NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Suasana Kota Shengdu

Langit sore mulai menunjukan warna jingga, ketika Cang Yan dan Xue Er melanjutkan perjalanan mereka melewati hutan terakhir yang membentang luas. Setelah terbang tanpa henti selama tiga hari penuh, mereka akhirnya mendarat, membiarkan kaki mereka menyentuh tanah yang dipenuhi dedaunan lembap. Angin sejuk berhembus pelan, membawa serta aroma harum bunga-bunga liar yang bermekaran di sepanjang jalur mereka.

Meski perjalanan panjang telah mereka tempuh, tak sedikit pun terlihat tanda-tanda kelelahan di wajah keduanya. Cang Yan dengan kultivasinya yang jauh melampaui Xue Er, melangkah dengan kecepatan yang luar biasa. Namun Xue Er tidak kalah cepat, ia menggunakan Cincin gravitasi untuk mengimbangi kecepatan Cang Yan.

Denga tatapan tajam yang menembus cakrawala, mereka seolah olah memikirkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar perjalanan ini.

Kota Shengdu, pusat dari wilayah Bintang Tengah berdiri megah sebagai salah satu kota terbesar. Di sinilah kekaisaran berdiri dan menjadi jantung politik dan kekuatan bagi seluruh wilayah Bintang. Kekaisaran ini dipimpin oleh Kaisar bernama Lei Guang, sosok yang dihormati oleh para kultivator di seluruh penjuru Benua Astral Abadi. Sebagai pelindung utama bagi sekte-sekte yang tersebar di benua ini, kekaisaran memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan.

Namun, di balik penghormatan tersebut tersimpan ketidakpuasan dari beberapa sekte yang merasa keberadaan kekaisaran membatasi kebebasan mereka. Meski demikian, ketidakpuasan itu tidak pernah ditunjukkan secara terbuka, karena kekuatan kekaisaran terlalu besar untuk dilawan secara frontal.

Kaisar Lei Guang sendiri baru memerintah selama lima puluh tahun, menggantikan ayahnya yang termasuk peringkat ke tiga terkuat dari sepuluh kultivator terkuat di Benua Astral Abadi.

Meski usianya masih tergolong muda dalam dunia kultivasi, Lei Guang telah membuktikan dirinya sebagai salah satu dari sepuluh kultivator terkuat di benua ini. Ia bukan hanya seorang kaisar, tetapi juga murid dari kultivator terkuat pertama Benua Astral Abadi sekaligus Ketua Sekte Petir Langit, sekte nomor satu di wilayah Bintang Tengah dan seluruh benua.

Di bawah kepemimpinan Lei Guang, kekaisaran tidak hanya menjadi simbol kekuatan, tetapi juga ancaman terselubung bagi mereka yang berani menentangnya. Aura petir yang mengelilinginya menjadi pengingat bahwa di balik ketenangan Kota Shengdu, kekuatan yang dahsyat selalu siap dilepaskan.

Hari ini Kota Shengdu dipenuhi hiruk-pikuk yang luar biasa. Para kultivator dari berbagai penjuru wilayah Bintang membanjiri jalan-jalan utama kota. Tak hanya para monster tua, tetapi juga para kultivator muda dengan tingkat rendah ikut hadir, tertarik oleh kemegahan acara yang diadakan kekaisaran.

Kompetisi antar sekte ini menarik perhatian semua pihak. Baik mereka yang diundang resmi oleh kekaisaran maupun yang datang atas inisiatif sendiri, semua berkumpul untuk menyaksikan siapa yang akan keluar sebagai yang terkuat.

Bahkan para kultivator netral yang tak terikat sekte mana pun, biasanya memilih menghindari keramaian politik, kini tak mampu menahan rasa penasaran mereka.

Jalan-jalan penuh sesak. Paviliun-paviliun besar dan para pedagang meraup keuntungan besar dari gelombang kultivator yang memenuhi kota. Aroma rempah dan arak memenuhi udara bercampur dengan energi spiritual yang bergetar di setiap sudut.

Di sebuah kedai arak sederhana di bagian selatan kota, suasana tak kalah ramai. Cangkir-cangkir berdenting, dan tawa serta bisikan penuh rahasia menyebar di antara para pengunjung. Di sudut ruangan, dua pemuda berbaju biru tua murid dari Sekte Petir Langit, salah satu sekte pelindung kekaisaran terlihat tenggelam dalam percakapan serius.

"Hei, kau dengar? Kompetisi antar sekte kali ini akan menjadi tontonan yang sangat luar biasa," kata salah satu dari mereka, Lin Zhao sambil meneguk araknya. Matanya bersinar penuh semangat.

"Ya, terutama karena sekte kita diwakili oleh Empat Murid Suci," balas temannya, Wei Jun dengan senyum tipis. Ia mencondongkan tubuhnya, suaranya merendah seolah takut ada yang mendengar.

