Erina (29th) dipaksa Ayahnya bercerai dari suaminya. Erina dipaksa menikah lagi untuk menebus kesalahan Ayahnya yang terbukti telah menggelapkan uang perusahaan.
Agar terbebas dari hukuman penjara, Erina dipaksa menikah dengan Berry, seorang CEO dari perusahaan ternama tempat Ayahnya bekerja.
"Tolong Nak. Ayah tidak ada pilihan lain. Bercerai lah dengan Arsyad. Ini jalan satu-satunya agar ayahmu ini tidak masuk penjara," Wangsa sangat berharap, Erina menerima keputusannya,
"Tinggalkan suamimu dan menikahlah denganku! Aku akan memberimu keturunan dan kebahagiaan yang tidak kau peroleh dari suamimu." pinta Berry tanpa peduli dengan perasaan Erina saat itu.
Bagaimana Erina menghadapi polemik ini? Bagaimana pula reaksi suami Erina ketika dipaksa bercerai oleh mertuanya sebagai syarat agar Erina bisa menikah lagi?
Yuk baca kisah selengkapnya, seru dan menegangkan! Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 Kedatangan Raz
Erina sangat kaget saat membuka pintu depan ternyata Razan yang datang. Sebenarnya hal ini tidak wajar, bertamu malam-malam bisa mengundang fitnah. Apalagi menerima tamu lelaki di saat tidak memiliki suami.
"Raz tumben datang malam-malam begini?" tanya Erina keluar sambil mempersilakan duduk pada Raz di teras. Dia membiarkan pintu rumah terbuka lebar.
"Iya Bu, maaf ya!" jawabnya merasa tidak enak hati.
"Kok kamu tahu rumah Ibu yang sekarang?" tanya Erina bingung karena selama ini ia tidak memberitahukan Razan perihal kepindahan rumahnya.
"Tadi Raz tanya ke orang warung di ujung sana Bu. Ternyata Bu Erin cukup terkenal juga ya. Alhamdulillah Raz nyampe juga di sini," ujarnya merasa senang bisa bertemu dengan gurunya lagi.
"Oh ya? Ibu malah engga tahu kalau ibu terkenal, lah wong ibu bukan publik figur kok. Padahal Ibu juga ga gaul sama ibu-ibu komplek kok bisa terkenal ya? Rasanya tuh kalau sudah di rumah pengennya istirahat terus. Paling kalau keluar ajak Alana main di depan rumah, selebihnya ya di dalam terus sambil menikmati kenyataan hidup yang pahit,"
"Mana ada hidup Bu Erin pahit. Raz lihat hidup Bu Erin sempurna kok. Ada suami dan anak, ibu selalu terlihat bahagia,"
Erina hanya tersenyum saja. Hampir semua berpendapat seperti Razan. Tidak ada yang tahu kemelut yang sedang ia alami selama berumah tangga. Semuanya terlihat baik-baik saja. Keluarganya tampak harmonis dan penuh kebahagiaan. Namun sejak kejadian itu semuanya hilang begitu saja tanpa kompromi.
"Kamu tunggu di sini! Ibu buatkan teh hangat dulu buat kamu ya!"
Tanpa menunggu persetujuan dari Razan, Erina langsung beranjak dari tempat duduknya.
Tidak lama kemudian sebuah mobil mewah datang tepat di depan pintu pagar rumah Erina.
Seorang laki-laki tampan rupawan keluar dari mobil tersebut. Dia menatap sinis Razan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kamu siapa?" tanya lelaki itu datar.
"Saya Razan Om, anak muridnya Bu Erin."
Lelaki itu tersenyum kecut lantas langsung masuk rumah tanpa memberi salam. Ia terus berjalan mencari mantan istrinya tersebut yang ternyata berada di dapur.
Saat Erina membalikkan badannya, ia tersentak kaget melihat mantan suaminya sudah berada di hadapannya.
"Hoo jadi sekarang pilihanmu berondong? Kenapa? Lelaki pilihan bapakmu itu sudah tidak mau sama kamu lagi, lantaran kamu mandul? Kasihan, miris tahu engga!" tuduhnya tanpa empati sedikit pun.
Gigi Erina bergemeletuk mendengar ucapan mantan suaminya yang tiba-tiba datang tanpa permisi sudah ada di dalam rumahnya. Dia masih bersikap tenang tanpa membalas.
"Kalau saja kamu jujur sejak awal, ada kemungkinan aku masih tetap mempertahankan rumah tangga kita," ujar Arsyad sinis.
Erina tersenyum hambar. Dia harus terlihat kuat dan tegar di hadapan Arsyad walaupun sebenarnya dirinya sangat rapuh. Seraya meletakkan dua cangkir teh di atas meja makan, hendak diberikan pada Razan.
"Tapi ya gimana lagi, dari pada aku tidak punya keturunan seumur hidup, jadi ya kita harus pisah," lanjutnya cukup berhasil membuat hati Erina terasa sakit.
