NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Ranjang Mr. Arrogant

Cinta Di Atas Ranjang Mr. Arrogant

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / PSK / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: gustikhafida

*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Krek ….

Bugh!

"Aduh, sakit!" keluh Boy saat tubuhnya mencium lantai.

"Tuan Boy," teriak Jesica. "Anda—"

"Kamu kalau mau buka pintu itu bilang, dong! Jadi, aku tidak perlu berlari kencang dan jatuh, Jes!" keluh Boy berusaha bangkit.

Jesica membantu Boy bangkit dan memintanya untuk duduk di tepi ranjang.

"Apa sangat sakit? Kalau Tuan tidak bisa menahan sakit, lebih baik kita ke rumah sakit saja. Saya takut, terjadi sesuatu dengan anda”

"Jangan di bawa ke rumah sakit, Jes! Biar aku panggilkan mbah dukun pijat saja. Paling, ada tulangnya yang geser." timpal Tania membuat Boy melototkan matanya.

"Tukang pijat?" gumam Boy yang mendapat anggukan dari Tania.

"Ya, bukankah saran aku sangat bagus?" jawab Tania dengan bangganya.

"Bagus? Kau bilang, semua saranmu bagus? Kau bisa lihat sendiri saranmu yang memintaku untuk mendobrak pintu kamar Jesica dan aku berakhir seperti ini!" geram Boy.

"Yaelah, Tuan. Tuan kan laki-laki. Seharusnya, laki-laki tidak boleh lemah. Masa jatuh ke lantai saja sudah kesakitan." ejek Tania.

"Kamu! Kamu bilang apa, ha!" teriak Boy sembari memegang pinggangnya yang sakit.

"Stop! Stop!" teriak Jesica.

"Tania, sudah dong! Kamu jangan mengejek Tuan Boy terus. Dia sedang kesakitan." pinta Jesica.

"Siapa yang mengejek, Jesica! Justru, aku ingin menyarankan yang terbaik. Kalau kita ke dokter, memangnya kamu mampu bayar biaya dokter, hem? Ingat, kamu juga butuh biaya untuk pengobatan ibumu. Tidak mungkin kalau kamu minta ke pria yang—" Tania menghentikan ucapannya saat melihat tatapan tajam dari sahabatnya.

"Pria yang apa?" tanya Boy penasaran.

"Ih, dasar manusia kepo! Ini bukan urusan anda. Ini urusan aku dengan Jesica!" jawab Tania sembari menjulurkan lidahnya.

"Jesica?" Boy menatap wajah Jesica.

Jesica menggelengkan kepalanya. "Bukan siapa-siapa. Saya akan membawa Tuan ke rumah sakit dan Tuan tidak perlu memikirkan ucapan Tania. Saya akan menanggung semua biayanya."

"Aku tidak semiskin itu, Jes!" geram Boy.

"Tania, bisa ambilkan air putih untuk Tuan Boy." pinta Jesica membuat Tania pergi ke dapur.

Boy menghembuskan napasnya panjang.

"Maaf, Tuan." ucap Jesica. "Setelah ini, saya antar Tuan ke rumah sakit."

"Maaf untuk apa? Kamu tidak bersalah. Dan aku tidak perlu di bawa ke rumah sakit. Cukup kamu jujur padaku saja." jawab Boy.

"Jujur untuk apa?" tanya Jesica.

"Kamu pasti tahu, kemana arah pembicaraan sahabatmu itu, kan?" tanya Boy.

"Jesica, aku menyayangimu. Dan aku tidak mau, wanita yang aku sayangi menderita. Pekerjaanmu yang sekarang, pasti membuatmu tidak nyaman. Bagaimana kalau kamu menikah saja denganku. Aku bisa membiayai pengobatan ibumu. Dan kamu tidak perlu repot-repot bekerja. Kamu cukup duduk manis menyambut kepulanganku saja." ucap Boy yang meraih kedua tangan Jesica.

"Aku janji, aku akan membuat hidupmu bahagia. Hukum aku kalau kamu menangis karenaku." sambungnya lagi.

Jesica terpaku sejenak, dia menarik tangannya. "Maaf, Tuan. Tapi saya tidak bisa menerima anda." jawabnya sembari membuang wajahnya.

"Apa? Ta-tapi kenapa?"

"Karena saya tidak bisa, Tuan. Saya tidak mencintai anda dan anda melakukan semua ini hanya karena anda iba kepada saya. Jadi, saya tidak bisa menerima permintaan anda." jawab Jesica.

"Ekhem!" Tania masuk kedalam kamar sembari membawa segelas air putih untuk Boy.

"Kalian sedang membicarakan apa, hem?"

