Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Dansa Pertama
Pesta Kelahiran Erika Serriot
Musik beralun dan menggema di seluruh sudut aula pesta kediaman keluarga Serriot. Semua mata memandang Erika dan Pangeran Lucas yang sedang berdansa di tengah aula. Banyak para bangsawan terkagum dengan gerakan Erika yang terlihat elegan, seolah-olah bukan orang yang baru pertama kali melakukannya. Grand Duke dan Duchess yang melihat dari kejauhan merasa bangga terhadap putri satu-satunya mereka.
Robert dan Andreasmelihat adik mereka dengan mengerutkan kening. "Entah kenapa hari ini banyak lalat," gumam pelan Andreas sambil meminum sampanye.
Beberapa bangsawan juga ikut menari di tengah aula pesta. Sedangkan Pangeran Zester masih berbincang dengan beberapa Lady di pesta, tetapi fokusnya terpecah melihat Erika yang sedang berdansa dengan Lucas. Di sisi lain, Pangeran Kedua Edwin Lardine menikmati makanan di lantai 2 sambil melihat lantai dansa.
"Ha.. tidak biasanya Lucas tertarik dengan Lady bangsawan, apalagi sampai berdansa," gumam pelan Edwin sambil tersenyum di sudut kiri bibirnya.
Erika yang masih mengikuti gerakan Lucas dan alunan musik merasa gugup. Tangan kanan Lucas yang dingin memegang pinggang Erika seolah-olah menusuk gaun-nya. Tangan Erika yang memegang tangan Lucas pun juga berkeringat dingin. Walaupun Erika bisa mengikuti gerakan dansa, Erika tetap berharap musik cepat selesai.
“Apa yang Lady pikirkan? Sampai-sampai mata Lady tidak pernah menatap saya semenjak berdansa,” kata Lucas yang masih berdansa bersama Erika.
“Ekh.. tidak ada,” kata Erika yang mau tidak mau menatap mata Lucas.
“Kalau begitu lihatlah saya dan jangan mencoba menjauh terus,” kata Lucas yang merasakan badan Erika sedikit menjauh dari badannya. Kini Erika melihat kearah lain dan tak ingin menatapnya.
Lucas yang kesal dengan Erika yang terus mengalihkan pandangannya, ia mendekatkan badan Erika ke badannya secara paksa.
“Aa!..” Erika terkejut karena badannya menempel badan Lucas yang tegap.
“Apa yang Pangeran lakukan? Bagaimana kalau saya terjatuh?” kata Erika dengan sedikit kesal, tapi Pangeran Lucas hanya tersenyum kecil.
“Lady mengkhawatirkan itu? Percayakan saja pada saya,” kata Lucas sambil tersenyum yang membuat Erika sedikit merinding.
Tak lama kemudian Lucas melepas tangan kanannya yang dipegang Erika, lalu memutarkan badan Erika beberapa kali lalu menarik lagi ke dekapan Lucas kembali sebelum menjatuhkan Erika, yang membuat Erika terkejut. Mata yang terpejam karena khawatir dirinya akan jatuh, ternyata Lucas memegang badannya dengan sengaja. Hal ini membuat Erika takut. Erika yang melihat wajah Lucas yang dekat membuat dirinya kesal karena telah dipermainkan seperti boneka bertali. Tapi Lucas hanya tersenyum puas dengan reaksi Erika. Tak lama kemudian terdengar suara tepuk tangan dari penonton. Lucas membantu menegakkan badan Erika dan menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih bahwa diizinkan untuk berdansa.
***
Erika berjalan keluar dari aula pesta dengan langkah kesal. Dia membawa satu piring besar yang berisi kue buah, kacang, cokelat, dan beberapa makanan ringan di pesta. Erika melihat kanan kiri di taman halaman belakang untuk memastikan tidak ada seorang pun mengikutinya. Ketika sudah yakin, ia duduk di kursi taman lalu mulai mengupas kacang dengan kesal.
“Bisa-bisanya aku dipermainkan di pestaku sendiri,” gerutu Erika sambil memasukkan kacang dan cokelat ke dalam mulut hingga penuh layaknya tupai menyimpan makanan dimulutnya.
“Mentang-mentang pangeran,” gerutu lagi Erika yang tidak jelas karena makanan di mulutnya. Erika juga berusaha mengunyah makanan setelah dia kira sudah penuh. Ia menghabiskan makanan yang ada dimulutnya dengan penuh emosional karena teringat kejadian saat pesta dansa. Lalu ia menelan makanan semua dengan susah payah dan meminum air yang ia bawa.
“Padahal ini tidak ada di cerita. Bagaimana bisa mereka berdua berinteraksi denganku sekarang? Apa mungkin efek sifatku dan tokoh utama berbeda? Lalu kalau aku jadi tokoh utamanya, apa akan mendapatkan akhir yang berbeda?” kata Erika sambil memikirkan hal yang mungkin terjadi ke depannya. Ia mematung sejenak dan memikirkan apa yang dia pikirkan.