"Tidak apa-apa Bang. Keputusanmu memang tepat. Setidaknya ini suatu keberuntungan buatku, aku tahu sifat aslimu sebelum terlalu jauh berumah tangga denganmu. Orang yang mencintai pasangannya dengan tulus, dia tetap akan mempertahankan pasangannya dalam kondisi apa pun. Ternyata hanya setipis tisu kesetiaanmu padaku. Lihat saja Bang, siapa sebenarnya yang mandul. Kamu akan menyesal seumur hidupmu telah melepaskan ku!" ujar Erina setenang mungkin.
Arsyad tertawa remeh, dengan percaya diri sekali mantan istrinya itu mengatakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Seraya menggelengkan kepalanya sambil meletakkan map cokelat yang berisi akte perceraian dari pengadilan di atas meja.
"Tidak akan ada penyesalan dalam hidupku. Aku terlalu bodoh sudah menikah denganmu. Bukti-bukti itu sudah cukup membuatku membuka mata. Ini terima lah sebagai bukti kalau kita sudah tidak memiliki ikatan apa-apa lagi. Kita sudah resmi bercerai!" ujarnya penuh penekanan.
Seorang wanita tiba-tiba masuk ke rumah Erina tanpa salam, jalannya berlenggak-lenggok bagaikan seorang model yang sedang tampil di acara fashion show.
"Mas lama sekali kamu di dalam. Ayo kita pulang!" rengeknya sambil bergelayut manja.
Erina menatap tajam adik sepupunya yang telah merusak rumah tangganya. Dengan cara yang licik, sepupunya mampu memisahkan tali pernikahannya dengan Arsyad.
"Rin seminggu lagi kami akan menikah," ujar Arsyad memberitahukan masa depan mereka sebelum mereka pergi.
Erina menatap tajam adik sepupunya yang selalu nempel pada mantan suaminya.
"Oh selamat kalau gitu. Ternyata adik sepupuku ini sangat menyukai barang bekas. Semoga barang bekasnya masih ori ya!" sindir Erina dengan hati yang penuh luka.
Wajah Rasti memerah menahan amarah. Namun ia menahannya demi menarik perhatian Arsyad.
"Kamu jangan asal bicara. Jangan pernah membandingkan diriku dengan barang bekas. Aku jamin perjodohanmu dengan lelaki kaya itu tidak akan pernah terwujud kalau dia tahu bahwa dirimu mandul. Ingat itu Rin!"
Erina hanya bergeming menahan pedihnya luka yang secara bertubi menampar dirinya. Bagaikan luka yang menganga ditaburi garam, sangat perih.
Erina bukanlah wanita yang kuat. Begitu kepergian dua orang yang telah menusuk jiwanya, dia menangis. Sambil meraih amplop besar berwarna coklat, dia tergugu.
Erina membuka amplop itu dengan gemetar. Tidak pernah bermimpi sedikitpun menjadi seorang janda di usia muda. Alana yang menjadi pengikat cintanya pun seolah tidak ada artinya di mata Arsyad. Mantan suaminya memilih pergi bersama Rasti. Dia sangat paham, Rasti memiliki segalanya.
Razan yang sejak tadi masih duduk di teras merasa bersalah. Dia masuk untuk meminta maaf karena merasa bersalah telah bertamu di malam hari sehingga kehadirannya memicu pertengkaran oleh keduanya.
"Maafkan Razan Bu. Kehadiran Razan membuat Ibu dan suami Ibu bertengkar..."
Erina mendongak sambil mengusap air mata yang merembes ke pipinya. Dia lupa kalau sejak tadi ada seseorang yang bertamu di rumahnya.
"Dia bukan suami Ibu lagi. Ibu sudah berpisah dengannya" lirihnya melirik sebentar lelaki muda yang masih setia berada di rumahnya.
Razan terhenyak. Entah ini suatu kabar gembira atau bukan buat Razan. Namun untuk saat ini, Razan merasa prihatin dengan nasib Erina.
"Maaf ya Bu."
"Aaah tidak apa-apa Raz. Ngomong-ngomong Raz ke sini mau apa? Ini sudah malam lho. Ibu kan pernah bilang, kalau malam sebaiknya ada di dalam rumah saja, ga boleh keluyuran malam."
Razan menunduk.
"Raz tidak mau pulang Bu. Lagi pula kalau pun Raz pulang, Papa tidak akan peduli lagi sama Raz. Mendingan Raz keluar saja. Kalau ibu tidak mau Raz ada di sini, mendingan Raz pergi saja,"
Raz beranjak dari tempat tersebut, namun cekalan tangan Erina membuat dirinya tertahan.
"Eeeh mau kemana?" tanya Erina merasa khawatir.
"Pergi yang jauh. Siapa pun tidak akan bisa menemukan Raz. Bahkan guru Raz pun tidak berkenan menjadi sandaran bagi Raz,"
Razan melepas pegangan tangan Erina. Dia pergi membuka pintu pagar rumah Erina dan...
nahh lohh Bu Emmi ... bersiap lahh
Tenang Bu gurumu ngk kan biarkan mu pergii
gimana dia bisa di atur kalau papanya aja ngk ngertii
Byk yg gk suka ma razan apalg guru” pdhl mereka bs aja dipecat dan dikluarkan sm papa razan