Sampahmu Adalah Hartaku

Mata Pino melirik ke arah Virgo. Menginjak pedal gasnya, bersiap memasukkan gigi.

"Tenang saja kita akan mendapatkan mobilnya." Ucap Sony penuh senyuman.

Namun Virgo terlihat tenang. Kala kain dibuang oleh seorang wanita yang berada di hadapan mereka. Maka lomba dimulai.

Teriakan dari orang-orang terdengar. Bukan balapan resmi, namun balapan liar. Sudah lama dirinya tidak mengemudikan mobil dalam kecepatan seperti ini. Ini menegangkan, sekaligus menyenangkan.

"Kita mendahuluinya!" Teriak Sony antusias.

Adrenalin terpacu, Pino tetap berusaha berkonsentrasi. Melewati tikungan, mobil miliknya didahului.

Virgo hanya tersenyum, tikungan memang adalah keahliannya. Kembali memacu kendaraannya, menginjak pedal gas lebih dalam. Penanda kecepatan meningkat.

"Sial!" Teriak Pino menginjak pedal gasnya lebih dalam.

Pemuda yang hanya tersenyum tenang. Tujuannya bukan ini, tapi menyingkirkan mereka secara alami. Mobil yang baru dibeli oleh orang tuanya tidak memiliki plat.

Menghitung waktu di otaknya. Apa ini fungsi belajar matematika? Kala tempat itu terlihat, tepat di traffic light. Virgo menghentikan laju mobilnya.

Sedangkan Pino bertambah antusias menerobos lampu merah. Sebuah truk pasir melaju dari arah samping.

Kriet...

Pino membanting stir ke kanan. Hingga tabrakan terjadi.

Virgo hanya menyaksikan dari dalam mobilnya. Wajahnya tersenyum, kemudian melajukan mobil pergi.

Hidup atau mati tergantung diri mereka sendiri. Matanya melirik ke arah Troy yang juga berdiri di dekat traffic light.

Benar! Ini sudah direncanakan olehnya. Wajahnya masih dapat tersenyum entah kenapa.

***

Seseorang dapat tumbuh ke level yang berbeda. Seperti biasanya sepulang sekolah Virgo akan membantu di EO. Belajar tentang bisnis kecil adalah tujuannya.

Mencari uang itu sulit. Tapi menghabiskannya dapat begitu mudah.

Tangannya membawa kertas pembekuan. Dalam tiga bulan EO yang bermodalkan 100 juta telah meraih untung bersih 250 juta. Itu karena jadwal dan promosi yang padat. Mempertahankan kwalitas dengan label premium.

"Dekorasinya tidak harus klasik seperti sebelumnya. Buat terlihat lebih glamor tapi low budget. Hiasan kertas gold, dekatkan dengan lampu kecil." Ucap Virgo yang mengawasi dekorasi.

"Virgo!" Fishya melangkah menghampirinya, membawa handphonenya."Kamu sudah dengar berita, Sony, Ikbal dan Pino mengalami kecelakaan saat balap liar."

"Benarkah? Bagaimana kondisi mereka? Kasihan sekali." Virgo menghentikan aktivitasnya. Bagaikan ketakutan dan iba di saat yang sama.

"Mereka masih dirawat di rumah sakit. Bagaimana jika besok kita mengunjungi nya." Ucap Fishya antusias.

Virgo mengangguk, kemudian memeluk Fishya, mencari kesempatan dalam kesempitan."Padahal mereka dulu temanku."

"Virgo, jangan sedih ya?" Pinta Fishya merasa lega, orang-orang yang membully Virgo mendapatkan ganjaran nya.

Tidak mengetahui satu hal, Virgo tersenyum menyeringai. Apa ini perbuatannya? Tidak mungkin! Karena Virgo begitu polos, begitu baik hati, tidak mungkin melukai seseoran bukan?

Virgo hanya tersenyum tenang melepaskan pelukannya."Fishya apa kamu masih menyukai Andika!" tanyanya.

Fishya mengangguk."Aku masih mencintai, tentu saja ini adalah tujuan utama kita bukan?"

Mengejar Andika adalah tujuannya saat ini.. Itulah yang mungkin ada dalam fikiran Virgo. Begitu juga dengan Fishya memikirkan cara untuk merubah hati pemuda ini.

"Mau strawberry?" Tanya Fishya menyuapi Virgo.

"Enak... sekarang giliran Fishya." Virgo hendak menyuapinya kembali.

"Aku alergi strawberry." Hal yang mulai sekarang mungkin harus diingat oleh Virgo.. Dirinya akan belajar untuk mengenali calon istrinya lebih banyak.

***

Acara pertunangan sekaligus ulang tahun Erlina. Foto besar Erlina dan Andika terlihat. Persiapan hampir rampung 90%, tapi...

