Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 22
Seperti Biasa, Ratih mengendap. takut ketahuan para warga. karena di blok pring gading, masih ramai para warga yang sedang berjaga malam.
"Masih lama mbok?... rasanya kepala bayinya sudah mau keluar." Nadin Merintih kesakitan, Salma Ibunya Nadin menangis melihat anak Keduanya melahirkan.
"Sebentar Lagi nak... ayo terus baca-baca Shalawat biar Bayinya cepet keluar..." dukun desa yang membantu persalinan Nadin, mengusap Perut Nadin, agara cepat keluar
"Ayo Salma, kamu Ambilkan Air Taruh Didalam baskom." Titah Dukun Bayi.
Salma Masuk Kedalam mengambil Air, Dan Juga Beberapa kain.
sementara diluar Ratih Nampak sedang Waspada, melihat ke kanan Dan Ke kiri, "Lama banget...! " Ratih Mengusap keringat dingin diwajahnya.
Lama dia menunggu, Namun belum juga ia mendengar tangisan bayinya Nadin. Ratih Menatap langit, bulan diatas sana, sedang Terang-Terang nya.
Ratih kembali mengintip, didalam terlihat Nadin sedang berjuang melahirkan anak pertamanya, sedangkan Suaminya Ada Diperantauan.
"Ibu... Kayanya udah mau keluar bu..." Nadin memegangi tangan ibunya kuat-kuat:
"Ayo... Nadin, Ngeden."
Nadin Mengeden Sekuat Tenaga, Tidak Berselang Lama, anaknya lahir. "Alhamdulilah... Anaknya Cowok." Dukun Bayi, Langsung Membersihkan Bayinya Nadin, Yang berjenis Kelamin Laki-Laki.
Malam Ini, Ari-Ari Bayi Nadin Langsung Dikuburkan, Ratih Sudah Siap-Siap Seperti harimau buas. yang hendak menerkam mangsa.
Raungan burung Kedasi Tiba-Tiba saja terdengar diatas pohon bambu yang berada didekat Rumah Salma.
Salam yang menguburkan Air-Ari Cucunya seketika merinding, Ia Langsung masuk kedalam rumah, Ditambah Malam Ini Adalah Malam Jumat Kliwon. "Ngak Beres ini, ini- kan. malam Jumat Kliwon." Salma Langsung Cuci tangan dan masuk kedalam rumahnya.
Ratih Tersenyum Puas, Ia segera melancarkan aksinya. Ratih mengalih tanah, dengan tangannya sendiri, Sambil Membaca Mantra yang diberikan Ki'Jambu Arsa.
kali ini. Ratih sengaja tidak membawa Air-Ari bersama kendinya. ia sudah menyiapkan plastik kresek, Dan Kembali menutup rapih Kendi kosong itu, Karena besok pasti akan ada, insiden Bayi yang mati mendadak. karena tidak lain. setelah bayi yang Ari-Arinya, Ratih Makan, bayi itu akan menjadi tumbalnya Ki'Jambu Arsa.
Ratih Langsung Beranjak pergi, Meningalkan latar pekarangan Rumah Salma.
Setelah Lama Berjalan, Akhirnya Ia sampai dirumah peninggalan Akmal.
Ratih berjalan sempoyongan, Langkahnya Sekuat Tenaga karena baru Saja berlari. agar cepat menuju Rumah Akmal.
"Huh... Disini Akhirnya Sampai." Ratih masuk kedalam rumah Akmal, membuka Pintu itu pelan, Dan Menutup Kembali Rapat-Rapat.
Rumah yang Sudah lama ditinggalkan bahkan lampu yang tidak pernah dimatikan, cahayanya Sampai Temaram. Ratih berjalan masuk. kedalam kamar tempat mereka Dulu, Karena disana ia sudah menaruh sesaji dan ritual persiapan.
Ratih duduk bersila, dihadapan lilin dan juga Kendi Berisi keris, Dan bunga Tujuh rupa.
Ratih mulai Memejamkan Mata, menaruh beberapa lembar daun nangka didalam baki.
"Tumbal Pertama yang kuserahkan, pada Malam Jumat Kliwon... untuk mensucikan diri, Agar di jauhkan dari ganguan Arwah penasaran Akmal dan Arimbi..." Bibir Ratih mulai Kamat-kamit, membaca mantra...
Matanya terpejam dalam, Namun dalam fokusnya mengucap mantra. Ratih mendengar Suara Samar Akmal dari Jauh. 'Ratih... Sudah, tolong Jangan Diteruskan.' Suara Akmal nampak merintih, tak lama kemudian ia Juga mendengar tangisan Arimbi yang pilu. menyayat hati. "Tidak... aku tidak boleh gegabah." Batin Ratih, bulu kuduknya merinding...