"Tidak apa-apa. Aku ke dapur dulu." ucap Jesica.

"Kamu jaga Tuan Boy." titah Jesica kepada sahabatnya.

"Jesica!" teriak Boy.

Jesica melanjutkan langkahnya keluar kamar.

"Apa yang anda lakukan kepada Jesica? Kenapa raut wajahnya tiba-tiba menjadi sedih, ha? Padahal, tadi tidak sesedih ini." tanya Tania dengan emosi.

Boy menelan salivanya dengan susah payah.

'Marahnya seperti macan lepas kandang.' gumamnya dalam hati.

Sedangkan di dapur. Jesica duduk di meja makan sembari melamun.

Drt … Drt ….

Ponsel Jesica berdering, "Mas Gavin." gumam Jesica saat melihat nama si penelpon di layar ponsel.

"Hallo, ada apa, Mas?" tanya Jesica setelah tersambung dengan suaminya.

Di kantor.

'Kenapa aku tiba-tiba menghubungi Jesica? Apa ada yang salah di pikiranku?' gumam Gavin dalam hati.

"Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau sudah sampai di rumah atau belum?" jawab Gavin, tangannya fokus menari di atas papan keyboard.

Jesica menarik kedua sudut bibirnya tipis. "Sudah, Mas. Dan kebetulan di sini ada Tuan Boy." jawabnya.

Gavin menghentikkan jarinya yang menari di atas keyboard. "Apa! Ada Boy?" pekiknya.

"Kenapa dia bisa sampai di rumah itu? Apa kau sengaja memintanya datang ke rumah di saat aku sedang tidak ada, ha!" teriak Gavin.

Jesica menjauhkan ponselnya dari telinga sesaat.

"JAWAB!" teriak Gavin emosi.

"Em, ada Tania di sini, Mas. Dan Tuan Boy hanya menanyakan kabarku saja." jawab Jesica berbohong.

Gavin mematikan telfonnya sepihak. Dia melihat rekaman CCTV di ponselnya.

"Jadi, Boy ada di kamarku bersama sahabatnya Jesica. Mereka sedang mengobrol dan kelihatannya, obrolan mereka sangat asik. Eh, tapi kenapa aku terlalu perduli dengan obrolan Boy dan wanita itu. Tujuanku melihat rekaman CCTV ini karena aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Dan dimana Jesica?" gumam Gavin, ekor matanya melihat rekaman CCTV arah meja makan.

"Oh, ternyata dia ada di sana. Aku akui, dia bisa membuatku puas. Dan sampai kapanpun, aku tidak akan melepaskanmu. Apalagi, memberikanmu kepada Boy yang sangat jelas, ingin memilikimu." gumam Gavin lagi.

"Oh. Jadi ini ruangan model yang di maksud penjaga resepsionis itu?" gumam Blade yang tengah berhenti di depan pintu ruangan.

Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, Blade masuk kedalam ruangan model. Dan dia melihat Clara yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya.

Clara terkejut saat kedatangan Blade.

"Apa yang anda lakukan di ruangan saya?" tanya Clara.

"Menurutmu apa, ha?" jawab Blade dengan senyum sinisnya.

"Kedatanganku kemari, karena aku ingin mengingatkan kepadamu kalau Gavin mau menikah denganku."

"Lalu, apa untungnya bagi saya?" tanya Clara sembari menahan emosinya. "Kalian masih mau menikah kan? Belum resmi menjadi suami istri, kan?"

"Apa maksudmu, ha?" tanya Blade berkacak pinggang.

"Ya, maksud saya adalah … melihat sikap Tuan Gavin tadi, saya justru menarik kesimpulan kalau Tuan Gavin tidak mencintai anda." jawab Clara dengan senyum sinisnya.

Blade selangkah maju kearah Clara.

"Haha … jadi, kau pikir … Gavin tidak mencintaiku? Baru saja mendapat pembelaan dari Gavin, kau sudah—"

"Ya, dari cara melihat tatapan Tuan Gavin kepada anda, saya merasa tidak ada cinta Tuan Gavin kepada anda. Mungkin, seharusnya anda intropeksi diri." ucap Clara menyilangkan kedua tangannya di dadda.

Blade maju satu langkah. "Oh iya? Itu hanya asumsi mu. Dan pada kenyataannya, Gavin adalah CALON SUAMIKU! Dan kau hanya bawahan Gavin yang bisa kapan saja di pecat! Jadi, jangan macam-macam padaku!" ucap Blade kemudian keluar ruangan.

"Kita lihat saja, nanti. Sebelum janur kuning melengkung, aku akan merebut Gavin darimu." gumam Clara dengan senyum sinisnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!