"Dari ke empat murid suci itu ada dua di antaranya adalah putra dan putri Kaisar sendiri."

Lin Zhao mengangkat alisnya, matanya melebar. "Iya mereka sangat kuat, bahkan mereka adalah murid utama ketua sekte kita, tapi... siapa yang cukup gila untuk menantang mereka, seorang darah kerajaan?"

Wei Jun tertawa pelan tapi ada ketegangan di balik tawanya. "Itulah masalahnya. Kekuatan mereka terlalu dominan sekali di Sekte Petir Langit. Tapi, kau tahu bagaimana dunia kultivasi bekerja. Pasti selalu ada orang yang berani mengambil risiko demi kehormatan atau... mungkin balas dendam."

Lin Zhao memandang keluar jendela memperhatikan langit yang mulai gelap lalu berbisik, "Aku penasaran... apakah ada kejutan dalam kompetisi ini? Kadang, mereka yang paling tidak diperhitungkan justru yang paling berbahaya."

Wei Jun mengangguk kepalanya pelan. "Kita lihat saja. Tapi satu hal yang pasti, Kota Shengdu tidak akan pernah sama setelah ini."

Mereka terdiam sejenak membiarkan suasana riuh di kedai itu mengisi kekosongan. Di luar, suara langkah kaki para kultivator yang baru tiba terus berdatangan, seperti gelombang yang tak pernah surut.

Tak lama setelah hiruk-pikuk kota mulai mereda, sebuah kelompok bergerak perlahan memasuki alun-alun utama Kota Shengdu. Jubah mereka berwarna putih kebiruan berkibar anggun. Mereka adalah para peserta dan pendamping dari Sekte Pedang Langit, salah satu sekte terkuat di wilayah Bintang Timur.

Di barisan terdepan berdiri empat Tetua Tertinggi, mereka adalah Tetua Chen Rong, Tetua Zhang Wei, Tetua Lian Hua serta Wakil Ketua Wu Jian. Di tengah-tengah mereka memancarkan aura dominan, dia adalah Ketua Sekte Pedang Langit sendiri yaitu Ketua Sekte Tian Ling yang dikenal karena kekuatan dan kebijaksanaannya.

Di belakang para tetua itu terdapat sepuluh murid terbaik sekte yang berjalan dengan penuh percaya diri, mata mereka memancarkan dengan tekad. Di antara mereka adalah Tian Qing, putri Ketua Sekte yang tampak menonjol dengan tatapan tajam dan aura yang memancarkan ketegasan.

Namun, suasana tenang itu berubah saat setelah muncul rombongan dari arah lain. Jubah mereka berwarna hitam legam dengan corak perak yang berkilauan, menciptakan kontras yang mencolok. Mereka adalah Sekte Bayangan Malam, salah satu sekte terkuat dari wilayah Bintang Selatan.

Kelompok ini dipimpin oleh empat Tetua Tertinggi mereka, dengan Wakil Ketua Zhan Gui berjalan di barisan depan. Tatapan para anggota Sekte Bayangan Malam penuh dengan ketegangan dan permusuhan yang jelas, terutama saat mata mereka bertemu dengan rombongan Sekte Pedang Langit. Hubungan mereka memang sudah lama tegang, terutama setelah insiden di perbatasan wilayah Bintang Selatan dan wilayah Bintang Timur.

Salah satu Tuan Muda mereka Zhan Wu menatap langsung pada Putri Tian Qing. Senyumannya yang sinis dan penuh ejekan muncul di wajahnya.

"Hei, kita bertemu lagi cantik" ucap Zhan Wu dengan suara rendah namun jelas terdengar. Suaranya seperti bisikan ular, licik dan penuh tantangan.

Putri Tian Qing memandangnya dengan tajam, matanya menyala penuh amarah. Sementara tangannya mengepal erat di samping tubuhnya, menahan gejolak emosi yang membara di dalam dada.

"Tuan Muda Sekte Bayangan Malam." jawabnya dengan dingin, "semoga aku bertemu denganmu di kompetisi nanti. Kali ini... aku tidak akan segan segan lagi."

Zhan Wu terkekeh suaranya penuh nada meremehkan. "Aku tunggu. Aku penasaran, apakah kamu masih selemah dulu, atau sudah belajar dari kejadian itu?"

Kata-kata itu menusuk seperti duri. Rahang putri Tian Qing mengeras, namun sebelum ia sempat membalas, Tetua Lian Hua meletakkan tangan lembut di pundaknya, memberi isyarat untuk menahan diri.

"Kita akan buktikan semuanya," bisik Wu Feng yang berdiri disamping putri Tian Qing, suaranya tenang namun penuh ketegasan.

Akhirnya kedua kelompok itu berpisah, melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat tinggal yang telah disediakan oleh kekaisaran. Meski langkah mereka menjauh, ketegangan di udara tetap terasa seperti badai yang menunggu waktu untuk meledak.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!