Tangannya yang membentuk sembah ia turunkan, Meraba plastik dengan mata yang masih terpejam.
Ratih melahap Ari-Ari Bayi Itu seperti jambalan nya. Matanya tetap terpejam, rasanya masih Sama Asing. memakan Air-Ari bayi bulat-bulat. Mual namun semakin tuntas ia melahap. tangisan dan Suara Jeritan Akmal dan Arimbi Mulai memudar.
Ratih Membuka Matanya perlahan; ia Langsung menjatuhkan dirinya diatas tikar batu wangi.
Tenggorokannya terasa amis dan bau Anyir... "Aku lakukan semua ini demi kau Ki'...!"
Ratih Mengusap mulutnya, ujung bibirnya membekas, Bekas darah sisa Ari-Ari Bayi milik Nadin.
Ratih menyelesaikan Ritual, malam ini dirinya Langsung Pulang, Karena Jika pulang terlalu pagi Ia Takut akan dilihat Orang-Orang yang hendak keperkebunan.
Ratih berjalan seorang diri, entah Menggapa perasaanya janggal, matanya terus Saja Berkedut. "Apa Karena Malam Ini Adalah Malam Jumat Kliwon?" Ratih bergumam dalam hati.
"Ngak aku Ngak Boleh berfikir Macam-Macam, arwah itu tidak akan menghantui ku lagi."
Ratih meneruskan berjalan dibawah terang bulan. sinar bulan yang membulat dengan sempurna karena tangal lima belas bulan jawa.
Ratih melewati pemakaman umum, sekilas ia melirik, bukan rasa takut
yang Ia dapatkan. melainkan rasa penasaran yang begitu menggebu dalam hatinya.
Ratih melihat bayangan seseorang dari ujung sana, anehnya langkahnya begitu cepat. bukan seperti manusia pada umumnya.
"Orang gila mana yang Malam-Malam datang kekuburan?..." Ratih mengerutkan Keningnya.
Ia ingin langsung beranjak pulang dan tidak mau tahu, namun seolah langkah kakinya tertahan.
Matanya kembali melirik kearah pemakaman, dimana disana matanya menangkap seseorang ditengah makam.
"Aku Harus kesana?... ini adalah Malam Jumat Kliwon, barangkali saja ia. mau berbuat sesuatu." Ratih berjalan melewati makam-makam yang berbaris rapih.
Mata mudanya, masih menangkap dengan jelas pergerakan seorang Laki-laki yang berjalan cepat, meskipun Pemakanan disana gelap tidak ada lampu. hanya mengandalkan cahaya bulan.
"Kenapa Ia berhenti disana mau apa?" Gumam Ratih, saat melihat Laki-laki itu Nampak duduk sambil membaca batu nisan. dan terdiam mengalih tanah dengan tangannya sendiri.
"Siapa dia Sebenarnya? Kenapa Ia. bisa menggali tanah kuburan Hanya dengan tangannya!." Ratih Bertanya-Tanya.
posisi Laki-laki itu Memunggungi nya. jika dilihat dari belakang, Ratih merasa tidak asing dengan postur Tubuh Laki-laki itu. Namun siapa?
Ratih ingin berteriak, Namun Ia juga belum tahu apa yang hendak dilakukan pria itu.
Hanya Butuh waktu Lima Belas Menit, Tanah kuburan Sudah Seluruhnya terbuka. Laki-laki itu Masuk melompat kedalam liang lahat. cara melompatnya masih dengan posisi Memunggungi.
Ratih masih melamun seperti Terkenan ilmu gendam... melihat kayu-kayu penutup jenazah terangkat begitu saja Keatas.
dan Entah apa yang sedang dilakukan Laki-laki itu didalam liang lahat bersama jenazah.
"Rena... ini kan Makamnya Rena." Ratih Sadar, Ia Ingat Tiga hari yang lalu Rena Meningal Dan Dikuburkan Disini. tepat didepan matanya itu Adalah kububuran Rena, yang sedang dibongkar
Ratih Langsung Berjalan Kedepan. ia melihatnya langsung tercengang Seorang laki-laki sedang membuka kain kafan milik Rena, Jenazah Rena Masih Untuk Hanya mengering dan raut wajah Rena nampak sudah kotor dan kering.
"Apa yang sedang ia lakukan..." Laki-laki itu Nampak berjongkok, Ratih mulai merasa tidak Beres. didepan matanya langsung ia melihat laki-laki itu Nampak sedang menyetubuhi jenazah adiknya.
"Sialan... siapa kau?... !" Ratih berteriak Lantang