Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Kesepakatan
Ayushita dan Dewa saling tatap beberapa lama, tapi kemudian gadis itu memutus pandangan dengan membuang muka ke arah samping, mendengus kasar karena sedikit kesal laki-laki di depannya diam dengan santai.
"Sebenarnya anda niat tidak sih membantu saya pak Dewa?" tanya Ayushita.
"Niat." jawab Dewa singkat.
"Tapi kenapa anda memberikan syarat?"
"Bukan syarat, tapi mengajak kerja sama. Aku menanamkan modal di butikmu, nanti kubuat butikmu lebih besar lagi dan terkenal. Bagaimana? Bukankah tawaranku menarik?"
"Ya tapi kan awalnya anda hanya meminjamkan modal saja dan saya nanti ..."
"Aah, tak lupa juga keamanan. Pastinya akan kupastikan butikmu aman dari gangguan ibu tirimu dan debt colector itu," ucap Dewa memotong ucapan Ayushita.
Ayushita menarik napas panjang, memang menguntungkan tawarannya itu. Dia masih berpikir dengan keras apakah menerima tawaran Dewa.
"Jangan terlalu lama berpikir, itu sangat menguntungkan kamu. Aku tidak masalah jika kamu menolaknya, tapi aku rasa semua di butuhkan olehmu. Tempat yang strategis, butikmu akan jadi terkenal dan pastinya aman dari gangguan mereka, apa yang membuatmu ragu untuk menerima tawaranku ini?" tanya Dewa.
"Itu memang menguntungkan saya, tapi saya heran pak Dewa. Kenapa anda jadi berubah seperti itu? Anda mengambil keuntungan secara bisnis dengan semua ini?"
"Tentu saja, aku ini pebisnis. Kamu juga pebisnis, tentu tahu untung ruginya kerja sama itu," ucap Dewa.
Lagi-lagi Ayushita diam, memang pebisnis yang di pikirkan hanya untung rugi.
"Lagi pula, kamu juga pasti kasihan kan dengan karyawanmu yang tidak banyak itu?"
"Ya baiklah, anda menang. Mari kerja sama dengan baik," ucap Ayushita dengan kesal tapi memang dia membutuhkannya.
Lagi pula, dia datang ke kantor Dewa memang membutuhkan bantuan laki-laki itu. Dan anehnya, sejak kapan dia dan Dewa jadi lebih dekat?
"Hahah! Oke deal kita kerja sama. Mari kita buat aturan kerja sama itu dalam bentuk akta tertulis. Biar kita sama-sama enak." ucap Dewa.
Laki-laki itu berdiri melangkah menuju meja kerjanya, mengambil secarik kertas dan bolpoin lalu kembali lagi ke sofa. Menuliskan beberapa poin yang akan di jadikan aturan komitmen kerja sama antara dirinya dan Ayushita.
Gadis itu memperhatikan apa yang di tulis Dewa, melirik sekilas tulisan tangan laki-laki tampan di depannya. Beberapa menit selesai, Dewa menyerahkan kertas itu pada Ayushita untuk di baca dan menambahkan poin yang ingin dia tambahkan.
"Nih, baca dan isi poin-poin yang ingin kamu tulis agar seimbang syarat kerja sama ini," ucap Dewa menyodorkan kertas pada Ayushita.
Gadis itu menatap Dewa sejenak lalu mengambil kertas dari tangannya. Membacanya secara seksama setiap poinnya, tapi begitu di poin ketiga mata Ayushita melebar dan membaca dengan keras.
"Poin tiga, setiap hari pihak kedua akan mengontrol keadaan butik dan pembukuannya? Maksudnya apa ini?" tanya Ayushita.
"Ya, aku akan datang setiap hari ke butikmu untuk melihat keadaan butikmu apakah kamu menjalankan tugasmu dengan baik atau tidak."
"Hei pak Dewa! Kenapa anda menuliskan poin itu? Anda tidak percaya dengan kepemimpinanku di butikku sendiri?"
"Itu wajarkan? Mengontrol, memeriksa semuanya?"
"Tidak. Lebih baik batalkan saja, aku akan mencari yang lain saja. Anda ingin mengekang saya?"