“Ekhh.. sial!. Bagaimana kalau akhirnya bad ending?” gerutu Erika sambil menjambak rambutnya perlahan karena pusing memikirkan hal buruk.
“Aaaakh aku harus terus mendekati Pangeran Zester! Dengan begitu akan Happy Ending sesuai cerita, kan? Setahuku komik ‘To Be Queen’ adalah cerita happy ending walaupun aku belum selesai membacanya. Ya! Si Rara pernah spoiler seperti itu. Aku harus mendekati Zester supaya sesuai cerita,” kata Erika dengan semangat.
Tak lama kemudian ada suara gesekan rumput di samping tempat duduk Erika. "SREK SREK" Suara itu terdengar jelas membuat Erika terkejut dan berdiri dari tempat duduknya lalu berteriak, “SIAPA DI SANA?!”
Tapi terdengar suara tawa kecil dan helaan napas berat. Seseorang yang ternyata bersembunyi di balik rumput taman pun akhirnya keluar menunjukkan dirinya ke Erika.
“Aaa.. ternyata aku tidak sendiri di sini. Sial, padahal aku sempat tertidur. Mendengar suara berisikmu itu sangat nyaring di telingaku. Tapi ada hal yang menarik yang aku dengar tadi,” suara berat orang itu membuat Erika khawatir. Erika menelan ludahnya karena gugup. ‘Sampai mana dia mendengar kalimatku?’ batin Erika menatap orang itu mendekatinya. Saat orang itu sudah dekat, ia berbisik ke Erika.
“Apa yang kau rencanakan? Sepertinya kau tertarik dengan Zester,” ucapnya membuat Erika takut dengan sorot mata yang tajam berwarna biru itu.
“Ze-Zester? Lancang sekali kau menyebut nama pangeran tanpa gelar,” kata Erika mengalihkan pembicaraan dengan berani, walaupun tangannya sedikit bergetar. Orang itu menatap Erika dengan terkejut lalu tertawa keras.
“A-apa?! WHAHAHAHA.. Apa yang kau bicarakan? Kau mengatakan seperti kucing yang berhadapan dengan serigala,” ucapnya sambil melirik tangan Erika yang masih berpegangan kursi. Erika menyadari tangannya bergetar itu langsung menyembunyikan tangannya di belakang.
“Tapi terserahlah. Aku hanya memanggil adikku sesuai keinginanku. Apa itu salah?” lanjut orang itu sambil duduk di depan Erika dan melipat kedua tangannya di dada.
“A-Apa? Adik?” Erika mencoba mencerna kalimat orang itu sambil menatap wajah orang itu. Lelaki itu juga memiliki tubuh tegap dan kokoh. Serta mata biru seperti Pangeran Lucas dan rambut merah gelap. Dia juga menggunakan pakaian khas keluarga kerajaan Pero.
“Ah! Pangeran Kedua Edwin Lardine?? Ma-maafkan kelancangan saya,” kata Erika sambil membungkukkan badannya. Edwin hanya tersenyum dari sudut bibirnya melihat tindakan Erika.
“Akhirnya kau mengenali ku. Yah, tapi kembali ke pembicaraan tadi. Apa tujuanmu mendekati Zester?” ucapnya. Erika yang bingung untuk menjelaskan hanya menutup mulutnya rapat-rapat sambil duduk perlahan ke kursinya.
“Itu..” kata Erika ragu.
“Aku tidak tahu kau itu musuh kami atau teman kami,” kata Edwin dengan singkat dan tegas.
Yah, walaupun persaudaraan mereka tidak harmonis, bagaimanapun juga mereka juga harus melindungi keluarga mereka sebagai tanggung jawab. Erika mengingat kembali sifat Edwin dalam komik adalah ketegasan mengambil keputusan dan pemberani. Dia juga tidak suka dengan saudaranya, tapi dia tetap menjaga mereka serta kekaisaran ini dalam medan perang. Sifat semaunya sendiri dan bebasnya itu membuat beberapa bangsawan membencinya serta membandingkan dirinya dengan saudara-saudaranya. ‘Kehidupan anak tengah selalu dipandang sebelah mata, tidak di dunia nyata maupun di komik,’ kata batin Erika.
“Kau tidak menjawab pertanyaanku? Jika kau temanku, aku akan membantumu. Tapi jika kau musuhku, aku tidak segan-segan membunuhmu. Kalau kau tidak menjawab, aku akan menyelidikimu,” kata Edwin hendak berdiri dari tempat duduknya. Erika terkejut dengan kata ‘Membunuh’ hingga membulatkan matanya. Di komik, Edwin terdengar lelaki bertindak sesukanya. Membunuh gadis kecil seperti Erika bukanlah hal mustahilkan. Erika menelan ludahnya dan mencoba berfikir sampai berkeringat dingin untuk menyanggah perkataan Edwin.
“Mencintainya! Aku mencintainya,” kata Erika dengan cepat membuat Edwin terkejut.
Bersambung...