"Apa maksudnya tidak jadi?" Tanya Fishya cemas menghubungi Erlina.

"Aku bilang tidak jadi ya tidak jadi. Pacarku susah menyewa EO lain. Kami sedang mengadakan pesta pertunangan saat ini." Jawab Erlina tertawa.

"Tapi kamu sudah memberikan DP 50%." Fishya menghela napas beberapa kali. Usaha impian ayahnya, malah dihancurkan oleh Erlina.

Tidak ada saat dimana dirinya tidak memuji Erlina. Mengabdi mengingat orang tuanya. Tapi memang benar-benar tidak dapat dipercaya...

"Ambil saja depositnya. Anggap saja sedekah dariku untuk orang miskin sepertimu." Erlina mematikan panggilannya sepihak.

"Bagaimana?" Tanya Ghana cemas. Pasalnya pesta yang diinginkan Erlina termasuk pesta dengan budget tinggi. Jika batal sepihak mereka dapat rugi puluhan juta rupiah.

"Katanya batal, Erlina mengadakan pertunangan di hotel lain. Menggunakan jasa EO lain." Ucap Fishya mengambil kunci motor.

"Br*ngsek!" Batin Virgo berusaha terlihat sedih."Kamu mau kemana? Apa menasehati Erlina? Aku boleh ikut?" tanyanya.

Pada akhirnya Fishya mengangguk, menghela napas. Kerja keras yang hancur total hanya karena ini bagian dari permainan Erlina. Kali ini sudah keterlaluan, bukan pembullyan tapi kerugian secara materil.

Gadis yang menyalakan motor maticnya menggunakan helm tabung gas LPG kakaknya. Sedangkan Virgo menggunakan helm berbentuk teko. Helm yang dibeli secata online orang Ghana.

Kala motor melaju malunya bukan main. Mungkin itulah yang ada di otak Virgo. Karena memang itu kenyataannya.

Mata semua orang yang berada di jalanan tertuju pada mereka. Apa mungkin karena Fishya menggunakan jaket Akatsuki milik Ghana? Entahlah...

Tapi tangan Virgo bergerak diam-diam. Merayap pasti memeluk Fishya dari belakang. Ini menyenangkan, mungkin akan menjadi tempat ternyaman baginya.

Sialnya, motor memasuki area hotel lain, tempat Erlina mengadakan pesta pertunangan.

Melangkah pasti usai meletakkan helm dan melepas jaket menuju ballroom yang berada di lantai dua.

"Virgo, aku tau kamu sedih karena Erlina akan bertunangan. Tapi kamu harus tetap yakin, cintanya padamu tidak akan berubah. Tetap semangat ya!? Kita sekarang kemari demi uang. Kamu harus pura-pura cool, pura-pura cuek, pura-pura tidak cinta." Komat-kamit Fishya menjelaskan. Tidak ingin Virgo kembali jatuh cinta dan bersikap lembek.

"Aku mengerti." Malah pemuda ini kembali mencari kesempatan dalam kesempitan dengan berpegangan tangan.

Pura-pura lemah, tidak berdaya, dirinya tertunduk bagaikan kucing kehujanan.

Fishya malah mencuri kesempatan memeluknya. Kapan lagi dirinya dapat memeluk pria selembut ini. Pemuda lugu yang bahkan tidak dapat melukai siapapun.

Tapi hanya beberapa detik pintu lift terbuka. Melangkah mendekati area ballroom. Masuk menerobos tanpa undangan. Memang benar-benar mantan kurang ajar.

Hingga...sosok itu terlihat, Andika yang memakai setelan jas mahal, kini bersanding dengan Erlina. Cincin pertunangan telah tersemat di jari mereka.

"Wah! Ada mantan yang hadir..." Ucap Erlina penuh senyuman. Hingga perhatian semua orang teralih pada mereka.

"Erlina, aku ingin bicara padamu." Fishya mengepalkan tangannya.

Erlina malah tertawa."Kenapa? Menyesal memungut sampah tidak berguna? Atau kembali mengemis pekerjaan untuk ayahmu?"

"Aku tidak---" Kalimat Fishya disela.

"Sudah pasti, wanita yang ingin merayu Andika untuk kembali. Kenapa? Kamu tidak laku? Kalau begitu jual saja tubuhmu aku yakin akan---" Kalimat Erlina terhenti.

Plak!

Fishya menamparnya cukup kencang. Amarah yang bahkan membuat tangannya gemetar.

"Dasar---"

Plak!

Lagi-lagi sebelum mengeluarkan kata-kata Erlina kembali ditampar.

"Jangan pura-pura bodoh! Aku kemari untuk uang!"