Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Setelah kejadian di sekolah tadi, neng pun ambruk.
Malam hari nya ia terserang demam tinggi.
Bu Munah tak henti nya membaca doa sambil kompres kening anak nya ini.
Uwa Daris memutuskan untuk menginap di rumah adik nya ini. Istri nya pun ikut menginap menemani adik ipar nya karena kasihan hanya tinggal berdua saja.
Beruntung Bu Munah memiliki kakak ipar yang baik dan sayang sesama saudara dan tidak pernah perhitungan jika uwa Daris membantu adiknya itu.
Malah uwa nyai, begitu panggilan istri kakak nya sangat sayang sama neng keponakan nya seperti anak nya sendiri.
Tak pernah ia membedakan antara anak dan keponakan.
Anak nya uwa Daris dan uwa nyai sendiri sudah berumah tangga semua dan tinggal di kota. Anaknya ada tiga, yang dua tinggal di kota yang satu tinggal serumah dengan mereka.
Anak kedua yang memutuskan tinggal bersama orang tua nya, karena merasa tak tega jika harus meninggalkan mereka sendiri di kampung.
"Teteh makasih banyak sudah nemenin saya yaa". Ucap Bu Munah ke Kakak ipar nya itu.
"Iih kamu kenapa gitu. Kayak sama siapa aja kamu mah. Teteh mah nggak tega kamu sendirian sama si neng begini. Mana bisa tidur kalo di rumah juga, kepikiran kesini teteh mah pasti. Jadi nginap aja lah sekalian".
"Iyaa teh, Alhamdulillah makasih banyak yaa".
"Ini gimana kang, si neng apa kita bawa ke rumah sakit kota aja?" tanya uwa nyai.
"Gimana de, si neng kita bawa saja ke rumah sakit. Demam nya belum turun sejak siang tadi. Kita harus berobat medis juga, kasihan".
Bu Munah pun mengangguk saja, air mata sudah banjir keluar karena tidak tega lihat anak bungsu nya sakit begini.
"Sebentar kang, saya ambil uang pegangan dulu". Bu Munah pun masuk ke kamar dan mengambil uang simpanan nya untuk berobat neng.
Bu Munah sendiri tipe perempuan yang jarang membeli ini itu, apalagi foya-foya.
Dia hanya membeli jika membutuhkan saja.
Bukan karena almarhum suami nya tidak kasih uang, tapi memang saja Bu Munah yang tidak hobi belanja. Padahal suami nya sering suruh belanja.
Akhirnya uang lebih itu pun ia tabung untuk dana darurat seperti sekarang.
Ia tidak bingung membawa anak nya ke rumah sakit karena ia punya tabungan.
Uwa Daris pulang ke rumah nya untuk ambil mobil.
Setelah itu Bu Munah menyiapkan barang yang akan di bawa ke rumah sakit.
Sementara uwa nyai menemani neng di kamar.
Uwa nyai menemani neng sambil kompres kening nya sembari merapalkan doa.
Sesaat kemudian neng bergumam tidak jelas.
Mulutnya seperti komat kamit membaca mantra.
"Neng, istighfar sayang". Uwa nyai berusaha menyadarkan keponakan nya itu.
"Saya harus membawa anak ini". Ucap si neng dengan sangat pelan, seperti berbisik.
"Yaa Allah tolong lindungi anak saya yaa Allah. Jangan biarkan makhluk Mu yang jahat ini mengganggu anak saya". Setelah mengucapkan kalimat itu, neng menggeram seperti harimau.
"Ada apa teh?". Tanya Bu Munah karena mendengar Kakak ipar nya setengah menangis.
"Ini neng kayak gini. Duh akang kenapa lama banget sih".
Deru mesin mobil terdengar, Bu Munah buru-buru memanggil kakak nya itu.
"Kang, cepet kang itu si neng kayak harimau suara nya".
Suasana malam ini mencekam sekali. Jauh dari tetangga, hening dan gelap.
Uwa Daris melesat ke dalam rumah dan menggendong keponakan nya lalu masuk ke mobil.
