Besar tanpa rasa takut, sering ditindas dan di bully dari kecil membuat lelaki ini kebal oleh hinaan serta ejekan.
Awalnya dia selalu diam, tapi karena diamnya malah ditertawakan, dianggap sebagai bentuk ketakutan, dan justru makin membuat orang lain senang mempermainkannya. Kini dia berubah menjadi apa yang orang label kan pada dirinya.. Menjadi penjahat yang sesungguhnya!
Tapi.. Hati kecilnya selalu ingin sambat akan ketidak adilan yang selama ini dia rasakan. Dia lelah berpura-pura kuat.. Dia juga manusia biasa.. Yang ingin Sambat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Berat melepasmu
"Dan, kamu sudah persiapkan semua keperluan Alka?" Tanya pak Jawir tanpa melihat ke arah asistennya.
"Sudah pak." Balas Dani tak ingin berbasa-basi.
"Nanti sore langsung berangkat. Aku tidak percaya dengan orang mu, aku ingin kamu sendiri yang mengawasi Alka di sana." Kata pak Jawir lagi.
Awalnya Dani diam mencerna omongan atasannya tapi sedetik kemudian dia segera mengiyakan saja.
Dani keluar dari ruang kerja pak Jawir, membuka ponselnya dan segera menghubungi anak buahnya.
"Iya bos." Seru suara di seberang sana.
"Tugasmu mengawal tuan muda ke luar negeri dibatalkan." Hanya kata itu saja yang Dani sampaikan, tanpa memberi keterangan apapun dia segera memutus panggilan telepon itu secara sepihak.
Sebenarnya Dani sudah merencanakan dengan matang semua keperluan Alka, juga mengirim orang kepercayaannya untuk menemani tuan mudanya itu selama menempuh pendidikan di luar negeri, ternyata semua yang Dani persiapkan itu tidaklah cukup menghilangkan rasa kekhawatiran pak Jawir selaku orang tua Alka.
Dani bergerak menuju kediaman utama pak Jawir, menemui Alka adalah tujuannya. Dia berharap bocah itu sudah menyelesaikan apa yang tadi dia ingin tuntaskan sebelum keberangkatannya menuju bandara. Alka ijin padanya ingin berpamitan terlebih dahulu kepada saudara tirinya yang tak lain adalah Aini.
_______________
Sejak tadi Alka dibuat kewalahan dengan sikap manja Aini padanya. Ibunya saja tidak seribet Aini saat melepaskan dirinya untuk pergi hari ini tapi lihat lah tuan putri kita satu ini, dia merajuk berharap Alka membatalkan keputusannya.
"Ai boleh aku tanya?" Alka selalu menjadi pribadi yang lebih sabar jika di hadapkan dengan saudara tirinya itu.
"Apa??" Ketus Aini melipat kedua tangannya di dada.
Alka tidak langsung memberikan pertanyaan. Dia mengamati setiap gestur yang Aini ciptakan, satu kesimpulan dia dapatkan dari memperhatikan tingkah polah Aini sejak siang tadi. Gadis itu memiliki perasaan istimewa kepadanya.
"Ai.." Suara Alka melembut.
Aini yang sejak tadi uring-uringan jadi terpaksa menatap ke arah Alka. "Apa sih Al?!"
"Kamu tahu, dari semua orang yang ada di rumah ini.. Aku paling takut harus berpamitan sama kamu. Aku tau bagaimana sakitnya berpisah dengan orang yang disayang. Dulu sewaktu di desa, aku berpikir pergi ke kota meninggalkan kakek nenekku adalah hal yang sulit.. Tapi ternyata aku salah, meski kita jarang ketemu dan ngobrol kayak gini.. Bilang 'maaf aku harus pergi' ke kamu nyatanya jauh lebih sulit aku lakukan. Ya, Ai.. Buatku kamu spesial.. Aku bisa cerita apapun ke kamu dan aku nyaman. Aku yakin akan sulit untukku nemuin cewek selucu kamu."
Blush. Aini tahu rona merah itu kini pasti terlihat jelas pada wajahnya.
"Tapi nyatanya kamu tetep akan pergi ninggalin aku kan Al?! Jahat!!" Aini membuang muka, tak ingin bertemu pandang dengan manik hitam milik Alka.
Alka masih diam. Hal itu tentu makin membuat Aini salah tingkah.
'Gimana ini, apa iya keliatan banget?? Aah.. Nggak!! Bocah tengil ini nggak boleh tau kalo aku suka sama dia, bisa jatuh harga diriku!! Dia bisa kepedean kalo sampe tau!!'
"Aku cuma iri aja sama kamu! Ayah selalu ngasih apa yang kamu mau tanpa mikir dua kali, kayak sekarang.. Ya kali ayah kirim kamu ke Inggris buat sekolah di sana!! Kenapa nggak aku aja coba! Di mana letak keadilan??" Aini mencoba mencari celah agar terhindar dari sorot mata Alka, juga mengesampingkan debaran jantungnya yang makin tak karuan saja.
"Oiya?" Kata Alka singkat.
Pembicaraan mereka tidak terdengar seperti obrolan antara dua saudara, tapi lebih seperti pasangan kekasih yang akan berpisah untuk waktu yang lama.
Berusaha menutupi kesedihan karena takut ditinggal pergi Alka dengan ngambek lebih seperti merajuk penuh manja, ternyata semua itu tidak berpengaruh apapun. Karena mau menangis guling-guling pun, Alka tetap akan pergi hari ini.
"Iya lah! Kamu tuh diistimewakan sama ayah tau nggak!!" Bentak Aini.
"Kamu bisa minta ayah mindahin sekolah kamu juga ke sana, apa susahnya?" Alka memiringkan wajahnya.
