NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Menuju Kota Kekaisaran

Keesokan harinya, di Kota Kekaisaran suasana mulai memanas. Jalanan utama dipenuhi para kultivator dari berbagai sekte dan klan besar. Bendera-bendera dengan lambang sekte berkibar di sepanjang jalan, memperlihatkan kebanggaan masing-masing.

Aura para kultivator yang kuat membuat udara terasa lebih berat, seakan kota itu sendiri menyadari betapa pentingnya kompetisi ini.

Di dalam paviliun megah milik Sekte Pedang Langit, para tetua dan murid terpilih berkumpul, bersiap untuk menghadapi kompetisi yang akan datang. Ketua Sekte Tian Ling duduk di kursi utama, wajahnya tenang namun penuh wibawa.

Di sampingnya putri Tian Qing berdiri dengan mata tajam, tidak lagi menunjukkan kesedihan yang sebelumnya menghantuinya. Dia telah memutuskan untuk fokus pada kompetisi ini, meskipun bayang-bayang Li Wei masih ada di hatinya.

"Besok, kita akan melakukan perjalanan menuju Kota Kekaisaran untuk mengikuti kompetisi antar sekte. Semua murid yang hadir di sini harus menunjukkan kemampuan kalian sekuat tenaga, agar sekte lain tahu bahwa kekuatan sekte kita tidak bisa diremehkan," ujar Ketua Sekte Tian Ling dengan suara mantap.

"Jangan biarkan keraguan menguasai hati kalian."

****

Sementara itu Cang Yan, Xue Er dan Mu Hongjun tiba di rumah mereka. Aroma teh herbal yang disajikan oleh bibi Lin memenuhi ruangan sederhana itu, namun suasana di dalamnya penuh rasa penasaran dan ketegangan yang tertahan.

Begitu mereka duduk, Xue Er tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya. Dengan mata yang berkilau penuh kekhawatiran, dia menatap Cang Yan.

"Senior, apa yang terjadi di hutan itu? Apakah kultivator beracun itu sudah mati?"

"Dia sudah mati." jawab Cang Yan tenang namun tegas.

Mu Hongjun, yang sedang menuangkan teh ke cangkirnya seketika menghentikan gerakannya. Matanya membelalak penuh dengan keterkejutan.

"Benarkah? Mengalahkan kultivator dengan keahlian racun seperti itu sangatlah sulit," gumamnya.

Xue Er kemudian tersenyum tipis. "Tapi aku percaya senior pasti bisa mengatasi semuanya."

Xue Er masih menatap Cang Yan dengan mata lebar, seakan mencoba memastikan bahwa pria di depannya benar-benar baik-baik saja. Lalu, dia teringat sesuatu, dia melepas cincin dari jarinya dan mengulurkannya kepada Cang Yan.

"Senior, ini cincin milikmu."

Cang Yan memandang cincin itu sejenak sebelum menggeleng kepala nya pelan.

"Itu untukmu."

"Tapi senior, ini barang berharga. Aku tidak bisa menerimanya."

"Cincin itu tidak berguna bagiku. Tapi untukmu, cincin itu akan sangat berguna, Pakailah."

Xue Er terdiam sejenak, hatinya campur aduk antara terkejut dan terharu. Sudah banyak bantuan yang ia terima dari Cang Yan, dan setiap kali pria itu memberikan sesuatu, ia merasa semakin berhutang budi. Dengan tangan gemetar, ia memasukkan kembali cincin itu ke jarinya dan membungkuk dalam-dalam.

"Senior, terima kasih," ucapnya tulus.

Setelah beberapa saat hening, Xue Er mengeluarkan sebuah tas agak besar dari cincin penyimpanannya. Ia mengulurkannya kepada Cang Yan dengan senyum lembut.

"Ini hadiah yang aku janjikan. Beberapa batu spiritual tingkat rendah dan menengah. Cukup untuk kebutuhan senior."

Cang Yan menerima tas itu dan membukanya perlahan. Batu-batu spiritual bersinar lembut di dalamnya dan memancarkan energi spiritual yang stabil. Ia menatapnya sejenak sebelum mengikat tas itu kembali dan mengembalikannya kepada Xue Er.

"Kamu pasti masih membutuhkan batu spiritual ini. Peganglah untuk keperluanmu dan keluarga mu."

"Tapi senior... bukankah senior membutuhkan batu spiritual ini?" Xue Er menatapnya dengan bingung

Cang Yan tersenyum tipis,

"Untuk saat ini, aku sudah tidak membutuhkannya."

Mu Hongjun yang mendengar percakapan itu hanya bisa menggeleng kepala nya, ia tersenyum melihat bagaimana anaknya berusaha membalas kebaikan pria muda yang luar biasa ini.

