala ditusuk!!🤭🤭
Najwa Aini
Rais yg dibogem, aku yang senang. Definisi menari di atas luka mungkin ini ya..tapi biarlah..😄😄
Titik pujiningdyah
satu bab doang nih?
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Pijitin dulu sini. Nyai pegal-pegal
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaampun tua bangka gtw diri
Najwa Aini
Cover baru nih
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aku ga akan tersinggung karena itu juga ga konfirmasi dulu gantinya, Kak
total 3 replies
Titik pujiningdyah
jangan2 si wira mau jual gita ke luar nagre🤣
Titik pujiningdyah: tau aja sih
total 2 replies
Titik pujiningdyah
pilih wira aja lah. plng gk kan bisa foya2
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Istri cerdas
total 1 replies
Dwisya Aurizra
keknya Mandala dan Wira ada masalah dimasa lalu yg belum selesai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!