Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 22
Mendengar itu Rakhes tersenyum tipis menyeringai, sesuai dugaan dia jika kakek Hercu pasti tidak akan tinggal diam saja saat mengetahui cucu kesayangannya berada dalam sangkar emas nya dan bekerja sebagai dokter pribadi nya. Tapi, Rakhes juga tidak menyangka jika kakek Hercu akan secepat itu meminta Harvey untuk membangkitkan kembali klan mafia nya, sedangkan Harvey sendiri tak memiliki minat dalam dunia kejahatan. Apalagi, pria itu tak punya keahlian apapun dalam hal melindungi diri, misal seperti ahli dalam bela diri atau bertarung.
"Dan lagi, tuan perusahaan LandScape yang bulan lalu mengundang anda ke Turki untuk membahas pengajuan proyek kerjasama, setelah saya selidiki ternyata CEO nya adalah dokter Harvey.. " Terang Han
"Harvey.. ?", cicit Rakhes menatap kearah Han dengan alis yang terangkat sebelah.
Han mengangguk, "Benar tuan. Apa anda ingin membatalkan kerjasama nya ?".
"Tidak perlu. Atur ulang lagi saja jadwalnya, aku ingin tau apa rencana mereka". Kata Rakhes
"Baik tuan", sahut Han
"Dan, kau Sero awasi pergerakan mereka dan laporkan pada ku segera". Perintah nya pada Sero yang berdiri disamping Han.
Sero mengangguk, "baik tuan".
Rakhes terdiam tak lagi mengeluarkan suara, pandangan mata nya yang tajam menatap lurus kedepan namun ekspresi wajahnya tetap datar dan dingin. Seolah ia tengah memikirkan sebuah rencana besar.
Setelah itu, Rakhes meminta Han untuk membantunya berpindah duduk kedalam mobil. Sedangkan, Sero melipat kursi roda nya lalu memasukkannya kedalam bagasi belakang. Kemudian, setelah memastikan Rakhes sudah duduk dengan posisi nyaman. Barulah Han menyusul masuk dan duduk disamping Sero yang sudah lebih dulu masuk dan duduk dibalik kemudi.
"Kita pulang sekarang". Perintah Rakhes, ia duduk disamping Jelita.
"Baik tuan". Sero mulai menyalakan mesin mobil nya lalu menginjak gas dan rem nya lalu perlahan mobil yang ia kendarai melaju pelan meninggalkan area parkir rumah sakit.
.
.
Butuh waktu sekitar 1 jam untuk tiba dimansion dan mobil yang Sero kemudikan berbelok masuk melewati pintu gerbang mewah yang menjukang tinggi itu. Anak buah Rakhes yang tengah berjaga disana segera membukakan pintu nya saat melihat kedatangan mobil itu. Kemudian, ia menunduk dan menyapa nya.
"Selamat datang kembali dimansion tuan.. " sapa anak buah tersebut
Mobil berhenti tepat didepan pintu masuk mansion, Han bergegas keluar lalu segera menurunkan kursi roda Rakhes dari bagasi belakang. Kemudian, Jelita turun dan hendak membantu Rakhes keluar dari dalam mobil namun lelaki itu menolak.
"Biarkan Han yang membantu ku, kau masuklah dulu dan siapkan air untuk ku mandi". Perintah nya pada Jelita.
Jujur saja, bukannya Rakhes tidak ingin Jelita membantunya hanya saja postur tubuhnya yang tinggi dan gagah pasti akan membuat perempuan itu kerepotan dan tentunya tidak akan kuat menopang tubuhnya. Bayangkan saja, Jelita yang sudah memiliki tinggi standar wanita pada umumnya yaitu 165 cm lalu Rakhes yang memiliki postur tinggi 190 cm, apa dia dan Rakhes tidak akan terlihat seperti kurcaci yhang sedang memapah raksasa?
Jelita menghela nafas pelan dan tak banyak membantah, ia menganggukkan kepalanya dan bergegas melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion.
Tak lama kemudian, Han menghampiri nya sambil mendorong kursi roda.
"Mari tuan saya bantu". Kata Han
"Hm.. " Rakhes berdehem
Han segera membantu Rakhes turun dari mobil lalu berpindah duduk dikursi roda. Kemudian, Han mendorong kursi roda itu masuk kedalam mansion.
