Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Apa jaminannya kalau semua informasi yang Anda berikan itu benar, Om?" tanya Candra dengan wajah datar.
"Apa clue yang saya berikan masih belum cukup, Candra?" jawab Apandi dengan wajah serius.
Erlin menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, memandang wajah Apandi dan Bram secara bergantian. "Kita butuh bukti kalau Candra benar-benar ahli waris, Om. Meskipun hasil test DNA itu menunjukkan 99,99% akurat, tapi tidak semudah itu melawan Nyonya Rosalinda."
Apandi mengangguk-anggukan kepala. "Iya, saya paham. Saya tau seperti apa Rosalinda karena saya juga mengenal dia."
"Ayah kenal sama Nyonya Rosalinda?" tanya Bram seketika mengerutkan kening.
"Tentu saja," jawab Apandi dengan santai, menatap wajah Bram sejenak lalu kembali menatap wajah Candra. "Begini saja, saya yakin kamu orang jujur, Candra. Saya akan tunggu sampai kamu berhasil merebut apa yang seharusnya menjadi milikmu, setelah itu baru kamu berikan salah satu cabang perusahaan untuk dikelola oleh Bram, tapi sebagai jaminannya izinkan Bram membantu kamu, menjadi asisten pribadi kamu. Gimana?"
"Ayah," seru Bram merasa kesal.
Permintaan sang ayah sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya, ia yang menjabat sebagai manager pabrik dan biasa mengatur bawahannya diminta menjadi asisten pribadi Candra Wijaya? Itu artinya, dirinya harus siap diperintah bak seorang kacung.
Apandi menoleh dan menatap wajah sang putra. "Kenapa? Kamu gak mau jadi asisten pribadi Candra? Dia itu ahli waris lho, kekayaan yang seharusnya dia miliki itu berjumlah miliaran. Lagian, apa salahnya membantu Candra? Toh, kamu juga akan dapat imbalan, Bram."
"Bukan begitu, Yah. Kalau saya jadi asisten Pak Candra, terus siapa yang akan mengawasi pabrik?"
"Itu sih gampang. Gak usah dipikirin, yang jelas kamu harus membantu Candra merebut haknya dan membela kebenaran," decak Apandi dengan kesal. "Punya otak itu dipake dong, gimana sih?"
"Oke, deal," ujar Candra secara tiba-tiba. "Kalau Anda memberikan informasi yang saya inginkan, dan saya berhasil merebut apa yang menjadi hak saya, maka saya akan memberikan salah satu cabang perusahaan kepada Bram, tapi--"
"Tapi apa?"
"Hmm ... apa putra Anda ini bisa dipercaya?" Candra menatap sinis wajah Bram, kembali mengingat pertemuan pertama mereka dan betapa congkaknya pria itu.
"Anda tenang aja, Pak Candra. Saya dapat dipercaya ko," jawab Bram dengan wajah serius.
"Satu lagi, kamu harus memisahkan antara urusan pribadi dan pekerjaan. Saya gak mau kejadian tadi pagi terulang lagi. Paham?"
Apandi mengerutkan kening, kembali menatap wajah sang putra dengan kesal. "Emangnya apa yang kamu lakuin tadi pagi, Bram?"
"Hah? Ng-nggak ko, Yah. Gak ada apa-apa. Cuma salah paham doang," jawab Bram seraya tersenyum cengengesan.
"Oke, sekarang ceritakan tentang masa lalu Ayah saya, Om. Dan kenapa saya sampai dibuang ke panti asuhan."
Apandi terdiam sejenak, mencoba untuk mengingat kejadian beberapa tahun silam yang sempat ia kubur di dalam ingatan. Sementara Candra, Erlin dan juga Bram, nampak memandang wajah pria paruh baya itu dengan rasa penasaran. Keheningan seketika tercipta, tidak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara, hanya menunggu Apandi memulai ceritanya.
"Awalnya, pernikahan Ayahmu dan Ibumu berjalan bahagia, Candra. Sampai akhirnya Rosalinda datang dan merusak segalanya. Ayahmu menikah siri dengan wanita licik itu." Apandi mengawali ceritanya. "Tapi naas, lima tahun kemudian Ayahmu meninggal dunia, dan Rosalinda berhasil merebut semuanya."
"Ibuku, di mana Ibu kandung saya, Om? Apa beliau sudah mening-gal?" tanya Candra, menahan sesak di dada.
"Apa kamu pikir, orang yang udah meninggal bisa diambil DNA-nya?"
