Walau sudah menyandang status sebagai istri selama satu tahun, wanita yang bernama lengkap Arina Mafaza ternyata masih perawan. Entah alasan apa sehingga sang suami tidak menyentuhnya.
Dan malam itu Arina harus menerima kenyataan pahit, ia di jebak oleh suami nya sendiri sehingga ia tidur dengan pria yang tidak ia kenal. Hidup Arina benar-benar hancur apalagi saat suaminya justru menuduh dirinya selingkuh.
Namun tidak ada seorang pun tau kalau pria yang bersama Arina malam itu ternyata seorang Milliader.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDM-Bab 22
Ghazi menatap wanita paruh baya yang kini memasuki kamarnya. Bu Ras menampilkan senyum ramah namun tidak di balas oleh Ghazi, ia tidak menginginkan wanita itu, yang ia butuhkan saat ini hanyalah Arina, mommy nya.
"Aku ingin bersama Mommy" ucap Ghazi seraya menyilangkan kedua tangan kecilnya di dada. Baru kali ini bagi Ghazi tidak tidur dengan Arina. Ia merindukan sang Mommy.
Melihat kelakuan Ghazi, tentu saja Bu Ras merasa gemas. Ia hanya tersenyum penuh kekaguman..
"Aku ingin cerita dari Mommy" Ghazi kembali berkata.
Arga menghela napas panjang "Zi, dengarkan Om ! saat ini Mommy Zi sedang berada di suatu tempat yang jauh" balas Arga, dan berharap Ghazi tidak menanyakan Arina lagi.
"Dimana itu ?, lalu dengan siapa Mom disana ?"
"Mommy mu aman disana Zi, kamu tenang saja, besok Om janji akan membawa Mommy mu pulang"
"Tapi aku mau dengar cerita Mommy"
Arga mengusap wajahnya dengan kasar, ternyata begitu sulit menghadapi anak-anak. Entah dengan cara apa ia membujuk Ghazi malam ini.
Harusnya tadi ia membiarkan saja Pandu membawa Ghazi pulang, dan besok ia akan datang sendiri kerumah Arina.
Hari sudah semakin gelap, tapi Ghazi belum juga tidur. Berulang kali Bu Ras membujuk Ghazi dan memulai bercerita. Tapi anak itu terus menolak bahkan mengeluarkan tangis andalannya.
"Zi, sekarang dunia sudah gelap sekali. Sebaiknya Zi tidur karena kalau tidak para penunggu Villa ini akan datang" ucap Arga menakuti Ghazi.
"Penunggu apa Om ? apa itu menakutkan ?"
"Tentu nak, apa Zi pernah menonton film horor ?"
Kepala Ghazi mengangguk pelan, ia mulai mendekatkan tubuhnya pada Arga. Mungkin sudah merasa takut.
"Seperti itulah penunggu Villa ini"
"Apa mereka berpakaian serba putih Om ?"
"Iya nak, makanya Zi tidur sebelum mereka semua datang"
Tanpa bertanya lagi Ghazi segera membaringkan tubuhnya dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, ia mulai merinding mendengar cerita Arga barusan.
"Berhenti bicara Om ! ceritanya sangat menakutkan" ujar Ghazi.
Bu Ras melototkan matanya pada Arga, cerita macam apa yang di jelaskan oleh pria itu. Bisa-bisanya Arga bercerita horor pada anak sekecil Ghazi.
"Apa dia sudah tertidur Bu ?" tanya Arga saat Bu Ras membelai kepala Ghazi.
"Iya, lain kali jangan bercerita tentang itu lagi, bagaimana kalau dia trauma"
"Aku sudah tidak tau harus bercerita apa Bu, makanya hanya itu pilihan ku"
"Dasar"
Arga menyengir, ia saja merasa merinding mendengar cerita yang ia bawakan sendiri. Lagian bukankah Ghazi sendiri yang meminta cerita pengantar tidur, jadi apa yang muncul di otak Arga langsung terucap begitu saja.
Arga berdiri dari duduknya, lalu pergi meninggalkan Bu Ras yang masih membelai kepala Ghazi, ia berharap anak itu benar-benar tertidur dan bangun besok pagi.
Ia menuju ruang tamu dan duduk di sofa, sungguh Arga merasa lelah menghadapi anak sekecil Ghazi. Ini alasannya kenapa dari dulu Arga tidak menyukai anak kecil.
Baginya anak kecil itu sangat merepotkan, dan Arga sudah membuktikan nya sendiri.
"Tidur ya tinggal tidur aja, kenapa harus pakai acara cerita segala" gerutu Arga
"Aku harus menghukum Mommy nya, karena memberikan kebiasaan yang tidak masuk akal"
*
*
*
Di lain tempat, Setelah Pandu menelpon tadi entah kenapa perasaan Arina menjadi tidak enak. Pikirannya jauh melayang memikirkan putra semata wayang nya itu.
Rasa kantuk yang tadi mendera sekarang hilang entah kemana, ia kembali mengubah posisi menjadi duduk, tangannya terulur mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja nakas. Menekan panggilan dengan nomor Bunga.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Begitu yang Arina dengar saat panggilan ia lakukan.
"Mungkin Bunga sudah tertidur" gumam Arina. Dan entah sejak kapan air mata Arina menetes begitu saja. Namun dengan cepat ia menghapus air matanya dan menepis seluruh pikiran negatif yang terus menyerangnya.
"Tenang Rin, besok pagi kamu sudah bertemu dengan Zi lagi, dia aman bersama Bunga malam ini" kembali Arina bergumam.
Karena terus tak kunjung bisa tidur, Arina akhirnya beranjak keluar kamar dan menuju kamar Ghazi, mungkin ia bisa tidur disana.
Arina berjalan pelan menuju ranjang minimalis yang ada di kamar tersebut, ia mengelus selimut lembut yang biasa Ghazi pakai, aroma tubuh Ghazi masih melekat di selimut itu membuat kerinduannya semakin besar.
"Zi, Mom kangen"
"Apa kamu bisa tidur tanpa di bacakan dongeng dari Mom ?"
Ia terus bergumam, seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang Ghazi, menarik selimut dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut itu.
"Cepatlah berputar waktu, aku sangat merindukan putraku"
Hingga perlahan mata Arina mulai terpejam, namun beberapa jam kemudian ia kembali bangun dan hari sudah berganti pagi. Sinar matahari mulai masuk di cela kaca jendela.
Arina hanya kasih harapan palsu...
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤😍😍😍😘😙😗😗😚
😀😀😀❤❤❤❤
Ariana malu...
❤❤❤❤😍😍😍