"Ya aku nggak mau aja bikin ayah repot! Ayah pasti keluar uang lebih banyak kalo aku ikut sekolah di sana!! Kamu mana mikirin itu!! Kamu cuma mikirin diri sendiri, disuruh pergi manut-manut aja!! Nggak peduli sama orang yang ditinggal di sini!! Kamu mikirin diri sendiri tau nggak?!" Ucapan Aini makin menggema di telinga Alka.
"Kasih aku satu alasan aja Ai.." Kata Alka.
"Apa??"
"Iya, beri aku satu alasan untuk tetap tinggal di sini. Aku akan menolak permintaan ayah kalo alasan mu itu masuk akal. Asal jangan bilang kamu suka aku." Alka berkata santai.
'Sial! Dia nantangin aku?? Aku harus kasih alasan apa coba?? Ya kali aku bilang, jangan pergi... Aku pengen kamu tetep di sini karena aku nyaman sama kamu?? Aah.. Otak berhentilah bicara sendiri seperti ini!! Aku bisa gila!!'
"Hahaha pede banget kamu Al Al, Ya karena,, karena kamu nggak boleh ninggalin ibuk kamu!! Kasihan kan!! Kamu nggak tau apa ibuk kamu pasti sedih kalo kamu pergi? Kamu emang nggak mikirin perasaan orang tuamu!!" Aini terus mencari alasan. Dia memakai ibunya Alka sebagai tamengnya.
"Ai.. Ibu udah setuju, apapun keputusan ku." Kata Alka. Jelas Aini mencari-cari alasan.
Aini memang menyukai Alka, Aini memang ngalem atau manja hanya pada Alka, bahkan Alka sampai menganggapnya dirinya lebih dewasa dari Aini saking childish nya sifat Aini kepadanya. Tapi, untuk mengakui perasaan itu bukan perkara sepele. Mereka saudara, meski saudara tiri.
Ada garis tidak terlihat yang membatasi mereka. Perasaan yang salah sejak awal. Meski timbul tanpa diminta tapi datang dengan sendirinya, diusir dengan berbagai cara pun Aini malah merasa makin menyukai sosok di sampingnya. Alka bisa membuatnya gila hanya dengan memandang matanya saja. Pesona berondong sebelas tahun membuat Aini seperti orang bodoh yang sesungguhnya.
"Aku.. Aku anggap kamu sodaraku. Aku nggak mau kamu pergi, kalo kamu pergi aku kesepian... Itu aja.." Ucapan Aini dibarengi bulir air mata yang meluber membasahi pipinya.
"Aku cuma pergi beda negara, bukannya singgah ke beda dunia Ai. Kita masih bisa ketemu hmm, kata siapa kamu akan kesepian.. Di sini ada ibuk, ada ayah, ada banyak maid yang bisa melayani kamu. Kalo kangen, kita bisa video call.. Atau kalo kamu mau bisa liburan ke sana. Ada banyak cara agar kita bisa bertemu Ai. Kamu membuat dirimu sendiri ketakutan dengan hal yang sebenarnya nggak perlu kamu takuti."
Bahkan ucapan Alka terdengar lebih dewasa dari pada rengekan Aini. Alka mengusap lembut rambut itu. Aini menepisnya. Aini tak ingin diberi kenyamanan yang akhirnya pergi ditinggalkan! Ghosting!
"Menurutmu itu mudah kan? Karena kamu nggak ngerti sesaknya jadi aku!! Kamu nggak ngerti aku berat lepasin kamu!! Kamu nggak ngerti kalo aku takut di sana nanti kamu lupain aku!! Kamu nggak ngerti aku udah terbiasa dengan hadirmu!! Kamu nggak ngerti Al!! Kamu jahat!!!"
Alka menghembus nafas pelan. Diam mencerna apa yang barusan Aini bombardir kan kepadanya, apa itu yang di sebut pengakuan perasaan? Kalau iya lalu bagaimana Alka harus menjawabnya?
'Kenapa kamu jadi kayak gini, padahal dari pada kamu.. Aku lah yang jauh lebih sedih karena harus berpisah denganmu. Satu-satunya orang yang nggak pernah menghakimi aku selain orang tuaku, kamu adalah saudara dan pendengar yang baik Ai..'
Alka menarik Aini dalam pelukannya. Aini terisak di sana. Alka melihat sekilas bayangan Dani melintas dari pintu utama. Alka memberi isyarat agar menunggu beberapa menit lagi. Dani diam, mengangguk dan berlalu pergi.
'Anak muda jaman sekarang.. Kebanyakan ngemil micin sama liat konten dua satu dua kayaknya, isi pikiran mereka geser semua.' Pikir Dani.
😄
lika liku perjalanan hidup Alka, dari kecil sampai dia menikah...
rintangan yang selama ini dia hadapi, menjadikan dirinya sesosok manusia yang tegar dan mendapatkan pasangan hidup yang di cintainya...
wayahe sambatmu berbuah kesyukuran atas semua pencapaian Samapi di titik sekarang
percayalah segala kesakitan itulah yg menjadikanmu tangguh dan badass serta sukses seperti sekarang, karena seperti kata pepatah tak ada proses yg mengkhianati hasil
bersyukur kamu tak dihianati oleh hasil Yo Alka 😅
karena kalo begitu kejadiannya sambat gak bakalan rampung
sambaaaaat Weh terus Ben wektu anane uripmu🤭🤪
terima kasih untuk happy ending nya kisah sakti
semoga othor selalu diberikan kesehatan terima kasih untuk kerja keras nya menyelesaikan kisah sakti 🙏🙏
seperti itu ya Thor gambaran nya 🤭