Candra terdiam dengan kepala menunduk, kedua tangannya mengepal. Ia yakin sang ibu masih hidup di suatu tempat dan hanya Rosalinda yang mengetahuinya karena wanita itu yang memberikan sample DNA ibunya kepada Dokter.
"A-apa Om tau di mana Ibu saya sekarang?" tanya Candra lemah dan bergetar.
"Sayangnya Om gak tau, Candra. Sejak Ayahmu meninggal, Om gak pernah ketemu lagi sama Ibumu."
Candra mengusap wajahnya kasar dengan mata terpejam. "Ya Tuhan," decaknya, rasa sesak semakin terasa menghimpit dada.
Erlin mengusap pundak Candra dengan lembut seraya menarik napas dalam-dalam. "Aku yakin Ibumu masih hidup di suatu tempat, Candra. Kita pasti bisa menemukan beliau, kamu harus kuat, oke?"
Candra menganggukkan kepala, menoleh dan menatap wajah Erlin dengan mata memerah dan berair. Sejahat itu Rosalinda ternyata. Merusak kebahagiaan orang tuanya bahkan tega memisahkan dirinya dari ibu kandungnya sendiri. Informasi yang ia terima benar-benar mengejutkan dan membuat hatinya mulai diselimuti dendam.
"Ayahmu juga salah, Candra. Dia selingkuh dan nikah siri tanpa sepengatahuan Ibumu," celetuk Apandi seraya tersenyum menyeringai.
"Apa Om punya poto kedua orang tua saya?" tanya Candra dengan lemah dan bergetar.
"Tentu saja ada. Kebetulan Om bawa Poto pernikahan kedua orang tau kamu," jawab Apandi, seraya merogoh saku celana hitam yang ia kenakan, meraih dompet miliknya dari dalam sana lalu mengeluarkan secarik poto yang sudah sedikit usang. "Ini Poto pernikahan kedua orang tua kamu," ujarnya seraya menyerahkan secarik poto tersebut.
Candra menerima apa yang diberikan oleh Apandi. Menatap Poto sepasang pengantin di atas pelaminan yang tidak lain dan tidak bukan adalah orang tuanya sendiri. Wajah Askara Wijaya nampak tampan dengan setelah jas berwarna hitam lengkap dengan dasi senada, sedangkan sang ibu terlihat begitu cantik dengan kebaya berwarna putih lengkap dengan siger di kepalanya.
Kedua mata Candra seketika berkaca-kaca. Setelah sekian tahun hidup sebatang kara tanpa orang tua, akhirnya ia bisa melihat wajah mereka untuk pertama kalinya. Hatinya seketika bergetar, jiwanya bergejolak, jemarinya perlahan bergerak mengusap wajah di dalam Poto dengan perasaan hancur dan terluka.
"Saya pasti akan menemukanmu, Ibu. Liat aja, saya pastikan akan membalas perbuatan Rosalinda. Semoga Ibu baik-baik aja di manapun Ibu berada," batinnya, seraya mengusap kedua matanya yang berair.
***
Setelah pertemuannya dengan Apandi, Candra memutuskan pulang ke rumahnya untuk menenangkan diri. Informasi yang ia terima benar-benar menggetarkan jiwa, menumbuhkan benih-benih dendam yang mulai menjalar di hati pria berusia 27 tahun itu. Satu yang membuatnya heran, jika Rosalinda pernah menyingkirkannya belasan tahun silam, mengapa sekarang ia dicari dan diberi jabatan? Bukankah itu akan mengancam posisinya sendiri? Batin Candra, pria itu nampak berdiri di depan kulkas setelah meraih botol air mineral dan menggenggamnya erat.
"Ya Tuhan, di mana Ibu saya sekarang?" batinnya, dengan mata terpejam.
Candra seketika terkejut saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Kedua matanya kembali terbuka, tatapannya nampak kosong menatap lurus ke depan.
"Maafin aku, Can. Maaf, karena aku sempat meragukan kamu," ucap Erlin, menyadarkan kepala di punggung Candra. Ia akhirnya membuat pilihan, dirinya akan membantu Candra dan mengkhianati Rosalinda, tidak peduli dengan resiko besar yang akan ia hadapi di depan. "Aku janji akan membantu kamu mencari Ibumu, Candra. Aku benar-benar gak nyangka kalau Nyonya Rosalinda ternyata sekejam itu. Sekali lagi maafin aku karena sempat salah sangka sama kamu."
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