Xue Er, meski merasa tak enak hati, akhirnya menerima kembali tas itu, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam tentang Cang Yan yang belum ia ketahui.

Malam mulai terlihat, langit di luar jendela rumah sederhana itu mulai dihiasi bintang-bintang yang berkelip pelan. Suasana di dalam rumah sedikit mereda setelah perbincangan sebelumnya, namun Cang Yan tahu ada sesuatu yang harus ia tanyakan.

Dengan suara tenang, ia memecah keheningan.

"Paman Mu, apakah Anda memiliki peta wilayah Bintang Tengah? Atau, lebih khususnya jalur menuju Kota Kekaisaran?"

Mu Hongjun dan Xue Er saling melirik. Ekspresi keduanya berubah, memperlihatkan kejutan dan sedikit rasa penasaran. Xue Er mengangkat alisnya dan bertanya dengan suara yang agak pelan namun penuh rasa ingin tahu.

"Jadi... senior ingin melanjutkan perjalanan menuju Kota Kekaisaran?"

Cang Yan mengangguk perlahan.

"Iya. Aku memiliki sesuatu yang harus aku lakukan di sana. Namun, aku tidak tahu jalur menuju Kota Kekaisaran."

Ucapan itu membuat kecurigaan mulai muncul di benak Xue Er dan Mu Hongjun. Mereka saling bertukar pandang, seolah mencoba membaca pikiran satu sama lain. Xue Er akhirnya memutuskan untuk bertanya lebih jauh.

"Senior..." suara Xue Er terdengar hati-hati, namun jelas menunjukkan rasa penasarannya.

"Sebenarnya apa yang senior akan lakukan di Kota Kekaisaran?"

Cang Yan menatap Xue Er sejenak sebelum menjawab dengan tenang.

"Aku ingin mengikuti kompetisi antar sekte di Kota Kekaisaran."

Mata Xue Er melebar, hampir saja ia melompat dari duduknya karena terkejut.

"Apa aku tidak salah dengar senior? Kompetisi itu diadakan untuk sekte-sekte besar yang dipilih oleh kekaisaran. Tidak ada peserta dari luar sekte yang bisa mengikuti kompetisi itu."

Nada suaranya berubah, dari kaget menjadi curiga. Ia menatap Cang Yan dengan tajam, mencoba menebak siapa sebenarnya pria di depannya ini.

"Senior... maaf aku bertanya lagi, apakah senior bukan kultivator dari wilayah Bintang Tengah?"

Cang Yan hanya menggeleng kepala nya pelan.

"Aku bukan berasal dari wilayah Bintang Tengah. Aku berasal dari wilayah Bintang Timur."

"wilayah Bintang Timur?" Xue Er mengulang kata itu dengan nada bingung. "Bagaimana senior bisa berada di sini?"

Cang Yan menarik napas dalam dalam dan pandangannya menerawang sejenak sebelum kembali menatap Xue Er.

"Ceritanya panjang. Dan aku tidak bisa menceritakannya padamu sekarang." Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara datar.

"Jadi, apakah kalian memiliki peta atau tidak?"

Xue Er dan ayahnya saling melirik sekali lagi, lalu Mu Hongjun menggeleng kepalanya.

"Kami tidak memiliki peta itu," jawab Mu Hongjun dengan suara berat namun jujur.

Namun sebelum Cang Yan sempat merasa kecewa, Xue Er berbicara dengan penuh semangat.

"Tapi kalau senior ingin ke Kota Kekaisaran, aku bersedia menemani senior ke sana. Aku sangat familiar dengan jalur menuju kota itu."

Mu Hongjun menatap putrinya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada kekhawatiran, ada juga pengertian. Ia baru kali ini melihat putrinya bersikap seperti ini terhadap seorang pria.

Namun, melihat bagaimana Cang Yan memperlakukan mereka selama ini, ia tahu pria muda ini bisa menjaga putrinya dengan baik. Ia hanya menggeleng kepala nya pelan tanpa mengatakan apa-apa.

Cang Yan di sisi lain terdiam. Ia tidak menyangka akan ada tawaran seperti itu. Matanya menatap Xue Er dengan ragu, mencoba menimbang apakah bijak menerima bantuan seperti itu. Namun melihat kesungguhan di mata gadis itu, ia akhirnya mengangguk pelan.

"Baiklah, Mungkin kali ini aku akan mengandalkanmu."

Xue Er tersenyum lebar, ada sedikit rona merah di pipinya yang tak bisa ia sembunyikan. Sementara Mu Hongjun hanya bisa tersenyum samar, menyadari bahwa perjalanan mereka menuju Kota Kekaisaran akan membawa lebih banyak cerita daripada yang mereka kira.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!