Kisah reinkarnasi dari seorang putri mafia yang meninggal akibat di bunuh musuh ayahnya membawanya ke jaman dinasti Hong dan menjadikannya pengantin wanita untuk seorang pangeran tampan.
Putri Liu Lie Han adalah pemilik asli tubuh yang di pakai Lisa di kehidupan barunya,kematian tragis yang menimpa putri Lie mengharuskan Lisa membalas dendam pada orang yang menindas pemilik tubuh dan akan di teruskan dengan senang hati oleh Lisa sang putri mafia.
Keahlian dan kecantikannya banyak menjadi sorotan di semua kalangan hingga menyebabkan pangeran Ji Jun Xiao gelisah di buatnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Setelah Putri Lie selesai bersenandung, tiba-tiba ada tangan kekar yang menutup matanya.Tidak perlu bertanya dia siapa, dari aroma tubuhnya yang maskulin saja putri Lie sudah tahu siapa orangnya.
Senyum putri Lie semakin mengembang ketika tahu jika suaminya juga ada di taman tersebut.
"Aku tahu itu kamu suamiku" kata Putri Lie yang membuat senyum Pangeran Jun mengembang
"Dari mana kamu tahu jika itu aku?" tanya Pangeran jun
"Aroma tubuhmu" jawab Putri Lie santai sambil menarik tangan Pangeran Jun dari matanya
"Jadi kamu sudah sangat tahu aroma tubuhku ya, wah ternyata permaisuriku ini sudah mulai nakal ya" goda Pangeran Jun melepas tangannya dari mata Putri Lie.
"Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Putri Lie
"Karena istriku ada disini" jawab Pangeran Jun sembari memeluk Putri Lie dari belakang yang sedang melihat bulan
"Bukankah kamu sedang banyak pekerjaan!" lanjutnya
"Demi kamu aku akan meninggalkannya sejenak agar bisa menemani istriku yang cantik ini" goda Pangeran Jun yang membuat pipi Putri Lie sesikit merona namun tidak terlihat jelas.
Setelah mengecup pucuk kepala istrinya, Pangeran Jun segera
duduk di kursi yang berdampingan dengan sang istri yang kini tengah tersenyum padanya. Pangeran Jun membalas senyuman istrinya dan membelai wajahnya lembut.
Putri Lie tersipu malu dengan perlakuan suaminya yang manis dan lembut padanya. Apalagi suasana yang sangat mendukung semakin menambah kesan romantis keduanya.
"Sepertinya bulan akan segera bersembunyi di balik awan" kata Pangeran Jun menatap Putri Lie
"Kenapa harus bersembunyi?" tanya Putri Lie bingung
"Karena kamu lebih indah darinya" Pangeran Jun tersenyum manis pada Putri Lie.
"Kamu lebih indah dan cantik dari apapun, bahkan bulan bukanlah tandinganmu" lanjut Pangeran Jun lagi
"Kamu bisa ngerayu juga ya ternyata" kata Putri Lie tersenyum senang namun sejujurnya hatinya sangat gugup
"Hanya padamu istriku" Pangeran Jun mencium kening Putri Lie dengan lembut dan mesranya.
Langit terang dengan taburan bintang dan bulan semakin menambah keindahan di malam, apalagi dengan aroma semerbak dari bunga-bunga yang tumbuh di taman.
Suasana semakin romantis dan hangat ketika Pangeran Jun memeluk tubuh Putri Lie dan membisikkan sejuta kata cinta. Bahkan dinginnya udara tidak mereka rasakan karena sangat menikmati kemesraan yang terjalin di antara mereka.
Putri Lie merasakan debaran yang tidak menentu pada jantungnya, namun ia tetap menikmatinya karena tidak ingin momen romantis seperti ini terganggu.
Sedangkan 4 orang di belakang mereka hanya bisa menatap mereka dengan bahagia sekaligus iri karena tidak punya pasangan.
"Kenapa Yang Mulia dan Permaisuri sangat mesra?" tanya Jei entah pada siapa
"Benar aku sangat iri pada mereka" sambung Tei
"Andai aku punya pasangan" tambah Jie
"Ya ampun mereka adalah pasangan yang sangat serasi sekali, aku juga ingin seperti mereka" kata Mei yang membuat ketiga pemuda di sampingnya melihat ke arahnya.
Ketiganya baru menyadari jika di antara mereka ada pelayan Putri Lie yang memang cantik. Mereka saling pandang hingga Tei angkat suara.
"Mei kamu mau tidak jadi pasanganku malam ini?" tanya Tei memasang wajah pd
"Dengan aku saja Mei jangan dengan Tei, dia itu aneh" ujar Jei
"Sudah kenapa kalian jadi ribut, Mei tidak akan mau dengan kalian karena hanya aku yang cocok" kata Jie menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya.
"Tidak satupun dari kalian" ucapan Mei seketika membuat mereka kecewa karena di tolak langsung
"Kenapa?, kami ini para pemuda tampan dan jago berperang" kata Tei bingung yang mendapat anggukan dari kedua temannya
"Jika aku memilih satu dari kalian, bisa-bisa kalian akan saling mendiamkan dan bermusuh atau mungkin juga kalian bisa saling berperang hanya karena wanita, seperti yang selalu di ceritakan Permaisuri pada kami" jelas Mei pada ketiga pemuda di sampingnya dengan mesih melihat momen romantis tuannya yang masih berlangsung di depan mata.
Putri Lie memang sering kali menceritakan pada para pelayannya tentang cerita dari drama-drama yang sering ia tonton di kehidupan sebelumnya. Bahkan Putri Lie sering menceritakan bagaimana hebatnya kekuatan cinta yang bahkan dapat menghilangkan segalanya demi cinta tanpa harus mengotori namanya sendiri.
Itu pula yang menyebabkan Mei dan pelayan Putri Lie yang lain jadi lebih waspada dan berhati-hati jika ada yang mencoba mendekati.Meskipun Putri Lie sendiri tidak melarang mereka memiliki pasangan namun ia juga ingin yang terbaik untuk para pelayannya jika memilih pasangan.
Cerita yang sering ia ucapkan semata-mata hanya untuk di jadikan motifasi untuk pelayannya agar tidak menjadi duri pada hubungan orang lain atau mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.
Cuaca semakin terasa dingin di kediaman Pangeran Jun hingga akhirnya Putri Lie di bawa ke paviliun milik Pangeran Jun dan mereka pun menghabiskan malam bersama dengan penuh kebahagian.
Sepasang mata yang awalnya tertutup kini secara perlahan mulai terbuka manampakkan bola mata dengan iris terang namun tajam. Tangan kekarnya meraba tempat di sampingnya yang tadi malam di gunakan sang istri tercinta berbaring bersamanya.
Kini tempat itu sudah kosong tanpa penghuni dan hanya meninggalkan bantal yang beraroma rambut istrinya. Pangeran Jun bangkit dari tidurnya lalu beranjak turun untuk mencari keberadaan sang istri, namun belum sempat kakinya menyentuh lantai sebuah suara lembut yang sangat ia hafal terdengar di telinganya.
"Sudah bangun suamiku!" Pangeran Jun segera mengalihkan tatapannya pada sumber suara dan mendapati Putri Lie yang baru masuk dari arah pintu.
Pangeran Jun tersenyum melihat kedatangan orang yang ia cari, bahkan orang itu sudah terlihat rapi dan sangat cantik. Langkah Putri Lie semakin mendekat pada suaminya yang tersenyum menyambut kedatangannya.
"Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi jadi kamu bisa mandi sekarang juga" kata Putri Lie mendudukkan dirinya di samping Pangeran Jun yang masih menatapnya.
"Kenapa? apa ada yang aneh denganku?" tanya Putri Lie gugup karena terus di tatap
"Kamu cantik" jawab Pangeran Jun mencium kening Putri Lie kemudian beranjak untuk membersihkan diri.
Putri Lie tersipu mendengar ucapan suaminya, meskipun kalimat itu hanya gombalan yang sering ia dengar dari para lelaki yang mendekatinya di masa sebelumnya. Namun ketika mendengarnya langsung dari suami akan terasa sangat berbeda sekalipun di ucapkan setiap hari atau setiap saat.
"Ah es kutubku sudah mencair dan malah jadi bucin" gumam Putri Lie kemudian beranjak menyiapkan pakaian unyuk Pangeran Jun. Meskipun para pelayan sudah melarangnya melakukan semua itu namun ia tetap memaksa agar dapat melayani suaminya dengan baik.
Saat ini mereka sedang menikmati suasana pagi dengan jalan-jalan di sekitar kediaman bersama selir Nan yang di ikut sertakan oleh Putri Lie, meskipun awalnya Pangeran Jun menolak karena ingin bersama dengan Permaisurinya saja serta keempat orang yang selalu bersama mereka untuk mengawal dan membantu Permaisurinya jika butuh sesuatu bantuan wanita.
Putri Lie meyakinkan Pangeran Jun untuk berbuat adil pada para Selirnya meskipun yang dua lagi masih menjalani hukuman, walau Pangeran tidak menginginkannya tetapi ia juga manusia dan wanita yang harus di hormati dan hargai keberadaannya, itulah sebabnya Putri Lie memaksa suaminya agar membawa Selirnya keluar bersama mereka.
Jika saja Selir Yein, Selir Rou dan Selir Ming tidak mencari masalah dengan Putri Lie, mereka pasti akan di hargai olehnya. Tapi karena mereka yang sudah memberikan tanda perang padanya maka ia pun menyambutnya dengan tangan terbuka begitulah sekiranya yang ada di pikiran Putri Lie yang sangat menyayangkan sikap ketiga Selir suaminya yang ingin selalu lebih unggul.