"Aku tidak mengekang, hanya saja dalam beberapa bulan memang harus di awasi. Apa kamu tidak tahu manajemen bisnis? Bagaimana bisa pemilik saham tidak mengontrol dan mengawasi suatu usaha yang modalnya adalah aku?"
Ayushita mendengus kasar, dia benar-benar tidak mengerti dengan sikap dan pemikiran Dewa. Laki-laki yang baru di kenal beberapa minggu saja itu kini menjadi laki-laki berbeda.
"Baiklah. Aku tidak akan memeriksa semua keuangan dan pembukuan yang kamu miliki di butik itu, tapi setidaknya aku harus tahu keadaan butikmu agar aku bisa memberikan masukan agar butikmu lebih baju dan sukses lagi. Bukankah itu tujuan dari sebuah bisnis?" kata Dewa.
Ayushita melihat lagi kertas di tangannya, dia belum menuliskan poin kerja sama di sana. Berpikir sejenak apa yang harus dia tulis dalam kerja sama itu.
Dewa memperhatikan gadis yang sedang menatap kertas di tangannya, sedikit senyum kecil di bibirnya melihat Ayushita bingung dengan yang dia ajukan dalam poin-poin itu.
"Cepat tulis apa yang ingin kamu ajukan dalam poin-poin itu. Biar nanti di ketik ulang dan di tanda tangani," ucap Dewa.
Ayushita tidak menanggapi, dia lalu menulis beberapa poin di kertas di bagian bawahnya. Dia hanya menuliskan tiga poin saja, sekilas Dewa melihat tulisan tangan Ayushita yang bersambung tanpa jelas apa yang di tulisnya. Seperti tulisan dokter, membuat Dewa berpikir keras apa isi tulisan itu.
Setelah selesai, Ayushita menyerahkan kertas itu pada Dewa. Laki-laki itu mengambilnya dari tangannya dan membacanya dengan pelan. Tapi ketika di poin terakhir dia juga matanya melebar lalu menatap Ayushita.
"Apa ini? Tulisan kok jelek banget, tidak bisa di baca," ucap Dewa.
"Ck, baca yang benar. Itu kan hanya beberapa kalimat saja," kata Ayushita menatap sinis pada Dewa.
"Poin enam, pemegang saham tidak boleh ikut campur urusan pribadi pemilik butik? Heh, tentu saja. Untuk apa aku ikutan urusan pribadimu? Memangnya tidak ada yang perlu aku kerjakan." ucap Dewa dengan sinis juga.
"Cih, padahal semua poin itu juga isinya turut campur urusanku," gumam Ayushita.
Dewa menanda tangani kertas perjanjian itu dengan cepat tanpa berdebat panjang lagi dengan Ayushita, setelah sudah beres dia serahkan kertas perjanjian tertulis pada Ayushita.
"Tunggu, bukankah katanya mau di ketik ulang lalu di tanda tangani?" tanya Ayushita.
"Ini perjanjian pertama, nanti di ketik ulang kamu tanda tangan lagi." kata Dewa.
"Tapi di ketik ulang itu anda tidak menambahkan apa pun kan?"
"Tentu saja tidak. Makanya aku tanda tangan langsung biar tidak ada yang di rubah surat perjanjian ini meski ada salinannya dengan di ketik" kata Dewa lagi.
Ayushita berpikir memang masuk akal juga, akhirnya dia menanda tangani surat perjanjian itu. Lalu Dewa mengambilnya surat perjanjian tersebut untuk di ketik ulang.
"Sekarang surat ini aku yang pegang, sekalian di ketik ulang. Nanti setelah kamu sudah pindah dari tempatmu semula, aku kirim surat yang baru untuk di tanda tangani."
Ayushita pun setuju, kini dia bersiap untuk pergi dari ruangan Dewa. Laki-laki itu juga memang ada jadwal pertemuan dengan klien lain.
"Baiklah, terima kasih pak Dewa atas bantuannya. Saya tunggu sampai besok kabar mengenai tempat baru untuk butik saya," ucap Ayushita.
"Secepatnya kukabari."
Ayushita menyalami tangan Dewa, laki-laki itu menyambutnya. Lama dia menjabat tangan Ayushita tapi kemudian di lepas lagi, setelah bersalaman Ayushita pamit keluar dari ruangan itu.
_
_
*****