"Han, kau sudah siapkan surat pengalihan sebagaian kepemilikan rumah sakit itu ?", tanya Rakhes
"sudah tuan, saya sudah menyimpan surat itu dimeja kerja anda", Jawab Han
"Bagus.. "sahut Rakhes
.
Han mendorong kursi roda itu mengantarkan Rakhes masuk kedalam kamarnya, disana terlihat Jelita baru saja keluar dari ruang walk in closet lalu berjalan mendektai Rakhes saat melihat kedatangan pria itu.
"Tuan, saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda mandi" kata Jelita seraya meletakkan baju ganti Rakhes diatas ranjang.
"Hmm, kau boleh kembali ke kamar mu" Ucap Rakhes pada Jelita
Jelita mengangguk, "baik tuan".
"Kau juga Han.. " titah nya juga pada sang asisten
"Baik tuan, kalau begitu saya pamit undur diri".
Sepeninggalan Han dan Jelita, Rakhes mencoba berpindah duduk dari kursi roda ke ranjang. Dengan hati-hati dan pelan-pelan, Rakhes menurunkan kaki sebelahnya yang tidak sakit itu untuk melompat-lompat kecil kearah ranjang lalu Rakhes duduk ditepian ranjang tersebut.
"Aarrgghh sial! Merepotkan saja". Umpat Rakhes pada dirinya sendiri.
.
Kamar Jelita...
Ia baru saja menutup pintu kamar nya setelah menyiapkan air untuk Rakhes mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore dan alarm adzan di ponsel nya sudah berbunyi.
Jelita bergegas melangkahkan kakinya untuk mensucikan diri dan melaksanakan sembahyangnya sebagai umat muslim.
Setelah selesai bersembahyang, tak lupa ia melipat kembali mukena dan sajadah nya lalu menyimpannya kembali kedalam almari. Kemudian, Jelita hendak berjalan keluar kamar untuk menyiapkan makan malam namun tiba-tiba ponsel nya yang ia letakkan diatas nakas berdering.
Bergegas Jelita meraih ponsel itu dan melihat siapa yang menghubunginya. Seketika seulas senyum terbit diwajah cantiknya saat membaca nama sang paman tertera dilayar benda pipih tersebut.
Tanpa pikir panjang, Jelita langsung menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponselnya ditelinga kirinya.
"Halo paman Harvey, Assallamuallaikum.." sapa Jelita
"Halo Jelita, bagaimana kabar mu?" tanya paman Harvey dari seberang telepon
Jelita mengulas senyum tipis,"Jelita baik paman. Paman juga kan? Bibi apa kabar ?" ia balik bertanya
"Paman dan bibi baik-baik saja Jelita". Jawab Paman Harvey
"Syukurlah..."
"Jelita, sebenarnya ada yang ingin paman bicarakan dengan mu". Kata Paman Harvey dengan suara yang terdengar sangat serius.
Jelita yang mendengar itu mengernyitkan dahinya keheranan. "Ada apa paman ? Apa ini masalah penting?"
"Ya sangat penting.."
"Katakan paman ada apa ?" desak Jelita
"Jelita, dengarkan paman... Seb-"
Tok...
Tok...
Tok...
Belum sempat Jelita mendengarkan ucapan pamannya, terdengar pintu kamar nya diketuk dari luar. Jelita menoleh mengalihkan atensi nya menatap kearah pintu.
"Paman, ada yang mengetuk pintu kamar ku. Nanti aku telepon paman lagi..." Kata Jelita
Terdengar helaan nafas panjang dari paman Harvey, lelaki itu berucap. "Baiklah. Jaga dirimu baik-baik".
"Tentu paman, Assallamuallaikum".
Tut...
Sambungan telepon itu langsung dimatikan secara sepihak oleh Jelita. Ia kemudian meletakkan ponsel nya kembali diatas nakas lalu berjalan untuk membukakan pintu.
Ceklek!
"Nona..." sapa Han
"Tuan Han, ada apa ?" Tanya Jelita
"Maaf menganggu waktu anda, tapi tuan Rakhes memanggil anda dan menunggu anda dikamar nya". Han memberitahu
"Baiklah, aku akan kesana sebentar lagi". Kata Jelita
Han mengangguk,"Baik nona. Kalau begitu saya pamit undur diri".
"Hmm..." Sahut Jelita berdehem
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut