Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 Mirip Buatan Papa
Amara menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia memang selalu ramah pada semua orang. Siapa pun akan betah jika mengobrol dengan Amara dan baru kali ini ada laki-laki yang mau menjadi suaminya tanpa harus pacaran terlebih dahulu. Tapi kalau untuk dijadikan istri keduanya, Amara harus berpikir ulang.
"Duh Bang kayak ga ada stok lelaki aja deh. Aku tipe cewek bukan perebut suami orang, Bang. Lagi pula si Abang, hebat amat mau cari bini lagi. Emang bisa adil, Bang?" tanya Amara serius.
"Dih si Mbak serius amat tanggapinnya. Aku tuh termasuk laki-laki setia lho. Aku akan setia pada satu istri," ujar si Abang menyakinkan hati Amara.
"Itu tadi abang mau jadiin aku istri kedua," protesnya dengan wajah cemberut.
"Becanda kali Mbak. Maklum aja lihat Mbaknya cantik banget sampe kelaki-lakianku ini pengen memiliki Mbak seutuhnya," si abang mulai lagi becandanya, ia tertawa geli melihat Amara yang wajahnya bersemu merah.
Mata si Abang sesekali fokus pada masakannya. Walaupun sambil mengobrol, si Abang sudah cekatan dalam memasak.
"Yah susah sih ya Bang, kalau punya wajah cantik. Setiap kali aku ngobrol sama cowok atau jalan-jalan ke luar kota pasti aku bertemu calon jodoh. Jadi ya mumpung belum nikah, mau puas-puasin dulu," ujar Amara sedikit menyombongkan diri dengan ekspresi yang menggemaskan.
"Hati-hati loh Mbak. Kalau laki-laki merasa dikhianati dia akan pergi semuanya," ujar Dikara mengingatkan.
"Idih Abang doainnya yang bener dong biar semuanya bisa langgeng."
Amara kembali protes pada si Abang karena saran si Abang tidak sesuai keinginannya.
"Waduh maaf Mbak, aku sih engga bisa mendoakan Mbak kalau untuk melanggengkan pengkhianatan. Suatu saat Mbak harus mengerti tentang arti sebuah kesetiaan. Seperti aku akan setia pada pasangan. Makanya pilih aku aja deh Mbak. Jangan pilih yang lain. Dijamin pasti Mbak akan kenyang sama nasi goreng," ujar Si Abang tertawa renyah, Amara ikut tertawa.
"Nah nasgornya sudah siap, mau diantar atau ..."
"Diantar dong Bang. Masa cewek secantik ini harus bawain nasgor sih," ujarnya manja.
Si abang hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Baru kali ini bisa ngobrol dengan cewek yang penuh dengan rasa percaya diri. Untung cantik banget orangnya.
"Eeh iya dari tadi ngobrol lama tapi kita belum kenalan. Abang namanya siapa?"
Tanya Amara memberanikan diri. Ia bertanya sambil berjalan di samping si abang yang membawa 3 bungkus nasi goreng.
"Panggil aja Abang Kara," jawab si Abang dengan mantap.
"Namanya sama dengan merk santan kemasan, Bang?"
"Sengaja Mbak biar gampang diingat. Biar Mbak juga selalu ingat pada Abang," Kara tertawa lagi.
"Yuk Bang sekalian kukenalin sama kakakku," ajak Amara mempercepat langkahnya.
"Boleh," jawab Kara mengekor dari belakang.
"Kak si bocil tadi mana?" tanya Amara saat sampai teras.
Di teras hanya ada kakaknya saja yang sedang memainkan ponselnya.
"Sedang ke toilet," jawab kakaknya singkat.
"Ini kembaliannya Mbak. Terima kasih sudah membeli nasgor saya. Saya permisi," kata Kara memberikan uang dua puluh ribuan. Lalu ia beranjak dari sana namun dicegah Amara.
"Eeeh tunggu dulu, Bang. Ini kenalkan kakakku, namanya Elana. Kak.." Amara memberi kode pada Elana untuk berjabat tangan padanya.
Namun di luar dugaan Kara hanya menangkupkan kedua tangannya. Kara tersenyum manis. Senyumnya membuat dua wanita ini terpesona.
"Senang berkenalan dengan kalian. Semoga Mbak-mbak ini bisa menjadi pelanggan tetap saya. Saya permisi!"
"Hati-hati di jalan santan Kara," ujar Amara sumringah, tangannya melambai.
"Iish kamu ini. Jangan kegenitan kamu. Malu," protes Elana mencubit lengan Amara.
Elana tidak suka adiknya bersikap kegenitan pada laki-laki. Apalagi kalau sampai agresif.
"Abisnya ganteng amat tuh cowok. Tapi sayang banget cuma pedagang nasi goreng. Coba kalau profesi dia seorang CEO, arsitek, pegawai swasta, polisi atau dokter mau tuh waktu dia ngajak nikah,"
"Hadeuh mengkhayalnya jangan ketinggian adikku manis!" Elana menoyor kepala sang adik.
Elana mengakui bahwa pedagang nasi goreng itu sangatlah tampan. Kalau boleh protes, tukang nasi goreng pantasnya kerja kantoran.
Elana dan Amara langsung membuka bungkus nasi goreng yang harumnya sampai menguar di udara.
"Ini nasi gorengnya enak banget. Recomended nih. Bisa tuh si santan Kara disuruh kerja di tempat kakak. Ini benar-benar spesial," puji Amara dengan serius.
Amara sampai tidak mau berhenti mengunyah, seraya sangat menikmatinya.
Elana pun sependapat dengan adiknya. Ia sangat setuju kalau Kara bisa bergabung di restorannya.
"Aku yakin kak. Kalau si santan Kara itu bergabung di tempat kakak, sudah dapat dipastikan pembelinya akan membludak. Banjir pembeli kak. Apalagi Kalau nasi goreng tersebut menjadi menu andalan, restoran kakak bisa semakin ramai pembeli," Amara berusaha meyakinkan Elana agar setuju dengan sarannya.
Wajah Amara sangat senang jika Kara bisa bergabung di restoran milik kakaknya itu. Setidaknya masa depan Kara jauh lebih cerah dari pada sebagai tukang nasi goreng keliling.
"Kak kok diam saja? Bisa kan si santan Kara bergabung di sana?"
Amara menatap Elana penuh harap. Setidaknya ia ingin kakaknya bisa dekat dengan laki-laki yang satu frekuensi dengannya.
"Kak?" desaknya.
"Oke. Kalau kamu bertemu Kara lagi. Suruh dia bawa lamaran ke restoran kakak," akhirnya Elana luruh juga.
"Maksudnya lamaran buat melamar kakak?" tanyanya menggoda, pura-pura lolos.
"Amaraaaa. Kasih tahu ke dia buat surat lamaran pekerjaan, paham!" ujarnya geram, ia merasa gemas sendiri.
Adiknya selalu menggodanya apabila berkaitan dengan seorang lelaki. Adiknya selalu berusaha menjodohkan lelaki manapun dengan lelaki kenalan Amara.
Tidak lama kemudian Shaka kembali dari toilet. Di memandang keakraban kakak beradik itu dengan senyum kebahagiaan.
"Eeh anak tuyul. Sini kamu makan dulu, cobain nasi goreng ini! Kakak ingin tahu penilaian dari si bocil," Amara menarik Shaka untuk duduk di sampingnya.
Shaka mulai membuka bungkusan itu. Dilihat dari penampilannya nasi goreng buatan Kara memang menggiurkan, ada potongan ayam suwir, ati ampela dan bumbunya berasa banget.
Shaka menikmati nasi goreng yang barusan dibeli Amara dengan lahapnya.
"Kok rasanya seperti nasgor bikinan papa ya?" tanya Shaka dalam hati.
Shaka mengaduk-aduk nasi goreng yang masih terasa hangat.
Shaka bergeming teringat masa-masa indah bersama papanya dulu. Setiap pagi sudah dipastikan papanya selalu membuatkan nasi goreng spesial untuknya dan untuk gurunya di sekolah.
"Gimana Shaka, nasi gorengnya enakkan?" tanya Amara penuh harap.
"Nasi goreng ini mirip sekali dengan nasi goreng buatan papa..." ujar Shaka menunduk sedih teringat papanya. Lalu mengangkat kepalanya, menatap keduanya.
"Kakak tahu nama tukang nasi goreng itu?" tanya Shaka ingin tahu, walaupun ia sanksi kalau penjual nasi goreng itu adalah papanya.
"Kak tolong katakan siapa nama penjual nasi goreng itu?"
Amara dan Elana saling pandang. Akhirnya Amara pun buka suara.
"Tukang nasi goreng itu namanya..."
Naya trllu egois, udh prgi baru nyariin huhh gemblung si naya
walaupun statusnya apapun.termasuk miskin dan kaya ,mana ada takarannya gitu.
kek nama laki thor
pasti perempuan kan, Thor??