Mobil kijang tua ini masih cukup gesit jika di bawa ngebut.
"Ayo de cepat".
Bu Munah pun masuk ke mobil memangku kepala neng.
Uwa Daris dan istri nya di depan langsung tancap gas membelah hening nya malam.
Tak henti-hentinya mereka berdoa. Bu Munah terus saja menangisi anak gadis nya ini.
Dia bingung tadi pagi masih terlihat sehat sehat saja kenapa sekarang jadi begini.
Jarak rumah sakit dari rumah sekitar dua jam perjalanan.
Beruntung jalanan sedang lengang, membuat uwa Daris makin tancap gas nya lagi.
"Kang tetap hati-hati meskipun jalanan sepi". Uwa nyai mengingatkan suami nya karena terlihat spidometer terus naik.
"Iyaa ma".
Sesampainya di pintu rumah sakit, satpam yang berjaga di pintu IGD sigap membawakan brankar, neng di baringkan di sana kemudian di bawa masuk ke dalam.
Dokter segera memeriksa neng yang suhu tubuh nya sangat tinggi.
Dokter dan perawat langsung memberikan cairan infus dan obat agar demam nya lekas turun.
"Sebelum nya ada keluhan apa Bu ?" tanya dokter.
"Waktu upacara tadi pagi dia pingsan dok". Ujar Bu Munah.
"Kening nya ini kena apa Bu? Kok sampai bengkak gini? Apa jatuh?"
"Bukan dok. Setelah pingsan dia jedotin kepala nya ke pintu kelas di sekolah dok. Saya nggak ngerti ada apa dengan anak saya". Jelas Bu Munah.
"Di jedotin gimana maksudnya Bu?".
"Kesurupan dia dok sampe benjol gini dok".
Sebenarnya Bu Munah enggan cerita, tapi ia terpaksa. Ia takut di bilang mengada-ada cerita gini ke dokter.
"Oh begitu. Kita sekalian periksa ya kepala nya takut ada cedera dan lagi sebaiknya kita rawat inap yaa karena demam nya tinggi sekali Bu. Bagaimana?".
"Iyaa dok bagaimana baik nya saja dok".
Perawat mulai memasukan obat melalui infus juga ambil sampel darah untuk di bawa ke laboratorium.
Uwa Daris mengurus administrasi rawat inap nya neng.
"De, ini uangmu kakang kembalikan". Ujar uwa Daris
"Loh kenapa kang? Apa nggak cukup? Jangan pakai uang kamu ya kang aku nggak mau".
"Bukan gitu de, si neng ternyata terdaftar asuransi kesehatan. Apa kamu lupa neng punya asuransi?".
"Nggak kang, aku nggak pernah daftar asuransi gitu gitu". Bu Munah bingung.
"Mungkin Zaki yang buatin asuransi? Nama kamu juga terdaftar. Sudah, rejeki kalian ini. Besok pagi coba telepon Zaki tanyakan. Untuk malam ini, aku sama teteh mu nginap. Sudah malam juga kan".
Setelah beberapa saat, neng di pindahkan ke ruang rawat inap. Ternyata Zaki memberikan yang terbaik untuk ibu dan adik nya, sekarang neng istirahat di kamar VIP.
"Zaki benar-benar memperhatikan kalian yaa. Kakang bangga sama dia. Sudah lama sekali dia tidak pulang. Sampai rindu sekali rasanya". Ucap uwa Daris.
"Iyaa kang, apalagi saya ibu nya. Kang kira-kira neng kenapa ya kang? Seumur-umur belum pernah neng kesurupan, apalagi sampai begini. Apa ada yang salah yaa?". Pandangan Bu Munah mengawang jauh karena putri nya tak kunjung sadar.
Dia sangat takut kehilangan anak nya ini.
"Sudah, kita jangan pikirin itu dulu yaa. Sekarang kita fokus kesembuhan neng supaya demam nya turun". Sahut uwa nyai.
Tak lama kemudian mereka semua tidur.
Saat mereka semua tidur ada 'sesuatu' yang mengintip di balik jendela.